Selasa, 08 Oktober 2013

I HEAR YOUR VOICE Episode 1 - 2

Hye-sung jalan berputar di dekat lampu jalan, sambil bawa kembang api. Ternyata dia nungguin Do-yeon, mencegat tepatnya. Do-yeon ketakutan, apalagi liat Hye-sung bawa kembang api. Hye-sung membuat Do-yeon mengaku kalau dia berbohong. Ketika Hye-sung mencoba mengajak Do-yeon untuk mengaku berbohong pada ayah dan ibunya, mereka mendengar suara. Lalu mereka berlari kea rah sumber suara. Mereka melihat seseorang membunuh orang yang ada di dalam mobil. Ya, itu mobil Soo-ha kecil dan ayahnya.

Saat pembunuh itu akan memukul Soo-ha kecil, Hye-sung mengeluarkan hp nya dan akan memotretnya, trs hp nya bunyi “smile” gt, si pembunuh mendengarnya, dan melihatnya. Do-yeon segera berlari, dan menyuruh Hye-sung segera lari. Hye-sung terdiam sesaat, kemudian akan berlari, tapi berhenti lagi karena melihat Soo-ha yang masih hidup. Pembunuh semakin mendekat, Hye-sung pun berlari mengikuti Do-yeon. Si pembunuh mengejar mereka.

Hye-sung dan Do-yeon sembunyi di semak-semak. Si pembunuh memukul-mukul semak-semak itu, hampir ketahuan. Si pembunuh menjauh, eh Do-yeon cegukan. Balik lagi deh si pembunuh itu. terdengar suara sirine polisi. Si pembunuh kesal.
“Kalau bukan karena kalian, aku harusnya bisa menyelesaikan ini dengan bersih. Kalian, bisa mendengarku kan? Karena kalian dekat, harusnya kalian bisa mendengarku. Kalian melihat semuanya kan? Kalian tau mengapa aku membunuh pria itu? itu karena dia membuat masalah dengan orang yang salah. Dia mengatakan semua yang ingin dia katakan dan itulah mengapa aku membunuhnya. Jika kalian ingin hidup, tutup mulut kalian. Maka tidak akan terjadi apapun. Jika tidak ada saksi, itu hanya akan menjadi kecelakaan mobil. Jika kalian pergi ke polisi dan mengatakan kalian melihatku dan itu pembunuhan, kalian akan mengalami hal sama dengan pria itu. jika kalian memberitahu orang tua kalian, aku akan melakukan hal yang sama pada mereka. Jadi, agar aku tidak membunuhmu, kalian harus membantuku. Oke? Seperti saat ini, tetaplah sembunyi. Jangan pernah muncul dan jangan katakan apapun. Atau, aku akan membunuhmu dan orang yang kalian berita tahu. Jadi, tetap sembunyi selama hidup kalian. Jadi aku tidak akan mendengar atau melihat apapun. Tetap sembunyi!”
Si pembunuh pun pergi…
 ~~~

Polisi datang ke tempat kejadian, ayah Soo-ha meninggal dan Soo-ha mengalami luka berat di kepala dan dirawat di RS.

Hye-sung mendengarkan berita di televisi:
“Polisi melakukan penyelidikan berdasarkan keterangan dari pengemudi truk yang melihat bahwa Mr. Park melajukan mobilnya menerobos lampu merah.”
Di dekat Hye-sung ada ibu-ibu yang bergosip tentang kecelakaan itu. Mereka bilang itu bukan kecelakaan biasa tapi kasus pembunuhan. Anaknya melihat ayahnya dibunuh. Kalau tidak ada saksi, kasus itu tetap akan jadi kecelakaan biasa.

Hye-sung teringat anak kecil itu, dia merasa bimbang. Ancaman si pembunuh masih memenuhi kepalanya. Hye-sung menutupi wajahnya dengan topi dan berjalan pergi.
Kemudian dia bertemu dengan Do-yeon yang celingak celinguk di balik pohon. Dia kaget. Do-yeon bilang dia akan menjadi saksi. Hye-sung juga. Do-yeon menuduh Hye-sung berbohong. Setelah berdebat, akhirnya mereka memutuskan untuk sama-sama menjadi saksi di persidangan.

Dirumah, Hye-sung masih kepikiran, ancaman si pembunuh masih terngiang-ngiang. Hye-sung bertanya sama ibunya kenapa ibunya berada di pihaknya, apakah karena dia adalah putrinya. Ibu memukul kepala Hye-sung.
 ~~~

Esok harinya, Hye-sung berdiri di depan gedung pengadilan, dia teringat perkataan ibunya semalam, “Ibu berada di pihakmu bukan karena kamu adalah putri ibu. Itu karena kamu menangis. Kamu menangis seperti ayahmu.” Mungkin seperti yang ibu bilang sebelumnya di RS, Hye-sung seperti ayahnya, yang tidak akan pernah menangis walau apapun terjadi, kecuali terjadi ketidakadilan pada dirinya sendiri.

Hakim memasuki ruang sidang, para hadirin berdiri. Terlihat si pembunuh di kursi tersangka, dan Soo-ha di kursi hadirin dengan perban dikepala dan pipinya. Mereka saling menatap, si pembunuh menatap mengancam, Soo-ha menatap penuh kebencian.

Hye-sung bertemu dengan Do-yeon di dalam. Mereka menuju ruang persidangan, dan akan memasukinya. Hye-sung di pintu kanan, Do-yeon di pintu kiri. Mereka sama-sama ragu untuk membuka pintu masuk, ancaman si pembunuh kembali terngiang di kepala mereka. Kemudian mereka memutuskan untuk masuk bersama-sama dalam hitungan ke 3.
1… 2…. 3….
Flashback end..

Hakim Kim kecewa Hye-sung menghentikan ceritanya. Hakim Kim meminta Hye-sung untuk melanjutkan ceritanya. Hye-sung bilang jika dia menceritakannya, dia tidak berpikir ini akan membantunya dalam wawancara.
“Satu-satunya yang membuat saya yakin adalah bahwa saya masih merasa menyesal atas keputusan itu sampai sekarang. Dan juga saya tidak akan mau memilih keputusan seperti itu lagi. Dan itulah alasan saya berada disini.”
 ~~~

Soo-ha berjalan pulang dari sekolah. Joon-gi dan temannya ngerumpi sambil ngeliatin Soo-ha.
“Dia bakalan masuk ke universitas mana ya?” tanya Joon-gi.
“Para guru selalu memujinya. Apakah kamu pikir dia bakal masuk universitas? Dia pinter banget.” Teman Joon-gi menimpali. “Dia tinggi, dan pintar berkelahi.”
Joon-gi tersinggung “sudah berapa kali ku bilang, itu cuma keberuntungan aja.”

Soo-ha berjalan di trotoar, dia melihat seseorang yang dikenalnya di sebrang jalan, Hye-sung. Soo-ha berlari mengejarnya, dia menerobos lampu merah untuk pejalan kai, hampir ketabrak. Dia terus berlari. Hye-sung mulai gak keliatan karena banyak orang. Dan Soo-ha pun kehilangan jejaknya.

Soo-ha berada di tempat latihan beladiri, dia menulis sesuatu di bukunya, kemudian menyandarkan kepalanya, dan flashback lagi..
 ~~~
Dokter memeriksa kondisi Soo-ha kecil. Soo-ha tidak merasa mual ataupun pusing, tapi dia masih belum bisa bicara. Jadi, Soo-ha mengalami syok sehingga dia tidak bisa bicara.
Ada dua detektif disana.
Detektif 1: “Karena dia tidak bisa bicara, kita harus menyerah untuk mendengar penjelasannya atas apa yang terjadi. Investigasi yang berjalan dan keterangan saksi sudah cocok.”
Detektif 2: “Saya rasa itu sudah cukup untuk memutuskan bahwa ayah anak ini mengantuk saat mengendara.”
Detektif 1: “Kalau begitu saya pikir kasus ini  sudah berhasil diselesaikan.”
Soo-ha yang mendengar pembicaraan kedua detektif itu, mengambil kertas dan crayon menuliskan bahwa sopir truk itu membunuh ayahnya, dan menunjukkannya pada detektif.
Detektif 1 bilang sulit untuk membuktikannya jika hanya berdasarkan perkataan Soo-ha yang kepala terluka dan tidak bisa bicara tanpa adanya saksi, apalagi jenazah ayahnya sudah dikremasi (tidak bisa dilakukan otopsi).
 ~~~

Di ruang persidangan. Si pembunuh dengan tegas menyebutkan bahwa itu adalah kecelakaan, bukan pembunuhan. Jaksa penuntut mengatakan bahwa kesaksian dari anaknya bahwa itu adalah pembunuhan. Pengacara si pembunuh membela, bahwa Soo-ha terlalu kecil untuk menyadari apa yang terjadi, dan juga mengalami syok, jadi tidak bisa dipercaya begitu saja. Hakim pun manggut-manggut.
Si pembunuh dengan muka tak bersalahnya menatap Soo-ha dan berkata dalam hati. Soo-ha yang mendengarnya, menuliskan dalam kertas dan meminta mereka membacanya. “Semua orang bodoh disini berasa di pihakku.” Si pembunuh terperanjat. Soo-ha juga bilang bahwa dia bisa membaca pikiran orang lain. Dan membuat pengacara itu semakin meyakinkan bahwa Soo-ha berbohong dan perkataannya tidak bisa dijadikan bukti.
Hakim Seo menanyakan apakah ada bukti lain atau saksi kepada Jaksa penuntut.

Si pembunuh berkata lagi dalam hatinya sambil menatap Soo-ha, “Aku tidak tahu bagaimana anak kecil sepertimu membaca pikiranku, tapi terima kasih. Aku selamat karenamu. Jangan berharap akan ada saksi lain, karena aku mengatakan pada mereka aku akan membunuhnya jika mereka datang.”

Soo-ha menangis, dan pada saat itu Hye-sung masuk ke ruang sidang, Do-yeon tidak.
Semua orang memperhatikannya dan hakim pun bertanya untuk kedatangannya.
“Aku….” Hye-sung terdiam melihat si pembunuh menatapnya. Kemudian dia melihat kearah Soo-ha, dan Hye-sung memantapkan hatinya. “Aku saksi untuk kasus pembunuhan ini. Namaku Jung Hye-sung.”
Semua orang menatapnya terkejut. Hye-sung melanjutkan, “Saat kecelakaan terjadi aku ada disana. Dan aku melihat dengan jelas. Pria itu, memakai tongkat besi memukul kepala pengemudi. Lalu dia menyuruh kamu untuk menutup mulut dan pengemudi itu meninggal karena dia terlalu banyak bicara.” Hye-sung menunjuk si pembunuh.
Hakim Seo bertanya pada Soo-ha apakah dia adalah saksinya, dijawab dengan anggukan kepala Soo-ha.
Hakim bertanya pada si pembunuh apakah dia melihat Hye-sung, yang dijawab “Tidak. Ini adalah pertama kalinya saya melihatnya.”
Pengacara si pembunuh membela, bahwa Hye-sung tidak ada pada saat penyelidikan, dia tidak punya hak untuk menjadi saksi. Pengacara dan jaksa berdebat masalah itu. Hakim pembantu pun mengatakan sulit untuk menjadikannya saksi untuk saat ini.
Si pembunuh tersenyum penuh kemenangan. Tapi.. Hye-sung menunjukkan hap nya dan berkata bahwa dia memiliki fotonya, “Aku mengambil foto pada saat pria itu memukul kaca mobil dengan tongkat. Apakah ini juga tidak bisa dijadikan bukti?” tanya Hye-sung.
Jaksa kemudian melihat hp Hye-sung. Hye-sung yang ketakutan dengan ancaman si pembunuh, tangannya gemetaran digenggam oleh Soo-ha.

Hye-sung dipersilahkan maju ke depan. Si pembunuh berteriak marah, dia menghampiri Hye-sung, mencekiknya, “Aku katakan kalau aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu. Aku akan membunuh orang yang kamu beritahu!”
Si pembunuh ditahan oleh beberapa orang dan hakim menyuruh membawanya keluar ruang persidangan. Sambil ditarik keluar si pembunuh berkata dan berteriak, “Aku memegang perkataanku. Aku akan membunuhmu. Jangan berpikir semuanya berakhir karena ini hanya baru permulaan!”
Hye-sung pun melanjutkan kesaksiannya, dia membaca sumpah di persidangan, bahwa dia mengatakan kebenaran.
Soo-ha terus menatap Hye-sung.
Flashback end..

Soo-ha menulis dibukunya, “Hari ini, aku melihat lagi seseorang yang mirip denganmu. Dimana kamua sekarang..?”

Flashback..
Soo-ha menepuk pundak Hye-sung yang menangis diluar. Soo-ha mengambil batu dan menulis di jalan, “Terima kasih.”
Hye-sung menghapus tulisan itu dengan kakinya, “Jangan berterimakasih. Aku menyesal sudah datang kesini.”
Hye-sung pergi, Soo-ha mengikutinya. “Jangan ikuti aku!” Hye-sung marah sambil menangis. Tapi Soo-ha terus mengikutinya.
Hye-sun berlari dan terjatuh, buku-buku di tasnya pada jatuh. Hye-sung memegang dn mengguncang pundak Soo-ha, “Ini karenamu. Semua ini karenamu! Jangan mengikutiku karena aku tidak ingin melihatmu. Hye-sung terduduk dan tangisannya semakin kencang. Soo-ha bisa mendengar suara hatinya, “Mengapa aku datang? Bagaimana jika orang itu bena-benar akan membunuhku, apa yang harus kulakukan? Dia bilang akan mendapatkan ku setelah keluar dari penjara. Bagaimana aku bisa hidup sekarang! Aku harus melupakanmu.”

Soo-ha merangkul dan memeluk Hye-sung.
 “Jika aku bertemu lagi dengan, aku benar-benar…” belum selesai Hye-sung berkata dalam hati, Soo-ha memotongnya dengan berkata, “Aku akan melindungimu.”
Hye-sung tersenyum..
Flashback end…
~~~
Soo-ha menulis dibukunya, “Aku akan melindungimu. Aku..akan melindungimu.”
Soo-ha berlatih menendang target. Bukunya terbuka oleh angin. Tulisannya hampir semuanya sama, bahwa dia melihat seseorang yang mirip dengan Hye-sung, lagi dan lagi. Diperlihatkan pula Soo-ha yang berlari mengejar orang yang dianggap Hye-sung sampai berkali-kali tapi selalu orang yang salah atau kehilangan jejak.
Suara Soo-ha, “Aku merindukanmu.”

Bersambung..


Komentar:
Soo-ha benar-benar memegang janjinya, dia ingin menjaga Hye-sung. Sepertinya  itu sejak dia melihat Hye-sung menangis dan mendengar suara hatinya yang ketakutan. Mungkin ini adalah ungkapan terimakasihnya untuk Hye-sung.
Tapi, alasan di balik pembunuhan ayah Soo-ha masih belum dijelaskan. Aku penasaran, apa yang dimaksud si pembunuh, ayah Soo-ha dibunuh karena dia banyak bicara. Apa ayah Soo-ha juga seorang pengacara?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar