Selasa, 08 Oktober 2013

I HEAR YOUR VOICE Episode 3 - 2

Esok pagi di kantor pengacara. Pengacara Shin sedang memberikan penjelasan pada Kwan-woo tentang apa saja yang akan keluar di persidangan. Hye-sung ngeliatin, trus menghampiri mereka dan menyodorkan berkas kasusnya dimeja, ditengah-tengah mereka. “Aku harus mendapatkan keputusan tidak bersalah dari hakim, apapun yang terjadi. Tolong bantu aku.” Kata Hye-sung tulus pada Pengacara Shin.
Pengc. Shin: “Aku tidak mau. Kenapa aku harus menolongmu, Pengacara Jjang?” (jadi sebenernya mau ya?)
Hye-sung kemudian duduk: “Bukti yang ada hanya dari kesaksian korban, tapi korban telah berbohong.”
Pengc. Shin tiba-tiba memotong perkataan Hye-sung karena baterai alat dengar nya habis! (Ya ampuunnn, ternyata selain gigi yang palsu, kupingnya juga udah pake alat bantu ya… hehe…) Dan Pengc. Shin bilang dia tidak bisa mendengar apapun sekarang.

Hye-sung lalu menulis sesuatu di kertas, “Aku minta maaf untuk sikapku yang tidak tahu malu selama ini. Tolong aku.”
Pengc. Shin pindah duduk menjauhi Hye-sung. Hye-sung ngikutin dan nulis lagi, “Mulai sekarang, aku akan selalu membuatkan kopi untukmu Pengacara Shin.”
Pengc. Shin pindah duduk menjauhi Hye-sung. Hye-sung ngikutin dan nulis lagi, begitu terus sampai 3x dan akhirnya Pengcr. Shin keluar. Jadi, dia gak mau ternyata, mungkin masih kesel sama sikap Hye-sung waktu pertama ketemu.
Hye-sung mendesah kesal, padahal kan dia udah minta maap..

Lalu Kwan-woo menawarkan bantuannya, “Aku sangat terkenal dalam penyelidikan saat masih jadi polisi….”
Hye-sung langsung menolak mentah-mentah, “Lupakan saja!”
Kwan-woo kesal Hye-sung marah gak jelas sama dia. Mereka balik ke meja masing-masing sambil cemberut. Tapi kemudian Hye-sung berpikir dan menghampiri Kwan-woo menanyakan bagaimana dia membantunya.
 
Dan inilah… Hye-sung dan Kwan-woo memakai seragam sekolah.

Hye-sung: “Jadi, inikah yang disebut dengan trik dan keterampilan?”
Kwan-woo: “Mulai sekarang kita harus menggali kehidupan keseharian korban dan terdakwa. Karena mereka berdua adalah pelajar, tentu saja kira harus memulai dari kehidupan sekolah mereka. Pengacara Jjang, pertama kamu ambil bagian menanyai para murid. Aku akan mulai penyelidikan dari tempat kejadian.”
Hye-sung melongo, dan Kwan-woo langsung ngacir.

Hye-sung masuk ke kelas Go Seong-bin. Ada dua siswi yang membicarakan dan mengatai Seong-bin dan pengacara sambil melihat berita dari hp. Hye-sung mengampirinya dan memperkenalkan diri sebagai murid pindaha, Jang Ye-ri.
Kemudian mereka mengobrol di kantin sekolah. Hye-sung menanyakan pada mereka apakah benar Seong-bin yang memimpin mereka untuk menyisihkan Dong-hee.
Siswi 1: “Iya benar! Julukan Ssang-ko (Double nose) juga dibuat olehnya.”
Hye-sung: “Lalu kenapa dia membuat Dong-hee disisihkan? Kesalahan apa yang dibuat oleh Dong-hee.”
Mereka berdua saling pandang, lalu siswi 1 kembali menjawab: “well, menjadi sangat mengagumkan itu sebuah dosa, kau tahu. Jika seseorang terlihat sangat cantik, itu mengesalkan, bukan?”
Siswi 2: “Selain itu, dia juga pintar dalam pelajaran. Dengan beasiswa penuh, aku dengar dia melompat dua tingkatan kelas juga.”
Hye-sung: “apakah kalian berdua juga menyisihkan Dong-hee karena itu?”
Siswi 1: “Tidak juga. Jika kami tidak bergabung, kami akan disisihka juga, itulah sebabnya.”
Hye-sung tampak berpikir..

Kwan-woo memasuki kelas musik. Kemudian menghampiri jendela tempat Dong-hee terjatuh dan melongok kebawah. Dia tampak berpikir… 

Hye-sung menanyai 2 siswi lain di tangga, “Pernahkan Dong-hee mengatakan bahwa dia tidak ingin hidup, atau hal seperti itu?”
Siswi 3: “Tentu saja tidak. Dia telah menandatangani kontrak dengan agensi hiduran, jadi kenapa dia harus mau mati?”
Hye-sung: “Apa yang dia lakukan saat istirahat? Kudengar dia tidak mempunyai teman.”
Siswi 3: “Setiap hari, dia bermain piano di ruang music, atau menonton video pelajaran di ruang computer, aku rasa.”
Hye-sung: “Ruang computer?”
Ada Soo-ha di belakang mereka, ketika mendengar kata terakhir Hye-sung, dia mengenalinya. Dan terlihat wajah Hye-sung ketika sedikit menoleh. Soo-ha tersenyum.

Kwan-woo masih di tempat kejadian, dia sekarang di bawah. Dari bawah dia melihat kearah jendela di atas. Kemudian dia berpikir dan mencari-cari sesuatu disekitar sana. Dan menemukan sesuatu, korek dan sepuntung rokok.

Hye-sung dan Soo-ha masuk ke ruang komputer. Soo-he melihat Hye-sung seperti kebingungan. “Dari sekian banyak computer, bagaimana aku menemukan yang digunakan Dong-hee?” Hye-sung menghela nafas.
Soo-ha menunjukkan computer yang biasa dipakai Dong-hee, tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Hye-sung kaget ada Soo-ha dibelakangnya. (oohh, kirain masuknya emang barengan, saking galaunya Hye-sung sampe gak tau Soo-ha ngikutin, ckckckck..)
Soo-ha melihat penampilan Hye-sung dari atas ke bawah, dari bawah keatas. Dia berusaha menahan tawanya. Hye-sung kesal, dia juga tahu kalau itu sangat tidak nyaman dan menyuruh Soo-ha untuk pergi saja.

Hye-sung duduk di depan computer, Soo-ha duduk di depan Hye-sung. Soo-ha mendengar kata hati Hye-sung yang tidak tahu bagaimana caranya mencari internet history di computer. Kemudian Soo-ha membantunya, wajahnya deket banget, tangannya dipegang! Kayak meluk dari belakang! (OMG, deg-degan gak tuh coba…hahaha…)
Waw, Hye-sung terkejut dengan internet history nya, bukan dengan pelukan tidak sengaja tadi, hehe..
Soo-ha menyuruh Hye-sung untuk membuka history tanggal 24 Mei antara jam 2 sampai jam 3 sore, setelah melihat daftar pemakain komputer. Hye-sung merasa kesal karena dia diganggu, Soo-ha mah cool aja gak ngedengerin Hye-sung.
Lalu mereka terkejut, melihat history nya adalah cara menggunakan rokok dan sejenisnya. Hye-sung heran, bukankah Dong-hee murid yang pintar dan akan debut, kenapa dia mencari hal seperti ini.
Kemudian datang Kwan-woo, dia mengatakan menemukan alasan Moon Dong-hee terjatuh.

Hye-sung menemui Dong-hee di rumah sakit.
Dong-hee: “apakah kamu menyuruhku untuk datang kembali ke pengadilan dan memberikan kesaksian lagi? Kenapa?”
Hye-sung: “Kemarin, kamu berbohong. Dan sekarang kamu harus mengatakan yang sesungguhnya.”
Dong-hee menjawab sambil memalingkan muka: “Aku tidak berbohong.”
Hye-sung: “Kamu merokok kan?”
Dong-hee terkejut, “Tidak! Kenapa kamu tiba-tiba mengatakan tentang merokok?”
“Aku pergi ke sekolah dan menemukan beberapa catatan.” Kata Hye-sung sambil mengeluarkan kertas dari tasnya, dan membacakannya, tentang membeli rokok.
“Dan…ini.” Hye-sung melanjutkan sambil menunjukkan barang bukti rokok dan korek.
Dong-hee kaget darimana Hye-sung mendapatkannya. Hye-sung bilang dia tadi ke sekolahan.
Hye-sung: “Saat itu, kamu sedang merokok sambil sembunyi kan? Tapi Seong-bin datang, kamu takut ketahuan jadi kau sembunyi dan terjatuh. Benar? Aku dapat memahami mengapa kamu berbohong di pengadilan. Debutmu sebentar lagi. Kamu takut ketahuan karena merokok. Tapi hanya karena ketakutan itu, apakah benar mengahancurkan hidup seseorang?”

Seong-bin ternyata ada disana, sembunyi bersama Soo-ha. Tapi sekarang dia sudah tidak tahan ingin mendekati Dong-hee dan mendengar apa yang dia katakan.

Hye-sung menduga Dong-hee berbohong di persidangan karena disuruh. Hye-sung meminta Dong-hee untuk datang ke persidangan besok dan mengatakan bahwa Seong-bin tidak bersalah. Tapi Dong-hee tidak mau datang, dia tidak akan datang.
Seong-bin yang mendengarnya kesal dan sudah tidak bisa menahan diri, dia menghampiri Dong-hee.

Seong-bin: “Hey Ssang-ko, kita harus bicara. Mengapa kamu melakukan ini padaku? Apakah kamu melakukan ini karena aku memanggilmu Ssang-ko dan membuat candaan tentangmu? Hanya karena itu, kamu menyiksaku seperti ini?” tanya Seong-bin emosi.
Dong-hee: “Hanya karena itu? baiklah, sekarang aku yang bertanya. Mengapa kamu menyiksaku seperti itu?”
Seong-bin: “Apa?”
Dong-hee: “Apa yang aku lakukan sama kamu, hingga membuatmu membuatku sebagai candaan seperti itu? apa yang aku lakukan sampai membuatmu mengganguku? Apa yang sudah aku lakukan? Apa yang aku lakukan? Apakah karena ibuku menyebut ku bodoh?” Dong-hee mengatakan itu sambil menangis, dia mengeluarkan uneg-unegnya selama ini pada Seong-bin.
Seong-bin terlihat merasa bersalah, “Hey. Itu….”
Dipotong Hye-sung, “Dong-hee… Itu adalah itu dan ini adalah ini. Hanya karena itu kamu menuntut Seong-bin sebagai seorang pembunuh? Karena kebohonganmu, Seong-bin mungkin akan berakhir di penjara.”
Dong-hee ke Hye-sung: “Suruh dia pergi. Lalu mengapa jika dia masuk penjara?”
Dong-hee ke Seong-bin: “Penjara yang kamu bangun, aku hidup didalamnya tanpa tahu salahku apa. Mengapa? Tanpa tahu berapa lama aku terperangkap disana, aku hidup sendirian seperti itu. Jadi, tinggalah disana. Tempat dimana tidak ada teman, tanpa seorangpun di sisimu, tinggalah disana. Sepertiku.” Dong-hee tertunduk menangis.

Seong-bin juga terlihat menahan tangis. Dia mengingat saat dia akan bunuh diri di stasiun kereta, saat tak ada teman, pengacara dan tak ada seorangpun yang percaya padanya. Sepertinya Seong-bin sudah menyadari kesalahannya.
Hye-sung: “Moon Dong-he, jika kamu tetap seperti ini…..” tangan Seong-bin menghentikan Hye-sung berbicara. Seong-bin mengajaknya pergi.
Hye-sung: “Pergi kemana? Satu-satunya orang yang bisa memberikan kesaksian adalah…..”
Seong-bin: “Ayo kita pergi. Aku akan pergi ke persidangan tanpa Dong-hee.” Seong-bin tertunduk.
Hye-sung: “Tentu saja. Aku bisa membuktikanmu tidak bersalah tanpa dia. Tapi, kita bisa saja kalah. Apa yang akan kamu lakukan?”
Seong-bin sudah pasrah, “Kita tidak akan melakukan apapun.”
Seong-bin ke Dong-hee, “Maaf. Ini mungkin tidak bisa dimaafkan. Aku meledekmu karena aku cemburu. Karena aku bergabung dengan ank-anak nakal, aku telah bertindak telalu jauh. Jadi aku tidak tahu bahwa aku memegang batu ditanganku, dan jika terlempar oleh batu itu, seekor katak bisa mati. Aku sungguh-sungguh minta maaf.”    (maksudnya dia melukai Dong-hee)
Seong-bin pergi, Dong-hee menangis dalam diam.
Hye-sung ke Dong-hee: “Apa yang akan kamu lakukan? Sekarang batu itu ada ditanganmu. Apakah kamu akan membunuh seekor katak seperti Seong-bin?”
Hye-sung pergi, Dong-he masih diam.

Hye-sung berbicara dengan Soo-ha. Hey-sung menanyakan apa yang akan mereka lakukan jika Dong-hee tidak datang. Soo-ha bilang dia akan datang. Soo-ha membaca pikirannya. “Dia sudah mengatakan apa yang ingin dia katakana, dan dia sudah mendengar apa yang ingin dia dengar. Jadi, dia akan datang.”

Hye-sung bersiap-siap akan ke persidangan. Di membawa setuummmpuuukk berkas. Yoo-chang membantu membereskannya. Trus Kwan-woo celingak-celinguk melihat keadaan sekitar kemudian memberikan kado untuk Hye-sung. Hye-sung menolaknya, hubungan mereka tidak berada pada saling memberi hadiah, Kwan-woo telalu berlebihan. Kwan-woo bingung, “apakah hanya sebuah ini terlalu berlebihan?” dia membuka kotak hadiahnya yang berisi alat pembuka halaman, yang seperti Pengcara Shin kasih ke Kwan-woo.
HA! Hye-sung kecele, mungkin kirain cincin… habisnya di Kwan-woo bungkus kotaknya kecil, kayak kotak cincin, hehehe…

Kwan-woo dan Yoo-chang menyemangati Hye-sung. Pas Hye-sung keluar, Pengacara Shin masuk. Dia tidak terima Hye-sung dipuji-puji oleh mereka berdua. Hehe..

Hye-sung bertemu Do-yeon di lift. Aroma persaingan mulai tercium. Do-yeon menanyakan perihal Hye-sung yang memanggil kembali Dong-hee ke persidangan.
Kemudian, Hye-sung teringat perkataan Soo-ha tentang pikiran Do-yeon yang menyamakannya dengan Seong-bin dan keberanian Seong-bin yang langsung bertanya pada Dong-hee mengapa dia berbohon. Hye-sung pun bertanya pada Do-yeon, “10 tahun yang lau, mengapa kamu berbohong? Mengapa kamu membuatku seperti seorang penjahat?”
Do-yeon: “Apa yang kamu bicarakan? Tiba-tiba.”
Hye-sung: “Karena itu, aku selalu berpikir kamu adalah orang yang buruk. Aku tidak pernah brpikir, ‘kenapa dia melakukannya.’”
Do-yeon: “Mengapa kamu jadi seperti ini? Apakah kamu berusaha melakukan sesuatu sebelum persidangan? Tidak peduli apa yang kamu lakukan, siapa yang kamu panggil, kebenaran tidak akan berubah.”
Do-yeon masih saja menutupi alasannya, padahal Hye-sung udah baik lho, nanya bik-baik, dan karena memang dia ingin tahu.

Di ruang persidangan.
Dong-hee datang kembali menjadi saksi, dan membaca sumpah. (Pengacara Shin datang lho…)
Hakim mempersilahkan pihak terdakwa untuk memulai. Belum sampai Hye-sung memulain, Do-yeon menginterupsi.
Do-yeon: “Tunggu sebentar. Hakim, ada suatu hal yang saksi harus ketahui. Bolehkah saya berbicara?”
Hakim Kim: “Ya, silahkan.”
Do-yeon: “Saksi. Dalam persidangan sebelumnya, kamu telah bersumpah sebelum berbicara. Jika saat ini kamu memberikan pernyataan yang berbeda, salah satunya akan menjadi sebuah kebohonga dan menjadi sumpah palsu.”
Dong-hee: “Sumpah palsu?”
Hye-sung menginterupsi: “Hakim. Ini sama saja dengan mengatakan pada saksi untuk tidak mengatakan apapun.”
Do-yeon: “Hukuman sumpah palsu adalah 5 tahun penjara atau denda 1 juta won. Tolong, pikirkan itu.” kata Do-yeon pada Dong-hee.

Hakim: “Saksi, anda harus memberikan kesaksian. Saksi, anda sudah mengerti kan?”
Dong-hee: “Ya..” dalam hatinya berkata, “Jika aku mengatakan kebenarannya, maka aku akan dihukum tuduhan sumpah palsu. Apa yang harus aku lakukan?”
(Soo-ha mana? Gak keliatan….)

Hakim meminta Hye-sung untuk segera berbicara. Hye-sung masih mikir, apa yang harus dia lakukan agar Dong-hee bisa mengatakan kebenarannya. Pengacara Shin yang melihat kebingungan Hye-sung mengiriminya sms.
Hakim kembali meminta Hye-sung untuk segera memulai.
Hye-sung baca sms, “Kitab hukum pasal 159.” Hye-sung menoleh pada pengacara Shin dan Pengacara Shin tersenyum.
Hye-sung menuju meja hakim dan meminjam Kitab Hukum dan membaca pasal 159, kemudian tersenyum, “Saksi, kamu berada pada tingkat kelas atas dan kamu masuk sekolah lebih dulu daripada orang lain?”
Dong-he: “Ya, saya masuk 2 tahun lebih awal.”
Hye-sung: “Berapa umurmu?”
Dong-hee: “Ulang tahun saya sudah lewat… jadi saya 15 tahun.”
Hye-sung: “Saksi, berdasarkan hukum pasal 159, dibawah 16 tahun membuat pernyataan tidak sah. Jadi, karena pernyataannya tidak membuat perubahan, dia boleh mengubah pernyataannya dan tidak menerima hukuman.”
Dong-hee: “Apa yang anda katakana?” dia bingung.. (saya juga bingung..)
Hye-sung: “Karena kamu masih remaja. Itu berarti, karena kamu masih remaja, jika kamu mengubah pernyataan sebelumnya, kamu tidak akan dihukum.” Hye-sung tersenyum.
Dong-hee: “Benarkah?”    (Do-yeon terlihat kesal)
Hye-sung: “Saksi, dapatkah kamu sekarang menjawab pertanyaan saya? Kamu bisa mengatakan kebenarannya, kan?”
Dong-hee tersenyum: “Ya..”
Hye-sung tersenyum lega, Seong-bin senyum terharu, Pengacara Shin tersenyum bangga.

Yoo-chang masuk ke kantor dan memberi tahu Kwan-woo bahwa Hye-sung menang. Kwan-woo memuji Hye-sung hebat. Tapi Yoo-chang bilang itu juga berkat Kwan-woo yang hebat dalam menyelidiki tindakan itu. Kwan-woo balas memuji Yoo-chang yang juga membantu Hye-sung dalam mengadakan penelitian. Kwan-woo bilang, inilah kemenangan tim. Yoo-chang bilang tanpa Pengacara Shin. Mereka agak sedikit merendahkan penilaiannya terhadap Pengacara Shin. Padahal kan pengacara Shin bantuin Hye-sung juga…

Di luar sidang, Hye-sung memanggil Do-yeon. Dia menyebut Do-yeon bukannlah seorang Jaksa.
Hye-sung: “Kamu tahu bahwa Seong-bin tidak bersalah, dan Dong-hee memberikan kesaksian sebenarnya. Tapi kamu mencoba menutupi kebenaran itu.”
Hye-seong lalu menyinggung masalah 10 tahun yang lalu, bahwa Do-yeon tidak pernah berubah. Selalu salah menilai orang. Hye-sung meragukan bagaimana bisa Do-yeon menjadi seorang Jaksa. (Dan masih banyak lagi kata-kata Hye-sung pada Do-yeon).
Do-yeon geram, dan mengatakan hal seperti hari ini (dia kalah) tidak akan pernah terjadi lagi, dia akan memastikan itu. Hye-sung menantangnya, bagaimana jika terjadi lagi? “Kamu harus minta maaf padaku.” Jata Hye-sung lalu pergi meninggalkan Do-yeon dengan penuh percaya diri.
Saking kesalnya Do-yeon mematahkan pensil dalam genggamannya.
Dan tanpa mereka tahu, Pengacara Shin melihat pertengkaran mereka. Hmmm…

Hye-sung menerima kembali sms “I’ll be there.”
Hye-sung berbicara sendiri: “Ada apa si Gum? Aku bahkan tidak melihat batang hidungnya di hari yang penting ini. Hanya satu pesan? Hm…”
Hye-sung masih mengira itu sms dari Soo-ha.

Soo-ha pergi ke kantor polisi sepertinya, dilihat dari seragam petugasnya. Berarti bukan ke rumah sakit seperti yang aku bilang di preview. Dia terlihat sedang menanyakan sesuatu.

Hye-sung menelpon ibunya. Dia menanyakan apakah ibuny sudah menurukan poster dan juga berhenti bekerja. Ibu meng-iya-kan. Hye-sung tanya apa ia memang sememalukan itu?
Hye-sung: “Ibu. Aku tidak menyerah. Aku benar-benar bekeja keras sampai kakiku berkeringat…” Hye-sung terhenti karena melihat poster-posternya belum dicabut dan diturunkan. Dan ibunya juga sedang menyapu di depan restorannya. Hye-sung tampak terharu.
Hye-sung melanjutkan, “Aku memenangkan persidangan. Aku memenangkan keadilan. Aku mengagumkan bukan?”
Ibu akan menagis haru, tapi di tahan dan membentaknya, “Hey, jangan sombong. Itu sesuatu yang orang lain bisa juga lakukan. Kamu seorang pengacara!”
“Ibu…”
“Apa?”
“Apakah aku seekor naga atau cacing?” tanya Hye-sung.
“Kamu seekor belut, bukan cacing. Kamu harus melangkah lebih jauh lagi untuk menjadi seekor naga.” Jawab ibu.

Telepon ditutup dan ibu mencium hp dan joget-joget, merasa bahagia.
Hye-sung yang melihatnya dari jauh pun ikut tersenyum bahagia. Dia mengambil satu poster yang tertempel dekat situ dan menyimpannya.

Ternyata memang benar Soo-ha mendatangi kantor polisi, tepatnya penjara untuk mencari keterangan tentang pembunuh ayahnya. Dan dia mengetahui bahwa Min Joo-guk telah bebas sebulan yang lalu. Soo-ha juga menanyakan dimana dia bisa menemuinya sekarang.

Soo-ha di dalam bis (di halte) dan menyadari bahwa suara yang dia dengar waktu benar suaranya Min Joon-guk. Soo-ha menoleh ke halte sebrang dan melihat ada Hye-sung. Diapun turun.

Dan naik lagi ke bis yang sama dengan Hye-sung. Terdengarlah suara Hye-sung.
Tidak pernah ada kursi kosong di bis ini, aku benar-benar lelah….
Soo-ha mengedarkan pandangannya ke sekeliling bis, terhenti di ahjumma yang pake kemeja kotak-kotak.
Dia menarik Hye-sung. Hye-sung awalnya kaget, siapa yang main tarik gitu aja.
Soo-ha: “Sini. Ahjumma yang pake kemeja kotak-kotak itu sebentar lagi turun di halte berikutnya.”

Hye-sung sudah duduk. Soo-ha yang masih berdiri menanyakan hasil persidangan hari ini. Tentu saja berjalan lancar, jawab Hye-sung.
“Aku berhasil membuktikan bahwa Seong-bin tidak bersalah. Sangat tidak nyaman mengatakan ini, tapi hari ini aku benar-benar keren.” Kata Hye-sung bangga.
Lalu dia menceritakan, tepatnya menyombongkan jalannya persidangan tadi, tapi Soo-ha tidak tertarik dan memilih duduk menjauh.
Soo-ha mengenakan headphone nya dan mendengarkan lagu dari hpnya. Hye-sung menerima sms “I’ll be there” lagi. Hye-sung melihat Soo-ha yang memegang hpnya, dan mengira Soo-ha yang sms.

Sampai di depan rumah Hye-sung.
Soo-ha: “Apakah kamu selalu pulang jam segini? Tidak bisakah kamu pulang cepat saat masih banyak orang diluar? Jam segini terlalu gelap.”
Hye-sung: “Kenapa kamu peduli? Apakah kamu mengakhawatirkanku jadi mengikutiku sampai kesini?”
Soo-ha: “Tidak. Cepatlah masuk.”
Hye-sung naik tangga, Soo-ha berbalik pergi. Tiba-tiba Hye-sung memanggil Soo-ha kembali.

Ngomongnya panjang, tapi intinya, Hye-sung meminta Soo-ha untuk tidak menyukainya. Karena dia seorang pengacara dan Soo-ha seorang siswa SMA.
Soo-ha tidak mengerti mengapa Hye-sung berbicara seperti itu. Siapa suka siapa?
Hye-sung: “Apakah kamu jatuh cinta padaku sejak di persidangan pertama? Karena sejak itu kamu mengirimi aku sms setiap hari.”
Soo-ha: “Sms? Yang mana?”
Hye-sung menunjukkan isi smnya. Soo-ha bilang bukan dia. Dia bahkan gak tahu nomornya Hye-sung.
Soo-ha mengambil hp Hye-sung dan menelpon nomornya. “Lihat, ini nomorku.”
Hye-sung kaget dan bingung, “Lalu siapa yang mengirim sms ini?”
Soo-ha bilang itu hanya spam, “Spam. Spam. Orang yang hanya menginginkan uang. Spam.”
Hye-sung dalam hati, “Aku bisa gila. Terhina, terhina, aku telah terhina.”
Soo-ha tersenyum. Hye-sung sadar dia menatap Soo-ha. Dia langsung menutup wajahnya dan menyuruh Soo-ha tidak melihatnya.
“Jangan berani mendengar pikiranku atau kamu akan mati.” Kata Hye-sung sambil berlalu dan masih menutupi wajahnya.

Hye-sung masuk rumah dan menyesali perbuatannya tadi. Tapi di kembali berpikir, “Lalu mengapa dia selalu mengantarku pulang setelah hari itu? apakah hanya basa-basi?” dia ingat lagi kalau dia belum tahu nama si Gum itu. Lalu siapa si pengirim sms itu? Hye-sung melihat alat jari itu, melihatnya dan menebak, Pengacara Cha?

Pengacara Shin pamit pulang duluan pada Kwan-woo. Lalu dia menanyakan apakah Kwan-woo mengenal seseorang dengan nama Min Joon-guk. Kwan-wo bilang tidak, kenapa?
Pengacara Shin bilang dia punya teman di penjara yang sering dia temui. Min Joon-guk menempati sel yang sama dengannya. Dan bilang akan menemui pengacara baru yang ada di koran. Kwan-woo bilang yang di koran kan ada Hye-sung juga. Kwan-woo tanya dia dihukum karena apa. Pembunuhan, jawab pengacara Shin.

Soo-ha akan pulang ke rumahnya. Dia mengganti nama Hye-sung di hp nya dengan “Jean d’Arc”. Lalu dia mengingat sms Hye-sung tadi dan bertanya-tanya siapa yang mengirim sms itu. Soo-ha berpikir, orang itu mengirim sms ke Hye-sung setelah hari persidangan pertama, di hari itu dia melihat orang yang mirip dengan Joon-guk, dan tadi kata petugas penjara Joon-guk sudah bebas sebulan yang lalu.
“Mungkinkah…” (Joon-guk?)
Soo-ha tersadar dan langsung berlari kembali ke rumah Hye-sung, takut terjadi sesuatu yang buruk.

Hye-sung dikasurnya juga masih memikirkan sms itu, dan dia berada pada kesimpulan bahwa Kwan-woo yang mengirim sms itu. kemudian Hye-sung memutuskan untuk menelpon nomor itu, untuk memastikan benar Kwan-woo atau hanya spam.
Hye-sung menelpon nomor itu… terdengar bunyi ringtone hp dari luar kamar. Hye-sung terkejut, mematikannya dan mencoba menelpon lagi. Dan lagi lagi terdengar bunyi ringtone hp dari luar kamar.

Sementara itu Soo-ha berusaha menelpon Hye-sung sambil berlari, tapi tidak diangkat.
Soo-ha dicegat oleh anak-anak waktu itu, sekarang bersama Joon-gi dan teman-temannya yang lain. So-ha kesal, menyuruh mereka minggir dan bicara lagi nanti. Dia harus cepat-cepat ke tempat Hye-sung. Soo-ha panik.
Dengan terpaksa Soo-ha meladeni mereka berkelahi, walaupun Soo-ha babak belur karena lawan yang tidak seimbang.

Hye-sung beranjak keluar kamarnya, sambil terus menelpon dan mendengarkan bunyi ringtone hp. Soo-ha berhasil mengalahkan Joon-gi dan kawanannya dan bergegas pergi. Hye-sung mengambil penggorangan dan semakin mendekati sumber suara dari luar pintu dapurnya. Hye-sung bertanya, “Siapa disana?”
 


Note:
Sepertinya aku belum bilang ya, kalimat yang dimiringkan itu adalah suara hati, pikiran, dan kata-kata yang tidak diucapkan lagsung.
Terus Hye-sung manggil Soo-ha, Gum, gak ku artiin karena artinya jadi anrh jika digunakan sebagai nama panggilan.

Komentar:
Hye-sung akhirnya menemukan kepercayaan dirinya. Tapi benar kata ibu, jangan sombon, ini kan baru permulaan. aku khawatir dengan persaingannya ke depan dengan Do-yeon. Sepertinya Do-yeon ini tipe jaksa yang tidak mengenal kata kalah. Apapun akan dilakukan agar dia menang di pengadilan, termasuk mengancam korban seperti yang dilakukannya pada Dong-hee.

Penasaran dengan napi yang dikunjungi Pengacara Shin, siapa dia? dan putri yang dibicarakannya itu siapa?
Apakah Go Seung-bin? karena Seung-bin tidak terlihat di dampingi orang tua saat persidangan. Tapi kan katanya umurnya sama dengan Hye-sung..

Lalu, apa yang akan dilakukan Joon-guk pada Hye-sung?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar