Selasa, 08 Oktober 2013

I HEAR YOUR VOICE Episode 11 - 1


Hye-sung berbicara dengan Soo-ha di ruang tunggu persidangan, sebelum sidang di mulai setelah jeda rehat episode sebelumnya.

Hye-sung: “Kau mengerti apa yang baru saja ku katakan, kan? Mulai sekarang kali akan mengganti strategi. Kita akan mengatakan bahwan Min Joon-guk masih hidup. Keluar dari tersangka yang tersisa--”

Soo-ha mengalami kilasan ingatan, dia seperti sedang mengacungkan sesuatu pada Joon-guk. Soo-ha memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya, dia ketakutan.


Hye-sung: “Jadi, jika kau bisa, jangan merasa  terintimidasi oleh juri. Mengerti?”

Hye-sung berdiri dan akan berjalan pergi, tangannya ditahan oleh Soo-ha yang ketakutan.
Soo-ha: “Bagaimana kau bisa mempercayaiku lebih daripada diriku sendiri? Bagaimana kau sangat yakin bahwa aku bukan penjahatnya?”

Hye-sung: “Aku sudah mengatakannya padamu. Kau berjanji padaku bahwa kau tidak akan pernah membunuh Min Joon-guk.”

Soo-ha: “Kau percaya padaku karena janji itu? hanya karena sebuah janji?”


Hye-sung duduk kembali dan memegang tangan Soo-ha.
Hye-sung: “Apa kau tahu orang seperti apa kau ini? Untuk memegang sebuah janji yang bahkan aku tidak mengingatnya, kau mencariku selama 10 tahun. Tidakkan itu bisa dimengerti? Hanya untuk memegang sebuah janji, kau melakukannya untuk 10 tahun.”


Soo-ha terlihat lebih tenang.

Kembali ke ruang sidang.
Hye-sung maju ke depan menghadap jaksa dan juri, “Seperti yang anda katakan, aya menerimna bahwa kamu melemparkan kecurigaan lain, tanpa adanya bukti. Tapi, anda mengatakan bahwa hanya ada satu orang yang cocok dengan semua bukti yang ada, kita berpikir bahwa terdakwa, Park  Soo-ha adalah penjahatnya. Tapi, terus terang, ada satu orang lagi.”


Jaksa dan juri tercengang.
Hye-sung: “Orang itu ada di tempat kejadian, cocok dengan semua bukti, dan juga memiliki catatan panggilan. Juga menggunakan pisau sebagai senjata dan memiliki cukup tenaga untuk memotong satu tangan.”

Hakim Kim: “Siapa itu?”

Hye-sung menghadap hakim: “Itu adalah korban, Min Joon-guk.”

Hakim Kim setengah berteriak, “Apa maksudmu? Min Joon-guk adalah seseorang yang mati dalam kasus ini! Bagaimana mungkin dia menjadi tersangka?”

Hye-sung: “Yang mulia dan para juri, kami percaya bahwa korban, Min Joon-guk, masih hidup.”



Episode 11
I’m Sorry, I Hate You


Hakim Kim: “Jaksa dan Pembela, bisakah kalian mendekat ke meja hakim sebentar?”

Jaksa dan Pembela mendekat ke meja hakim. Hakim Kim menutup mikrofonnya.
Hakim Kim: “Pembela, mengapa kalian seperti ini? Sesuatu yang penting seharusnya diberitahukan sebelum persidangan.”

Kwan-woo berbisik: “Jika kami mengetahuinya lebih cepat, kami pasti memberitahumu. Tapi apa yang bisa kami lakukan jika kami baru saja terpikir saat ini?”

Jaksa: “Ini adalah perkiraan yang buruk.  Kau tahu itu kan?”
Hye-sung: “Kami tahu. akan tetapi, bahkan jika ini memang perkiraan yang buruk, ini adalah sebuah pengajuan yang bagus. Untuk kepentingan terdakwa.”

Do-yeon: “Ini Sidang juri. Jaksa tidak akan menerima bukti atau saksi tambahan apapun.”
Kwan-woo: “Kami akan mencobanya berdasarkan pada bukti yang telah ada.”
Hakim Kim terlihat agak stress, “Baiklah. Tapi kalian harus tahu bahwa kami membuat pengecualian yang tidak biasa untuk kasus ini.”
Kwan-woo dan Hye-sung: “Terima kasih.”

Hakim Kim:“Mari kita mulai dengan sesi bertanya pada saksi Hwang Dal-joong.”
Hakim Kim menyuruh semuanya kembali ke tempatnya, dan menghela nafas panjang. Hakim Kim ini entah kesal, stress, atau frustasi. J

Hwang Dal-joong dihadirkan sebagai saksi.
Kwan-woo: “Sampai sekarang, kau telah dihukum selama 26 tahun untuk kejahatan pembunuhan memutilasi istrimu, benar?”
Dal-joong: “Benar.”

Kwan-woo: “Pada saat itu, karena hanya tangan kiri istrimu yang ditemukan, panggilan untuk kasus itu adalah kasus Pembunuhan Tangan Kiri, benar?”

Dal-joong: “Benar.”
Kwan-woo: “Saat menghabiskan waktu bersama dengan korban Min Joon-guk, pernahkah kau mengatakan padanya tentang kasus ini?”
Dal-joong: “Ya. Pernah.”

Kwan-woo: “Kau mendengar bahwa Min Joon-guk telah dibunuh, benar?”
Dal-joong: “Benar.”

Kwan-woo: “Bukti yang menunjuk pada pembunuhan korban, Min Joon-guk, adalah tangan kirinya yang ditemukan di tempat kejadian. Apa kau tahu itu?”

Dal-joong: “Tidak.”

Kwan-woo: “Tidakkah kau berpikir bahwa kasus ini secara kebetulan sangat mirip?”
Dal-joong: “Ya. Aku pikir juga begitu.”

Kwan-woo menghadap juri: “Lalu, mari kira berpikir tentang skenario berikut. Saat itu, korban, Min Joon-guk dicari (buron) untuk percobaan pembunuhan dan pembalasan, dia mendengar tentang kejadian Tangan Kiri dari saksi dan mendapatkan sebuah ide. Agar terbebas selamanya dari pencarian polisi, dia juga dapat membalas dendam pada terdakwa, Park Soo-ha. Dengan demikian, dia memotong tangan kirinya sendiri dan membuatnya seperti Park Soo-ha melakukan pembunuhan mutilasi.”

Jaksa menginterupsi: “Yang mulia, Pembela sekarang sedang membelokkan fakta dengan perkiraan.”
Kwan-woo langsung menaggapi setengah membentak, “Bukankah tuntutan jaksa juga berdasarkan perkiraan? Hanya tangan kiri yang ditemukan! Bagian dari tubuhnya yang lain tidak ditemukan dimanapun. Sejak awal, tanpa tubuh, menyebut kasus ini sebagai pembunuhan adalah perkiraan. Tidak, itu salah, menurut saya.”
Kwan-woo menunjuk Jaksa, yang tidak bisa membalas perkataan Kwan-woo.


Hye-sung mengangguk. Hakim Kim juga tampak setuju dengan Kwan-woo dan juri manggut-manggut.

Hye-sung yang sejak tadi menulis sesuatu di telapak tangannya, diperhatikan oleh Soo-ha.

Saksi kedua. Petugas polisi, Pakpol.
Jaksa: “Pada 30 Mei 2012, apakah Park Soo-ha datang ke kantor polisi dan mengancammu?”
Pakpol ini terlihat takut-takut melirik ke Soo-ha, “Huh? Ya.”

Jaksa: “Ancaman seperti apa itu?”
Pakpol agak lama baru menjawab, dia menirukan kata-kata Soo-ha waktu itu, “Jika kalian tidak melakukan tindakan, aku mungkin akan mencari Min Joon-guk dan membunuhnya. Itulah yang dia katakan.”

Soo-ha menatap tak percaya pada Pakpol.



Jaksa: “Jika Min Joon-guk telah dibunuh, siapa orang pertama yang kau, saksi, akan dijadika tersangka?”
Pakpol takut-takut menjawab: “Park Soo-ha…”

Jaksa tersenyum senang, “Cukup.”

Hye-sung terlihat kesal. Pakpol melihatnya dan segera memalingkan wajah.

Pengacara Shin menandain bukti-bukti yang di patahkan oleh tim pengacara.


Kwan-woo: “Saksi, pada 31 Mei 2012, kau kehilangan senjatamu, aku benar?”
Pakpol terkejut: “Huh?...”
Dia lalu melirik Hye-sung, dan mendapat “ancaman” darinya lewat isyarat, “Jika kau tidak mengatakan yang sebenarnya, aku akan membunuhmu. Aku mengawasimu.”


Pakpol mengangguk pelan, “Ya, aku melakukannya.”


Kwan-woo: “Apakah kau menuduh Park Soo-ha sebagai pencurinya?”
Pakpol: “Ya..”
Kwan-woo: “Apakah Park Soo-ha benar mencuri senjatanya?”
Pakpol: “Tidak, tidak! Itu hanya kesalahanku.”

Kwan-woo: “Apakah kau, sebagai akibat dari ‘kesalahan’ itu, menuduh Park Soo-ha sebagai pembunuh Min Joon-guk?”
Pakpol tergagap, “Itu…itu..aku tidak…”
Kwan-woo menghentikan sesi bertanyanya, “Cukup.”

Juri mensilang catatannya, Pengacara Shin juga mencoret catatannya.

Do-yeon: “Pisau ini, yang diduga digunakan saat pembunuhan, adalah pisau yang selalu bawa dalam kesehariannya dan terdapat sidik jari terdakwa di keseluruhannya.”

Kwan-woo: “Di pisau tersebut, sidik jari Min Joon-guk juga ditemukan. Juga, satu minggu sebelum kejadian, saat korban Min Joon-guk melukai Park Soo-ha dan Jan Hye-sung, itu adalah pisau yang dia bawa lari bersamanya. Itu berarti bahwa korban, Min Joon-guk, orang terakhir yang memegang pisaunya.”


Jaksa: “Jika anda melihat catatan panggilan korban, Min Joon-guk, orang terakhir yang dia telpon terdakwa Park Soo-ha.”

Hye-sung: “Disisi yang melakukan panggilan telpon adalah korban dan terdakwa menerima telpon. Jika tujuannya untuk bertemu dan membunuh, maka orang yang memulai telpon pasti adalah terdakwa.”


Do-yeon: “Terdapat jumlah darah yang sangat banyak di tempat kejadian, dan juga potongan tangan kiri ditemukan. Pembela terdakwa pasti mempunyai cukup bukti untuk menetapkan bahwa korban, Min Joon-guk masih hidup.”

Kwan-woo: “Mendekati seperti yang dikatakan Jaksa, mereka juga pasti mengajukan cukup bukti untuk membuktikan bahwa korban benar-benar sudah meninggal. Jumlah darah yang banyak tidak cukup untuk menyatakan kematian. Juga, hanya sebuah tangan kiri bukanlah bukti suatu kematian.”


Juri membuat catatan lagi.
Pengacara Shin melihat catatannya, “Kalian melakukannya dengan baik. Hampir semua bukti telah di balikkan.


Kwan-woo kembali ketempatnya dan sempat bertukar tos dengan Kwan-woo.
***

Yoo-chang memakan buah di toko buah itu.
Yoo-chang: “Wow, ini enak sekali. Bibi, berapa harga untuk satu kotak?”
Moon Suk-nam: “ 50 ribu won. Jik kau ke Seoul, ini 10 ribu won hanya untuk satu buah.”


Yoo-chang: “Bisakah kau membungkusnya dengan rapi jadi aku bisa membawanya?”
Suk-nam tersenyum: “Tentu saja. Kau mau satu kotak?”
Yoo-chang juga tersenyum, “Tidak. Dua kotak.”
Suk-nam tertawa senang, “Oke.”

Yoo-chang: “Tapi bibi… Bagaimana rupa Park Soo-ha saat kau bertemu dengannya? Orang-orang bilang dia sangat cantik. Apakah dia sangat menarik?”
Suk-nam: “Well, tubuhny menggairahkab, jadi, dia sangat menarik.”

Yoo-chang tercengang, si bibi masuk jebakannya, “Oh benarkah? Park Soo-ha seorang laki-laki. Lihat, kau tidak pernah bertemu langsung dengannya. Lalu, bagaimana kau merubahnya?”

Si bibi berubah menjadi marah, “Pergi! Kau datang untuk mengambil uang hadiahku, kan? Aku tidak akan menjual ini padamu. Pergi! Pergi!”
Si bibi memukuli Yoo-chang dengan pemukul lalat.

Yoo-chang: “Aku tidak datang untuk mengambil uangmu. Sumpah! Kadi katakan padaku! Bagaimana kau mengetahui untuk melaporkannya?”

Si bibi memukul lagi dan masuk ke dalam tokonya.
Yoo-chang akan masuk juga, tapi di kunci dari dalam, “Bibi! Bibi! Buka pintunya!”
***

Ruang sidang.
Hakim Kim: “Kita telah menyelesaikan penyajian bukti dan akan memulai pernyataan penutup. Mari kita mulai dengan jaksa terlebih dahulu.”


Do-yeon maju menghadap juri.

Do-yeon: “Setahun yang lalu, ada sebuah kasus pembunuhan yang ak tanagani. Itu adalah kasus dimana si penjhat mencari ibunya yang akan menyakiti dan membunuhnya dengan menggunakan api kebakaran.”       

Hye-sung, juga Kwan-woo mendengarkannya dalam diam.
Do-yeon: “Ada banyak cukup bukti untuk mengatakan bahwa terdakwa saat itu adalah kriminal. Ada banyak bukti yang memiliki hubungan rasa permusuhan. Dan di terlihat sebagai orang terakhir di depan CCTV toko sebelum itu di manupulasi. Di kepala korban tedapat luka yang diakibatkan oleh dua kali pukulan senjata tajam. Korban benar-benar terlihat seperti dibunuh.”


Do-yeon menghadap dan menghormat pada hakim.
Do-yeon: “tentu saja, berdasarkan kriteria saya. Namun, pengacara menyatakan bahwa itu bukan pembunuhan melainkan sebuah kecelakaan. Dua retak di kepala adalah akibat dari arrhythmia, CCTV rusak secara kebetulan, dan kebakaran adalah kebakaran tak disangka, buka sengaja dibakar.”

Kwan-woo tampak merasa sangat terpukul. Soo-ha yang kurang mengeri menatap Hye-sung dan Kwan-woo.



Do-yeon: “Pengacara mengatakan bahwa itu adalah sebuah kecelakaan dibuat oleh kebetulan yang mengerikan. Dan bahwa terdapat keraguan yang beralasan, penjahatnya di bebaskan. Lalu, segera setelah dibebaskan, di pergi menemui orang-orang yang melawannya di pengadilan dan melakukan dendam dan mengancam mereka. Dari sekian banyak bukti, kami hanya memberi nilai 80 dari 100, maka dia dibebaskan... 

....Karena menunggu 20 bagian dapat berkumpul untuk membuat sebuah gambar yang berbeda, yang akan menimbulkan kecurigaan yang beralasa, terdakwa dinyatakan tidak bersalah. 100 bagian dari puzzle gajah, memasangnya hanya 80 bagian tidak akan membuatnya terlihat seperti harimau atau kucing. Jika kau hanya menggabungkan 80 bagian, bahkan anak TK bisa mengatakan bahwa itu adalah seekor gajah... 



...Lihatlah pada puzzle yang aku tunjukkan hari ini, kalian tahu gambar apa itu. Sidik jari terdakwa dalam pisau, hubungannnya, catatan ponsel, pengakuannya dan tangan kiri. Aku memohon pada kalian untuk persidangan yang adil, jadi semua bukti tidak akan menjadi sia-sia seperti persidangan tahun lalu. Dan juga tidak untuk memberikan keputusan yang salah.”

Semua tegang. Kemudian hakim menyuruh pembela untuk melakukan pernyataan penutup.


Kwan-woo akan beranjak duduk, lalu ditahan Hye-sung.
Hye-sung: “Aku akan melakukannya. Biarkan aku melakukannya.”





Hye-berdiri di depan juri.
Hye-sung: “Pertama, aku berterima kasih pada kalian semua untuk tetap bersama kami dalam persidangan yang panjang ini. Sebelum kesimpulan, aku yang ingin kalian mengetahui suatu hal. Ini tentang kasus yang baru saja dibicarakan oleh jaksa. Korban dalam kasus itu adalah ibuku.”

Hye-sung menahan tangisnya. Terjadi kegaduhan dalam ruangan sidang, mereka tidak menyangka jika itu ibunya Hye-sung.

Hye-sung: “Pada saat itu, aku mengatakan kecurigaan yang beralasan itu, akhirnya, pembebasan kriminal, asumsi tidak bersalah, adalah aturan yang seharusnya menjadi makanan hewan. Aku ingin mencekik siapa orang yang membuat aturan itu. akan tetapi, aku mengetahuinya hari ini mengapa prinsip menyebalkan ini dibutuhkan.”


Hye-sung menatap Soo-ha, “Terdakwa tidak memiliki ingatan apapun tentang apasaja yang terjadi setahun yang lalu. Dan, tangan kiri korban Min Joon-guk ditemukan, ada 2 kejadian yang bisa terjadi. Yang pertama adalah bahwa terdakwa benar-benar membunuh korban. Atau Min Joon-guk membuat seluruh skenario dan kemudian pergi bersembunyi.”


Hye-sung kepada juri, “Saat menyaksikan persidangan ini.. jika dalam pikiran anda, keduanya memiliki kemungkinan alasan yang sama, maka terdakwa harus dibebaskan. Jika mengalami keraguan, memberikan keuntungan pada terdakwa adalah prinsip dari persidangan kriminal. Jaksa mengatakan bahwa kasus ini seperti 100 bagian puzzle dengan 20 bagian menghilang. Tentu saja, walaupun 20 bagian menghilang, puzzle gajah tidak akan berubah menjadi puzzle singa. Akan tetapi, karena kehilangan 20 bagian, seseorang tidak bisa mengatakan bahwa gajah menggunakan kakinya untuk membunuh seseorang atau menendang bola.”



Hye-sung melanjutkan: “Jika anda hanya menyimpulkan, mengabaikan 20 bagian yang hilang dan melihat pada gambar tanpa bagian kaki bahwa gajah tersebut melangkahi seseorang yang bisa membunuhnya, apa yang akan terjadi? Jika anda membunuh gajah itu dan menunggu 20 bagian yang menghilang ditemukan sesudahnya, yang menunjukkan bahwa sesungguhnya gajah itu hanya menendang bola, apa yang akan anda lakukan? Anda tidak bisa menghidupkan kembali gajah yang sudah mati.”

Hye-sung menghadap Soo-ha, “Begitu juga dengan terdakwa. Jika dia menerima keputusan yang tidak adil dengan dipenjara bertahun-tahun...jika dia menghabiskan waktu terbaiknya di dalam penjara, kita tidak bisa mengembalikan waktu itu padanya.”

Hye-sung mengahadap hakim lagi, “Inilah mengapa kami membutuhkan prinsio menyebalkan itu.”
Hakim menghela nafas..

Hye-sung menghadap juri sambil menahan tangisnya, “Ini adalah prinsip mengerikan yang membebaskan pembunuh ibuku, tapi juga dapat menyelamatkan terdakwa yang sekarang ada dihadapanku. Prinsip yang seperti tali tipis dimana kami bergantung padanya dengan penuh harapan.”
***


Kwan-woo sedang menelpon Yoo-chang di tangga di luar ruang persidangan.
Kwan-woo: “Para juri baru saja melakukan perundingan. Dimana kau?”
Yoo-chang: “Aku berada di perjalanan menuju Seoul.”

Kwan-woo: “Kau tidak menemukan apapun tentang Moon Sung-nam?”
Yoo-chang: “Ya. Aku tetap menunggu, tapi dia tidak keluar juga.”
Kwan-woo: “Baiklah. Sampai ketemu besok.”

Kwan-woo melihat Hye-sung berjalan di bawah, dia akan memanggilnya, tapi ada Do-yeon yang memanggilnya terlebih dulu.

Do-yeon membalikkan badan Hye-sung, memegang lengannya, “Jang Hye-sung.”
Hye-sung: “Ya. Ada apa?”
Do-yeon: “Biarkan aku menanyakan sesuatu. Apa kau tidak merasa bersalah pada ibumu?”
Hye-sung: “Tidak. Mengapa?”


Do-yeon: “Metode yang baru saja kau gunakan adalah metode yang sama dengan yang digunakan Pengacara Cha dalam kasus Min Joon-guk, apa kau tahu? Kau tahu?”
Hye-sung: “Aku tahu.”
Do-yeon: “Lalu, apa kau mengatakan bahwa Pengacara Cha benar?”

Kwan-woo mendengarkan pembicaraan mereka, tanpa di sadari oleh mereka.



Do-yeon: “Dengan logika seperti itu, dia membebaskan seseorang yang membunuh ibumu.”
Do-yeon terlihat emosi, sedangkan Hye-sung terlihat tidak bersemangat.

Hye-sung menurunkan tangan Do-yeon dari lengannya.
Hye-sung: “Ya. Aku berpikir Pengacara Cha melakukan apa yang harus dia lakukan sebagai seorang pengacara.”
Do-yeon: “Aku merasa sangat sedih untuk ibumu. Jika dia tahu, dia akan sangat kecewa.”

Hye-sung: “Tidak. Dia akan mengatakan bahwa aku benar. Bahwa aku melakukan hal yang benar. Dia akan mengatakan aku telah melakukannya dengan baik.”
Kwan-woo berkaca-kaca mendengar perkataan Hye-sung.

Do-yeon: “Aku tidak berpikir seperti itu.”
Hye-sung: “Dia ibuku. Aku mengenalnya dengan baik. Aku yakin, dia akan mengatakan padaku bahwa aku melakukannya dengan baik.”
(Ya benar, ibu Hye-sung pasti akan mengatakan itu, bahkan di akhir hidupnya, ibu masih tetap mengatakan bahwa Hye-sung melakukannya dengan baik.)

Hye-sung kemudian berjalan pergi. Kwan-woo sudah meneteskan air matanya.
*** 



Hye-sung di toilet, membersihkan coretan di tangannya. Dia meneteskan air mata, dan berbicara pada cermin seolah berbicara dengan ibunya.
“Ibu.. aku benar, kan? Aku melakukannya dengan baik, kan?”

Hye-sung sudah tidak bisa menahan isak tangisnya, dia menangis keras.
Di luar, ternyata ada Kwan-woo yang mendengar kata-kata dan tangisan Hye-sung. Kwan-woo ikut menangis.
(Aku baru liat akting menangis aktor ini, bagus juga, waktu dia jadi Oska di SG, gak pernah liat dia nangis seperti ini..)
***

Kwan-woo menemani Soo-ha di ruang tunggu.
Soo-ha: “Jam berapa ini?”
Kwan-woo melihat jam di tangannya, “10.50.”

Soo-ha: “Ini menghabiskan waktu lebih lama dari pada yang aku perkirakan.”
Kwan-woo: “Aku kira mereka berpikir lebih lebih panjang untuk ini. Itu akan berakhir dengan cepat jika mereka semua memiliki pemikiran yang sama.”


Kwan-woo menghadap Soo-ha, “Walaupun jika nanti kita kalah, jangan khawatir. Kita dapat mengajukan banding.”
Soo-ha: “Aku ingin mengatakan ini sebelum keputusan. Terima kasih untuk kerja kerasmu hari ini.”  Soo-ha membungkuk pada Kwan-woo.

Kwan-woo: “Tidak…itu yang ingin aku katakan. Kau mungkin tidak mengingatnya, tapi aku berhutang padamu. Pada Pengacara Jjang juga. Aku belum membayar hutang iu. Jadi, itulah mengapa kau tidak bisa berada di dekat Pengacara Jjang. Persidangan hari ini adalah kesempatan untukku. Kesempatan untuk kembali ke sisi Pengacara Jjang.”

Soo-ha tampak berpikir, “Kau sepertinya menyukai Pengacara Jjang.”
Kwan-woo tersenyum, “Ya. Sangat.”

Lalu petugas memberitahu mereak untuk bersiap-siap, karena pembacaan keputusan akan segera dilakukan.
***

Ruang sidang.
Hakim Kim: “Aku akan membacakan keputusan untuk kasus Park Soo-ha. Terdakwa, silahkan berdiri.”



Soo-ha yang terlihat tegang pun kemudian berdiri.



Hakim Kim kemudian membacakan keputusan.
“Terdakwa, Park Soo-ha telah dituntut untuk pembunuhan Min Joon-guk. Terdakwa menyatakan bahwa dia tidak melakukan pembunuhan dan mengajukan pembelaan tidak bersalah. Keputusan resmi, hasilnya adalah 5 banding 4. Berdasarkan hasil juri, aku akan menetapkan keputusan dari persidangan ini. Dalam persidangan kriminal, pengakuan kebenaran harus didasarkan pada bukti. Sebagai tambahan, penetapan bersalah tidak hanya ditentukan oleh bukti langsung, tapi juga dapat ditetpkan berdasarkan bukti tidak langsung.”

Do-yeon menghela nafas lega.




Hakim: “Bahwa terdakwa, Park Soo-ha, mengakui kejahatannya sangat cepat dalam penyelidikan polisi, fakta bahwa tangan kiri korban ditemukan di tempat kejadian, dan terlihat tidak ada tanda-tanda kehidupan. Jika kau mengambil pertimbangan bahwa senjata pembunuhan memili sidik jari terdakwa, terdakwa membunuh korban karena dendam, dan ada kemungkinan bahwa mungkin dia memotong korban. Dalam hal ini, tedakwa membunuh korban seperti yang dituduhkan, kami akan melihat jika ada bukti nyata.”


Hakim membalikkan halaman kertas keputusan, “Pertama, pengakuan terdakwa sama dengan apa yang dituduhkan, karena terdakwa menderita amnesia, maka kebenarannya diragukan. Juga, dengan pisau yang bahkan tidak memiliki ukuran 20 cm, memotong korban yang memiliki berat mendekati 80 kg ke dalam potongan-potongan kecil sangat tidak memungkinkan, bahwa mayat korban atau bentuk fisik lainnya tidak ditemukan,  juga fakta bahwa korban telah dibunuh dan kemungkinan lainnya, adalah situasi di mana kami merasa ragu.”

Do-yeon ingin menyangkal sepertinya, tidak percaya dengan keputusan juri.




Hakim: “Terutama korban dengan licik menunjukkan sisi kelicikannya. Juga, dengan fakta dari kasus Hwang Dal-joong, yang dipenjara dalam sel yang sama dengan korban, fakta bahwa kasus ini sangat mirip, jadi kemungkinannya sangat tinggi bahwa korban melukai dirinya sendiri dan melarikan diri.”

Hye-sung tersenyum, ada harapan untuknya.

Hakim: “Akhirnya, dengan memperhatika tuntutan pada kasus ini, kami tidak dapat melihat bahwa tidak ada bukti layak, dan dalam situasi seperti ini, dalam keraguan, mengukuti prinsip kriminal yang cocok bahwa terdakwa tidak ada lagi alasan untuk di adili. Berdasarkan akhir undang-undang kriminal 325, terdakwa….tidak bersalah.”











Kwan-woo mengepalkan tangannya gembira. Soo-ha menghela nafas lega. Hye-sung menelungkupkan tangannya ke wajah, lega. Do-yeon menundukkan kepalanya, kecewa. Hadirim tersenyum bahagia. Pegacara Shin mengepalkan tangannya dan berucap, “Kau melakukannya dengan baik.”
Hakim pun terlihat cukup lega. Juri menganggukan kepalanya dan tersenyum.

Hye-sung tersenyum pada Soo-ha.
***


Hakim Kim tampak keluar ruangan dengan gagah. Beberapa saat kemudian dia limbung dan hampir tejatuh, untung segera ditangkap oleh rakannya.
Hakim 1: “Apa kau baik-baik saja?”
Hakim 2: “Apa kau merasa kurang sehat?”
Hakim Kim: “Aku gugup…karena itu aku merasa sangat lemas.”
(Lucu liat adegan ini… ^^)
***

Soo-ha diam berdiri di depan ruangan sidang. Dia berkata dalam hatinya, “Ke mana aku harus pergi sekarang?”


Lalu ada Hye-sung menghampirinya.
“Apa yang kau lakukan disini tanpa pulang ke rumah?”
Soo-ha: “Aku ingin pulang ke rumah, tapi aku tidak ingat dimana tempatnya.”
Hye-sung: “Aku akan mengantarmu, aku tahu dimana alamatmu.”
Soo-ha tersenyum, “Ya..”
***


Kwan-woo berdiri di ruangan sidang yang gelap, lalu datang Pengacara Shin menghampirinya.
Pengacara Shin: “Apa yang kau lakukan? Ini sudah larut.”
Kwan-woo: “Aku ingin mengingat ini dalam ingatanku… apa yang telah terjadi… hari ini dan waktu ini.”

Pengacara Shin: “Hmm? Apa maksudmu?”



Kwan-woo: “Mulai sekarang, aku akan terluka saat mencoba membela seseorang. Seperti kasus Min Joon-guk. Mengecilkan hati dan terluka dengan kebohongan terdakwa. Dan akan ada banyak momen tidak berharga. Dan saat itu terjadi, aku akan merasa ingin melepaskan pekerjaanku sebgai seoran pengacara. Benarkan?”

Pengacara Shin tersenyum, “Ya. Mungkin..”
Kwan-woo: “Setiap kali itu terjadi aku akan mengingat persidangan hari ini. Dengan itu, aku akan memegangnya dengan kuat. Saat itu akan segera datang, dimana itu akan menghapus semua kepedihan dan kenangan buruk. Untuk saat itu, aku akan memegangnya erat dengan seluruh kekuatanku.”

Kwan-woo berkaca-kaca, dia menyadari bahwa pedihnya menjadi seorang pengacara. Pengacara Shin memegang pundaknya menenangkan.
***


Hye-sung sampai di apartemen Soo-ha. Hye-sung ternyata tahu alamat Soo-ha dari berkas persidangan. Begitu sampai Hye-sung langsung pergi meninggalkan Soo-ha.
Hye-sung: “Kita sudah sampai, apartemen nomor 804. Masuklah, aku pergi.”

Soo-ha hanya tersenyum. Kemudian dia bingung berapa password pintu apartemennya. Dan ternyata Hye-sung kembali lagi untuk mengecek.
Hye-sung: “Apa yang kau lakukan, kenapa tidak masuk?”
Soo-ha: “Aku tidak mengingat kodenya.”
(Lagian Hye-sung, udah tau Soo-ha hilang ingatan, masa dia bakal tau kodenya….)


Hye-sung lalu menelpon tukang yang bisa mengubah password. Dan mereka akan datang dalam 30 menit.
Hye-sung duduk berjongkok di lantai, bersebrangan dengan Soo-ha. Hye-sung tampak kelelahan.

Sudah lewat 30 menit, tapi tukangnya belum juga datang.
Lampu mati, Hye-sung menepuk tangannya dan lampu menyala lagi.


Soo-ha: “Apa kau khawatir, Pengacara?”
Hye-sung: “Tentang apa?”
Soo-ha: “Jika Min Joon-guk masih hidup, apakah kau dalam bahaya?”
Hye-sung: “Mungkin.”
Soo-ha: “Jika aku benar-benar membunuh Min Joon-guk kau tidak akan khawatir, benar kan?”
Hye-sung sedikit membentak, “Jangan bicara omong kosong. Ini 100 kali lebih baik bahwa Min Joon-guk masih hidup daripada kau menjadi seorang pembunuh.:
Soo-ha menunduk, seperti anak kecil yang menyadari kesalahannya, “Baik.”



Lampu mati lagi, tapi Hye-sung diam saja. Lalu Soo-ha yang menepuk tangannya.
Lampu menyala dan Soo-ha melihat Hye-sung yang tertidur.
Soo-ha pindah mendekat dan memandangi wajah Hye-sung sambil tersenyum.

(Ost. by Jung Yeop, aku sengaja pasang banyak gambarnya, sayang untuk dilewatkan… walaupun hilang ingatan, sepertinya ‘rasa’ yang dimiliki Soo-ha tidak hilang, romantisnya masih ada… ^^)





Soo-ha mengatupkan dagu Hye-sung, menutup mulutnya yang agak terbuka dan menyandarkan kepala Hye-sung ke bahunya.


Soo-ha melihat bekas coretan di tangan Hye-sung di persidangan. Dia lalu mencium tangan itu.



Melihatnya kembali, menggenggamnya dan menciumnya lagi.
***



Hye-sung terbangun di atas sofa di dalam apartemen Soo-ha.
(Berarti Soo-ha yang menggendongnya ya…)


Hye-sung melihat Soo-ha yang duduk tertidur di sampingnya. Hye-sung ingin membelai kepala Soo-ha, tapi tertahan. Dia tidak berani menyentuhnya. Hye-sung pun menulis sesuatu.
***





Soo-ha bermimpi. Dia sedang berlari, entah berlari menghindari apa atau siapa. Tiba-tiba dari arah depan ada mobil yang menabraknya. Bukan Joon-guk yang menabraknya. (Mirip si kakek yang di pulau gak?) Soo-ha terjatuh dah tak sadarkan diri.
***


Soo-ha terbangun, dan mencari Hye-sung yang sudah tidak ada di sisinya. Dia menemukan banyak note ditempel di kulkas untuknya dari Hye-sung. Matanya lalu tertuju pada note yang terakhir, “Jangan hubungi aku lagi.”
Soo-ha memandanginya dengan sedih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar