Rabu, 09 Oktober 2013

I HEAR YOUR VOICE Episode 14 - 2

Yoo-chang menjadi wasit latihan Pengacara Shin dan Hye-sung. Hye-sung menjadi pembela, dan Pengacara Shin menjadi jaksa.

Yoo-chang: “Start!”

Hye-sung: “Terdakwa, Hwang Dal-joong, setelah di bebaskan bertemu istrinya yang dia bunuh 26 tahun yang lalu, tidak, yang diduga dibunuhnya, Jeon Young-ja.”

Pengacara Shin: “Yang mulia, pembela dibingungkan dengan kenyataan yang belum dipastikan kebenarannya. Nama asli korban di KTP adalah Son Chae-ok dan bukan Jeon Young-ja.”

Hye-sung: “Dia membuat identitasnya. 26 tahun yang lalu dia memotong tangannya sendiri dan berpura-pura sudah meninggal dan menjalani hidupnya dengan nama lain. Jika kau melihat CCTV, korban, Jeon Young-ja, melihat terdakwa, dan langsung mengenalinya dan menjadi ketakutan. Itu karena terdakwa adalah suami yang dia masukan ke penjara 26 tahun yang lalu.”

Pengacara Shin: “Hakim, seorang wanita yang sendirian di malam hari dan seorang laki-laki mendekatinya dengan agresif. Siapapun wanita itu, pasti akan ketakutan.”
Hye-sung: “Korban tidak mempunyai tangan kiri. 26 tahun yan lalu hanya potongan tangan kiri istrinya yang di temukan. Apakah ini benar sebuah kebetulan?”

Pengacara Shin: “Ini hanya sebuah anggapan untuk dapat dipercayai bahwa Son Chae-ok dalah Jeon Young-ja, berdasarkan fakta bahwa dia kehilangan tangan kirinya. Dia seharusnya membuktikan dengan bukti yang konkrit seperti DNA atau sidik jari.”

Yoo-chang: “Jaksa menang!”

“Wow!” Pengacara Shin melonjak kegirangan.

Hye-sung: “Apa kau senang bahwa kau menang?!” (kan berarti pembela kalah)
Pengacara Shin menutup mulutnya, “Tidak.”

Yoo-chang: “Bagaimanapun, sepertinya kita harus menemukan putri Hwang Dal-joong. Tanpa tes DNA ini akan sulit untuk membuktikan bahwa korban adalah istri Hwang Dal-joong.”

Hye-sung menggigiti jarinya lagi sambil melamun.
Pengacara Shin: “Pengacara Jang, mungkinkah kau sudah menemukan putrinya?”

Hye-sung sedikit terkejut: “Tidak. Aku belum menemukannya, mengapa?”
Pengacara Shin: “Jika kau menemukannya dan ragu antara memberitahunya atau tidak…”
Hye-sung: “Tidak seperti itu.”
Pengacara Shin: “Jika kau bingung antara memberitahu atau tidak. Mengatakan kebenaran adalah jawabannya. Aku pikir itu hal yang benar untuk dilakukan.”

(Tadinya aku pikir, Pengacara Shin bisa membaca pikiran orang juga. Tapi sepertinya memang Hye-sung orangnya mudah di tebak. ^^)
***
Kwan-woo makan malam bersama Choi sunbae. (Mungkin sudah banyak yang tahu, karakter Pengacara Choi ini adalah karakter di drama A Gentlement Dignity. Disambung-sambungin sama penulisnya. ^^)

Kwan-woo kesulitan sekali menggunakan sumpit dengan tangan kirinya.
Kwan-woo kesal, “Aku memakan makanan yang enak dengan cara yang buruk. Mengapa kau memilih hari seperti ini, sunbae?”  (maksudnya di saat Yoo-chang sulit untuk makan.)

Pengacara Choi: “Aku tahu. Sekarang melihatmu seperti ini, aku ragu apakah kau cukup hebat untuk menjadi pengintai di firma hukum kami.”
Kwan-woo: “Pengintai? Apa maksudnya?”
Pengacara Choi: “Kau tahu, firma kami kekurangan pengacara dengan latar belakang polisi. Jadi, kami mencari pengacara yang bagus dan memutusakan untuk merekrut kau. Hakim Kim Gong-soo juga merekomendasikanmu.”
 


Kwan-woo: “Hakim Kim? Mengejutkan sekali.”
Pengacara Choi: “Mungkin dia menyukaimu. Itu caranya. Bagaimana menurutmu? Aku dengar kau gagal dalam pemilihan pembela umum.”

Kwan-woo: “Ah, benar-benar. Gagal sebagai tempat kedua dan itu sangat dekat.”
Pengacara Choi: “Baiklah. Kau orangnya. Firma hukum kami mempunyai hubungan yang bagus dengan pembela umum.”

Pengacara Choi meminta Kwan-woo untuk memutuskan.

Kwan-woo pulang dengan perasaan gembira.
***

Hye-sung dan Soo-ha sama-sama sedang belajar.
Hye-sung memikirkan sesuatu: “Untuk Hwang Dal-joong aku perlu bertemu dengan Do-yeon dan mengatakan kebenarannya, tapi itu sepertinya terlalu kejam. Haruskah aku menemui Seo Dae-suk? Haruskah aku mencoba memberitahunya apa yang dia lakukan di pengadilan? Dia tidak akan mengatakannya dengan pikiran dingin.”

Hye-sung menelungkupkan kepalanya ke meja, terlalu keras, dan dia kesakitan.

Soo-ha: “Kau belum bertemu dengan Jaksa Seo Do-yeon?”
Hye-sung: “Belum.”
Soo-ha: “Kenapa?”

Hye-sung mengangkat kepalanya, “Bagaimana bisa aku memberitahunya? ‘Ayahmu membuat ayah biologismu masuk penjara. Dan untuk 26 tahun.’ Jika aku memberitahunya, dengan kepribadiannya, mungkin dia akan menjadi gila. Begitu juga dengan ibunya. Tapi, apa kau tahu apa yang lebih lucu? Bahkan jika aku mengungkap semua ini, tidak ada cara untuk menghukum Seo Dae-suk secara hukum. Apakah itu berperasaan? Bahkan jika aku mengungkapkan semuanya tidak akan ada hukuman.”

Soo-ha: “Oh..”
Hye-sung: “Tapi, Pengacara Shin terus mengatakan padaku untuk memberitahunya (Do-yeon). Dan, bilamana ragu antara mengatakan atau tidak mengatakan kebenaran, mengatakan kebenaran adalah hal yang benar untuk dilakukan. Apa kau juga berpikir seperti itu? Haruskah aku mengatakannya, bahkan jika itu akan melukai seseorang?”

Soo-ha tidak segera menjawab, dia ingat perkataan Kwan-woo sebelumnya, “Di dunia ini ada kebenaran yang tidak perlu untuk diketahui.”

Soo-ha: “Tidak, jangan memberitahunya.”
Hye-sung: “Benarkah? Tidak usah memberitahunya?”
Soo-ha: “Ya, menutupinya saja jika itu berarti akan membantu semua orang.”
Hye-sung: “Pilihan itu tidak seperti kau.”
Soo-ha: “Apa yang ku lakukan?”

Hye-sung: “Kau selalu mengatakan untuk mengatakan kebenaran. Kau tidak mengingatnya? Baik dalam kasus Seong-bin dan kasus si kembar, kau mengatakan padaku untuk mengungkap kebenaran. Dan terus seperti itu!”
Soo-ha: “Begitukah?”
Hye-sung: “Ya. Kau mengatakan padaku bahwa kebenaran selalu menang di pengadilan. Dan kau mengatakan bahwa aku yang paling buruk.”

Soo-ha tidak begitu mendengarkan Hye-sung.
Hye-sung bicara dengan dirinya sendiri, “Wah, aku benar-benar orang yang baik. Aku mendengarkan semuanya dan mengingatnya dengan baik. Itu tidak mungkin untuk seseorang bahkan dengan kepribadian yang baik.”

Soo-ha: “Kau mengatakan kau adalah seseorang yang melompatinya.”
Hye-sung: “Ya. Bagaimanapun, kau mengatakan padaku untuk tidak memberitahunya, kan? Karena kau mengatakan hal yang sama, aku melakukan hal yang benar, kan?”

Hye-sung menelungkupkan kepalanya lagi, “Tapi, mengapa ini terasa seperti kehilangan akhirnya.”
***

Di pusat tahanan, Dal-joong terbatuk menahan sakitnya, dan meminum obatnya. Kemudian dia menulis sesuatu. (mungkinkah surat wasiat?)
***

Hye-sung sedang makan di restoran. Kemudian datang Do-yeon bersama dengan teman-temannya.
Hye-sung terus melihat ke arah Do-yeon, dan Do-yeon menyadarinya. Do-yeon pun menghampiri Hye-sung.
Do-yeon: “Mengapa kau terus menatapku? Apakah ada seseuatu yang ingin kau sampaikan?”
Hye-sung mengelak: “Aku tidak menatap.”
Do-yeon: “Kau sudah mendengarnya, kan? Aku mendapatkan kasus Hwang Dal-joong.”

Hye-sung sedikit terkejut, “Saat jaksa sudah di tentukan, kau tidak melepaskan kasus itu?”
Do-yeon: “Aku melakukannya, tapi aku kembali. Tapi, pernyataan dari pihakmu terlihat sangat menarik. Bukan orang yang dia bunuh, tapi hantu.”
Hye-sung: “Tinggalkan kasus itu.”
Do-yeon: “Apa? Apakah kau mengatakan padaku untuk meninggalkannya?”

Hye-sung: “Jangan mengambil jalan yang salah. Aku memberikanmu nasehat yang jujur.”
Hye-sung terlihat tulus dengan perkataannya.

Do-yeon frustasi menggebrak meja, “Ada apa dengan semua orang? Kepala bagian, ayahku, dan sekarang kau. Mengapa kalian semua menjadi sensitif saat aku tertarik dengan kasus Hwang Dal-joong? Katakan padaku, apa alasannya? Apa kau tahu sesuatu?”

Hye-sung: “Tidak, aku tidak tahu. Aku hanya lelah melawanmu.”
Hye-sung kemudian pergi.

Do-yeon merasa heran, “Ada apa dengannya?”
***

“Aku datang!” Hye-sung masuk ke kantornya.

Yoo-chang: “Ssstt.. Pengacara Shin baru saja tidur.”
Hye-sung: “Kenapa? Apa dia terjaga sepanjang malam?”

Yoo-chang: “Ya. Dia mengorganisisr kasus Hwang Dal-joong dan kasus lainnya. Dia juga melihat pada kasus luar negri.”
Hye-sung melihat Pengacara Shin yang tidur mendengkur.
Hye-sung berjalan menuju mejanya, “Dimana Pengacara Uhm?”
Yoo-chang: “Dia pergi untuk konsultasi.”

Hye-sung: “Wow, dia bekerja sangat keras. Aku belum pernah bertemu dengan Pengacara Uhm sejak dia datang. Bagaimana dia? Aku mendengar dia mengesankan. Rumahnya bagus, wajahnya tampan, dan aku mendengar dia sangat komplit dan dia mempunyai karakter yang sempurna.”

Yoo-chang tertawa: “Well, apakah dia terlihat seperti itu?”

Pengacara Uhm datang dengan membawa berkas-berkas dan hidung yang disumpal tissue.
Pengacara Uhm berkata dengan lantang, “Aku datang!”
Pengacara Shin sampai terbangun dari tidurnya karena terkejut, “Oh…mengagetkan…aigo…”

Hye-sung memperhatikan Pengacara Uhm.
Yoo-chang: “Apa hidungmu berdarah?”
Pengacara Uhm: “Aku menyelesaikan argumentasi pembelaan tadi malam, jadi aku pikir aku bekerja melampaui batas.”

Pengacara Uhm melihat Hye-sung, “Mungkinkah kau…Pengacara Jang?”
Hye-sung mengangguk pelan.
Pengacara Uhm: “Ah, akhirnya sekarang aku bertemu denganmu. Ini pertama kalinya aku bertemu denganmu, aku Pengacara Uhm.”
Pengacara Uhm menjawab tangan Hye-sung, Hye-sung hanya mengangguk pelan.

Pengacara Uhm: “Kau cantik.”
Hye-sung: “Ya..”

Hye-sung berbisik pada Yoo-chang: “Komplit dan sempurna.”

Pengacara Shin: “Hey Pengacara Uhm. Apa kau akan keluar dari jalur? Kau akan kehabisan batrei.”  (bekerja terlalu keras)
Pengacara Uhm: “Tidak, aku pikir ini semua untuk terdakwa, jadi idak sulit sama sekali. Lagipula, aku mendapatkan banyak energi.”

Lalu Pengacara Uhm memberikan banyak bon pada Yoo-chang. Bon ongkos taksi, sewa komputer, dll. Yoo-chang bingung.
Yoo-chang: “Mengapa kau memberikn ini padaku?”
Pengacara Uhm: “Tentu saja, kau menangani pembayaran biaya ini.”
Yoo-chang: “Tidak ada penggantian untuk biaya semacam ini.”
Pengacara Uhm: “Oh, itu pasti tidak benar. Ini semua untuk terdakwa.”
Yoo-chang: “Tapi tetap saja tidak boleh.”
Pengacara Uhm masih senyum-senyum.

Yoo-chang memanggil Pengacara Shin, “Pengacara Shin! Biaya semacam ini tidak diganti, kan?”
Pengacara Shin: “Ya, itu tidak boleh.”

Pengacara Uhm: “Ini tidak mungkin. Aku sudah menghabiskan 1 juta won untuk itu. Dan aku sudah menghabiskan 3 juta won untuk membayar taksi saat mewawancara orang-orang. Tapi, kau mengatkan untuk membayar semua ini dari gajiku?”
Pengacara Uhm mulai emosi.

Pengacara Shin: “Tentu saja. Dan juga kita membayar gaji Yoo-chang.”
Pengacara Uhm:”Mengapa? Mengapa kita harus memberinya gaji?”
Pengacara Shin: “Karena itu semua sudah termasuk dalam gaji kita. Walaupun ini sangat rumit, kita harus membayar. Dan juga, kita harus membayar rumah. Dan, kita harus membayar asuransi kita sendiri.”

Pengacara Uhm tidak percaya: “Tunggu, apa kau pikir ini masuk akal? Jika kita harus membayar semua itu lalu apa yang tersisa? Ini sangat membosankan.”
Hye-sung yang sedari tadi hanya memperhatikan, akhirnya buka suara: “Kau tadi mengatakan bahwa kau tidak cape sama sekali saat memikirkan terdakwa.”

Pengacara Uhm: “Itu saat aku pikir ada kompensasi untuk pekerjaan yang sudah aku lakukan. Ini adalah sebuah pemerasan tenaga kerja yang tidak adil! Sebuah pemerasan! Kita harus melaporkannya pada Departemen Tenaga Kerja. Aku tidak akan bisa menjadi seorang pengacara dalam keadaan seperti ini. Aku tidak bisa!”

Pengacara Uhm yang kesal dan marah pun pergi meninggalkan kantor.
Pengacara Shin geleng-geleng kepala.
***


Esoknya (sepertinya), Kwan-woo datang kembali ke kantor pembela umum. Sepertinya Pengacara Uhm mengundurkan diri dan Kwan-woo sebagai peringkat kedua maju untuk menggantikannya.

Di lorong, Yoo-chang menyambut Kwan-woo dengan tangan terbuka akan memeluknya, tentu saja Kwan-woo menghindar.
Pengacara Shin tersenyum: “Selamat datang. Apa kau sudah membersihkan kantor itu?”
Kwan-woo: “Ya. Tapi, mengapa Pengacara Uhm mengundurkan diri? Aku dengar dia sangat bergairah.”
Yoo-chang menjawabnya: “Dia terlalu bergairah dan kehabisan energi.”

Kwan-woo masuk ke dalam kantor, ada Hye-sung disana.
Hye-sung: “Kau datang? Aku dengar kau gagal di posisi ke dua saat wawancara Pembela Umum. Itu pasti benar.”
Kwan-woo: “Tentu saja, itu benar.”

Kwan-woo dan Hye-sung pun kemudian bersalaman dan saling tersenyum.

Hye-sung: “Tapi, aku kira hanya tempat pertama yang akan datang. Aku kira bagaimana kau mengatakan nilai wawancaramu bagus adalah kebohongan.”
Kwan-woo tertawa, “Aku tahu.”
***
Soo-ha bertemu dengan Seong-bin dan Joon-gi di depan tempat bimbel. (Aku baru sadar, yang selama ini Soo-ha datangi itu yang di sebut “akademi” maksudnya tempat bimbel deh, sepertinya..)

Joon-gi memakai kacamata: “Hey, Park Soo-ha!”
Seong-bin mendekat pada Soo-ha dan menggandeng tangannya, tapi buru-buru di tarik Joon-gi.

Soo-ha: “Kalian berdua terus berada di sekitar belakangan ini. Apa yang membawa kalian kesini?”
Seong-bin: “Joon-gi dan aku mendaftar untuk kelas malam.”
Soo-ha: “Kalian berdua masuk bimbel?”
Seong-bin: “Kau mungkin tidak mengingatnya, tapi kita bertiga sangat bagus dalam belajar.”
Joon-gi: “Saat kau menyelesaikan tesmu, kau selalu datang padaku untuk memeriksa jawabannya. Aku jadi malas belajar akhir-akhir ini, tapi aku mersa ini waktunya untuk menemukan kesempatan.”

Soo-ha tersenyum mendengar perkataan mereka berdua.
Soo-ha: “Teman, semua ingatanku telah kembali.”
Joon-gi: “Benarkah?”
Soo-ha mengangguk.
Seong-bin: “Semuanya?”
Soo-ha masih tersenyum, “Ya..”


Joon-gi merasa kesal, dia mengeluh pada Seong-bin.
Joon-gi melepaskan kacamatanya, “aku sudah mengatakan padamu jangan mengatakan kebohongan, benar kan? Aku tahu itu saat kamu memintaku untuk menggunakan kacamata. Ini memalukan.”

Seong-bin: “Hebat! Kau benar-benar hebat. Karena ingatanmu sudah kembali kau pasti ingat kalau aku jelek dalam belajar.”
Soo-ha: “Ya..”
Seong-bin: “Tapi, aku tetap akan tetap mendaftar di bimbel. Kau bilang akan masuk ke akademi kepolisian. Jika aku bertemu dengan standarmu, tidakkah kau pikir setidaknya aku harus lulus diploma?”

Seong-bin dalam pikirannya, “Bagaimana jika di bilang itu pekerjaan berat? Bagaimana jika di menyuruhku untuk berhenti melakukan ini?”
Soo-ha: “Kau bisa mendaftar di lantai dua.”
Seong-bin tersenyum, “Baiklah. Ok, ke lantai dua.”
Seong-bin pun pergi.

Joon-gi masih disana dan berpikir: “Anak ini mulai lagi… aish, Soo-ha, tidak punya perasaan apapun untuknya. Mengapa dia malah mempermudahnya?”

Joon-gi melihat Soo-ha menatapnya, “apa yang kau lihat? Apa kau ingin mengatakan sesuatu? Ah, anak yatim piatu ini. Aku membiarkanmu karena aku kasihan padamu, tapi, aku melakukannya tanpa alasan.”

Soo-tersenyum, “Tidak ada. Baiklah, aku masuk dulu.
***

Hye-sung berada di ATM, sedang mengecek uang gaji yang masuk ke rekeningnya. Lalu dia mendengar Hakim Kim yang bicara di telpon dengan seseorang yang membicarakan Kwan-woo.
Hakim Kim: “Maafkan aku. Aku sunggh tidak bisa berkata apa-apa. Aku tidak menyadarinya, Pengacara Cha ternyata seseorang yang sembrono. Apa maksukmu mengatakan itu? mengapa dia tertawa pada firma hukum yang bagus milikmu? Mungkin ini pertama kalinya Pengacara Cha diminta jadi pengintai, jadi dia tidak tahu bagaimana besarnya posisi itu. Jika itu aku, aku dengan pasti akan masuk ke firma hukum milikmu. …..”
Hye-sung: “Pengacara Cha? Pengintai? Apa ini, Pengacara Cha? Mengapa kau berbohong dan membuat orang laim merasa malu.”
***

Kwan-woo akan memasuki lift, tapi dia kesulitan dengan tangan yang masih sakit dan banyak berkas yang di bawanya. Bukannya tombol yang ditekan, dia malah menjatuhkan berkas-berkasnya.
Hye-sung datang dan membantu mengambilkan berkas yang terjatuh.

Kwan-woo: “Terima kasih.”
Hye-sung: “Kau mau pergi kemana?”
Kwan-woo: “Aku akan makan sidang lalu pergi ke persidangan.”
Hye-sung: “Lalu mengapa kau pergi sendiri?’
Kwan-woo: “Aih, dengan tangan seperti ini aku hanya bisa makan hot dog, sandwich, dan sesuatu seperti itu. tapi, semua orang benci makanan seperti itu.”
Hye-sung: “Lalu, maukah kau makan bersamaku?”
Kwan-woo tersenyum: “Pasti akan sangat bagus.”

Mereka makan bersama di restoran.
Kwan-woo menyendok nasinya dengan tangan kiri, Hye-sung mengambilkan telur gulung dan menaruhnya di sendok Kwan-woo, jadi Kwan-woo tidak kesulitan lagi.
                  
Hye-sung: “Mengapa kau berbohong?”
Kwan-woo: “Tentang apa?”
Hye-sung: “Kau mendapatkan posisi pengintai (Scout). Mereka bahkan mengatakan penawarannya sangat bagus.”

Kwan-woo: “Oh, mengapa kau tahu?”
Hye-sung: “Aku mengetahuinya.”
Kwan-woo: “Aku sudah memberitahumu, impianku adalah menjadi seorang Pembela Umum. Mimpi lebih penting daripada scout.”
Hye-sung: “Pengacara Cha, jika kau datang ke sini karena aku, aku akan merasa terbebani---“
Kwan-woo: “Pengacara Jang, aku menyukaimu, tapi tidak membuat keputusan karena itu.”

Hye-sung: “Oh, begitu. Tapi, saat kau membuat keputusan, kau tidak memikirkannya dengan perjuangan?”
Kwan-woo: “Kapanpun aku membuat keputusan, aku akan memilih sisi yang aku pikir bahwa itu benar, walaupun hanya 1% lebih tinggi kemungkinannya.”

Hye-sung: “Tapi, mereka bilang penawarannya sangat bagus. Kau tidak menyesalinya?”
Kwan-woo: “Itulah mengapa 1% sangat penting. Jika aku membuat pilihan sebaliknya, aku akan menyesal sebesar 1% saja.”

Hye-sung memikirkan sesuatu: “1% sangat penting. Terima kasih Pengacara Cha.”
Kwan-woo: “Untuk apa?”
Hye-sung tersenyum: “Semuanya.”
***
Hye-sung memutar di pintu.
“Aku juga menyukai pilihan Pengacara Cha yang mempunyai 1% perbedaan. Dan juga, aku selalu menyesali pilihan itu. aku masih menyesal membuka pintu itu (pintu persidangan ayah Soo-ha). Jika aku tidak membukanya, semua ini tidak akan terjadi.”

Hye-sung mengingat perkataan Do-yeon yang sangat menyesal karena tidak masuk saat itu, sampai sekarang.

“Ini pertama kalinya aku berpikir seperti ini. Jika aku kembali ke masa lalu aku lalu menolak menjadi saksi, akankan aku menyesalinya sekarang? Walaupun 1%?”

Hye-sung pun melangkah pergi dengan mantap.
***
Hye-sung menghampiri Pengacara Shin di kantor.
Hye-sung: “Pengacara Shin, aku sudah membuat keputusan.”
Pengacara Shin: “Apa yang kau putuskan?”
Hye-sung: “Aku akan mengungkap semuanya. Aku akan menemui putrinya Hwang Dal-joong, dan aku akan melihat kasus ini sampai akhir.”

Hye-sung pun mengajak Pengacara Shin untuk Hi-five.

Pengacara Shin: “Apakah kau menemukan putrinya?”
Hye-sung: “Pengacara Shin, jangan bertanya padaku bagaimana aku menemukannya. Yang ingin aku katakan sekarang adalah, dengarkan dan percaya saja padaku.”
Pengacara Shin: “Oke, oke. Tapi, mengapa yang kau katakan itu terasa sangat menakutkan?”
***

Hye-sung dan Soo-ha berjalan sambil bergandengan tangan. Soo-ha melihat mobil yang mengikuti mereka, kemudian dia pindah ke sisi dekat jalan.
Hye-sung menoleh ke belakang, “Oh, itu mobil detektif. Sampai Min Joon-guk ditangkap, mereka akan melindungi kita dengan mengikuti kita.”

“Oh..” Soo-ha melepaskan gandengan tangannya. Hye-sung mengambil tangan Soo-ha dan menggandengnya lagi.
Soo-ha melihat ke belakang, “Kau tidak peduli?” (sebelumnya kan Hye-sung melepaskan gandengan tangan mereka kalau ada orang lain yang melihat.)

Hye-sung: “Tentang apa?”
Soo-ha: “Kau tidak suka berpegangan tangan di depan orang lain.”
Hye-sung: “Tidak lagi. Aku memutuskan untuk tidak membencinya. Aku 1% lebih menyukainya.”
Soo-ha mendekatkan wajahnya pada Hye-sung: “Apa artinya?”
Hye-sung: “Kau tidak perlu mengetahuinya. Jangan baca aku.”

Soo-ha kemudian merangkul Hye-sung.
Hye-sung: “Huh?”
Soo-ha: “Kau mengatakan memilih untuk tidak membencinya, ayo pergi.”
Mereka berdua pun pergi dengan tersenyum.
***

Hye-sung menatap dirinya sendiri di depan cermin.
“Aku bisa melakukannya. Aku akan melakukannya dengan baik. Aku akan menemui Seo Dae-suk, dan akan mengatakan padanya bahwa aku ingin mengatakan sesuatu. Mendengarkan apa yang akan dia katakan, lalu kembali.”

Soo-ha melihat Hye-sung.
“Jangan menoleh kembali. Jangan pernah. Aku sempurna sekarang.”

Soo-ha: “Kau terlihat sangat gugup.”
Hye-sung: “Gugup (Gin-jang)? Apa itu? apakah adik dari pabrik (Gong-jang)?”
Soo-ha: “Cara berpakaianmu tidak jelek, tapi jangan melakukannya dengan rok hitan dan kaos itu.”
Hye-sung melihat pakaian yang dikenakannya, kemudian berlari ke kamar untuk berganti pakaian. Saking gugupnya dia salah memilih baju.
***

Hakim Seo disambut oleh staffnya di depan gedung. Ada Hye-sung yang menghampiri.
Hye-sung: “Apa kabar, Kepala Seo?”
Hakim Seo: “Apa yang membawamu ke mari?”
Hye-sung: “Ada yang ingin aku katakan padamu.”
Hakim Seo: “Mengatakan apa?”
Hye-sung: “Katakan pada orang-orang di belakangmu untuk pergi. Ini tentang kasus Hwang Dal-joong.”
Hakim Seo pun menyuruh para staffnya untuk masuk terlebih dulu.
Hye-sung: “Aku akan menangani kasus Hwang Dal-joong kali ini. Namu, saat aku menyelidiki aku menemukan suatu kebenaran yang menarik.”
Hakim Seo: “Apa yang ingin kau katakan?”
Hye-sung: “Hwang Dal-joong menerima perlakuakn tidak adil dengan di penjara selama 26 tahun.”

Hakim Seo: “Apa kau datang untuk memberitahuku tentang keputusan itu? keputusan yang aku buat 26 tahun yang lalu?”
Hye-sung: “Keputusan itu bukan kesalahanmu. Korban telah merencanakan untuk memalsukan bukti. Bukan itu yang disini ingin aku masalahkan. Tapi…”

Hye-sung mendekat, “…mengetahui kebenarannya dan bertingkah seperti kau tidak tahu, aku pikir, itu sesuatu yang tidak bisa dimaafkan.”
Hakim Seo: “Aku tidak mengerti apa yang sedang kau katakan padaku. Aku tidak pernah merasa malu untuk 26 tahun terakhir ini sebagai hakim.”

Hye-sung tersenyum tipi, “Kau sangat konstan, kepala.”

Hye-sung meniru kata-kata Hakim Seo waktu dia menuduh Hye-sung menembak mata Do-yeon dengan kembang api.
Hye-sung: “Kepala Seo, sekarang aku tidak mendengarkanmu karena aku percaya padamu, tapi karena aku menunggu.”
Hakim Seo: “Apa yang kau tunggu?”

Hye-sung: “Menunggumu mengakui kesalahanmu, menyesalinya, dan meminta maaf. Mengakulah sekarang, dan minta maaf dengan sungguh-sungguh pada Hwang Dal-joong. Maka ini semua akan berakhir disini. Tapi jika kau mencoba menyangkalnya sampai akhir, aku berencana untuk melihat akhirnya.”

Hakim Seo: “Akhir? Apa akhirnya? Aku ingin tahu.”
Hye-sung: “Apa itu artinya kau tidak akan meminta maaf?”
Hakim Seo berteriak: “Aku tidak punya alasan untuk minta maaf!”

Hye-sung menghela nafas, “itu jawaban yang aku pikir akan aku dapatkan. Aku datang dengan sedikit rasa hormat padamu, Kepala. Dengan hubungan kita dari 11 tahun yang lalu. Aku tahu apa yang kau maksud, jadi aku pergi sekarang.”

Hye-sung membungkuk dan berbalik, lalu dia kembali lagi, “Oh ya, aku mengatakan ini padamu jika saja—aku tidak berpikir kau akan menggunakan taktik murhan, tapi jika kau merencanakannya, jangan lakukan. Sekarang, polisi bertindak seperti pengawalku 24 jam dalam 7 hari.”

Hye-sung menunjukkan detektif yang mengikutinya. Hakim Seo terlihat sangat marah.

Hye-sung berbalik dan berkata sendiri, “Jang Hye-sung, mengagumkan, benar-benar keren. Ibu, kau melihatku kan? Karismaku yang terbaik, kan?”
***

Saat berjalan, tiba-tiba Soo-ha datang.
Soo-ha: “Apa kau benar-benar tidak mempunyai rasa takut sedikitpun?”
Hye-sung: “Bagaimana kau bisa datang kesini?”
Soo-ha: “Aku membaca pikiranmu tadi pagi.”

Soo-ha menawarkan lengannya untuk di gandeng, dan di sambut oleh Hye-sung. Kemudian mereka berjalan bersama.
Hye-sung: “Apakah mungkin kau membaca pikiran Hakim Seo? Apakahh terlihat dia akan meminta maaf?”
Soo-ha: “Tidak. Tidak sama sekali.”
Hye-sung: “Benar, aku tahu itu. Sekarang, giliran Do-yeon?”
***
Do-yeon sedang berdiskusi bersama timnya.
Jaksa Cho: “Pertama, Hwang Dal-joong akan berkeras bahwa korban Son Chae-ok adalah Jeon Young-ja yang meninggal 26 tahun yang lalu. Pembela akan menuntut pembebasan atau penyataan tidak bersalah, dan terakhir mereka akan mencoba meminta keringanan hukuman.”

Do-yeon: “Apakah itu berperasaan, mereka meminta pembebasan atau tidak bersalah? Dia telah menikam seseorang.”
Jaksa Cho: “Aku tahu. Tapi jika korban benar istrinya dari 26 tahun yang lalu, dia akan merasa sedikit terhina. Karena dia menghabiskan hidupnya di penjara untuk membunuh seseorang yang ternyata masih hidup.”

Kepala Yang: “Bukankah dia memiliki waktu terbatas karena tumor otaknya yang ganas?”

Do-yeon: “Percobaan pembunuhan tidak bisa dengan mudah dimaafkan, karena penjahatnya memiliki penyakit. Dan ini bukan seperti Jeon Young-ja dan Son Chae-ok adalah orang yang sama.”
Jaksa Cho: “Ini persoalan terpisah dan itulah yang akan kita debatkan.”

Do-yeon: “Hye-sung selalu seperti ini. Aku pikir dia menjadi seorang pengacara dengan tujuan membingungkan profesi hukum.”

Hye-sung datang ke kantor Do-yeon. Jaksa Cho menyarankan Do-yeon untuk menemuinya.
***

Soo-ha menuju keramaian, semacam pusat perbelanjaan. Dia memandang ke sekeliling.
***
Do-yeon menyajikan the bunga krisan untuk Hye-sung.
Do-yeon: “Apa alasannya? Ini pertama kalinya aku menemuimu di sini.”
Hye-sung: “Aku tahu.”
Do-yeon: “Apa yang terjadi?”
Hye-sung terlihat sulit sekali mau mengatakan sesuatu.
***

Soo-ha berjalan dan melihat pikiran dua orang sahabat, siswi sekolah.
Gadis 1: “Apa yang harus ku lakukan? Aku benar-benar tidak bisa mengerjakan ujian Bahasa Inggris hari ini.”
Gadis 2: “Apa kau pikir aku melakukannya dengan baik? Aku juga tidak bisa berpikir apapun.Bagus! Kali ini aku akan bisa berada di peringkat pertama.”
Gadis 1: “Benarkah? Apa yang terjadi padamu? Kau bisa dalam masalah. Ah, menyebalkan.”

Soo-ha memandangi mereka, dan berkata dalam hatinya.
“Baik di dunia atau dalam sebuah hubungan, yang membuat kedamaian lebih banyak kebohongan dari pada kebenaran. Kebohongan untuk sementara waktu mencegah konflik, membiarkan kegelisahan untuk tertidur.”

Kemudian Soo-ha melihat seorang pria yang menawarkan dagangannya.
Penjual: “Ini benar-benar barang diskon. Harganya lebih rendah daripada di tempat lain.”
Pembeli: “Benarkah? Apa ini? Ini harga aslinya 4000 won, tapi kau memberinya 6000 won.”
Penjual marah, “Ah, mengapa kau melapasnya?”

Soo-ha: “Kebenaran lebih tidak nyaman daripada kebohongan, kebanyakan orang tidak memperdulikan kebenaran. Aku juga sama.”
Soo-ha mengenakan headsetnya kembali.
***
Hye-sung: “Kau mungkin sudah tahu. Pihakku akan berargumen bahwa yang diduga meninggal 26 tahun yang lalu, Jeon Youn-ja, dan korban Son Chae-ok adalah orang yang sama.”
Do-yeon: “Ya, aku tahu. Tapi, aku mendengar tidak ada cara untuk membuktikannya. Apakah ini argumen yang tidak beralasan? “

Hye-sung: “Ada satu cara untuk membuktikannya. Kami menemukan petri dari Hwang Dal-joong dan Jeon Young-ja.”
Do-yeon: “Benarkah? Apa kau sudah melakukan tes DNA?”
Hye-sung: “Kami akan melakukannya.”
***

Soo-ha melihat foto ibunya di gantungan angel itu.
“Mengatakan kebenaran selalu menyakitkan. Itulah mengapa, kadang aku menutup mataku di depan kebenaran itu.”
***
Do-yeon: “Mengapa kau mengatakan ini padaku? Di persidangan kau bisa memperlihatkannya sebagai bukti.”
Hye-sung berkata tanpa ekspresi: “Aku membutuhkanmu.”
Do-yeon: “Aku? Mengapa?”

Hye-sung: “Kau adalah putri kandung Hwang Dal-joong, Hwang Ga-in.”
Do-yeon: “Apa?”
Hye-sung: “Maafkan aku, Do-yeon.”

Terdengar suara Soo-ha: “Bagaimnapun, sebelum seseorang menyadarinya, Jeanne d’Arc-ku daripada aku, yang melihat kebenaran.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar