Kamis, 10 Oktober 2013

I HEAR YOUR VOICE Episode 15 - 2


Do-yeon sedang mengetik presentasi untuk persidangan Hwang Dal-joong.
Kemudian ada telpon masuk ke ponselnya.
Do-yeon: “Halo? Ya, itu aku. Hasil tesnya sudah keluar? Apa hasilnya?”

Do-yeon sesaat terdiam, “Ya.. Baik, aku mengerti.”
Mata Do-yeon berkaca-kaca, kita tahu apa hasilnya. Do-yeon akan menambahkan hasil tas itu sebagai bukti. Tapi tangannya tidak sanggup untuk di gerakkan lagi. Do-yeon menitikan air mata.

Lalu terdengar suara Soo-ha:
“Dia pasti merasa dunianya tiba-tiba runtuh. Dia baru saja mengetahui kesalahan yang dibuat ayahnya, yang sangat dia percayai selama lebih dari 20 tahun, bagaimana bisa dia menerimanya seketika? Beri dia waktu, pelan-pelan. Beri dia waktu untuk berpikir.”

Hye-sung berputar-putar di pintu, kali ini pintu gedung kehakiman. Masih terdengar suara Soo-ha:
“Aku tidak mengatakan bahwa kau harus mengubur kebenaran. Aku memintamu untuk melihat kondisi orang itu dulu.”

Hakim Seo datang bersama dengan staffnya, Hye-sung memanggilnya.
Hye-sung: “Hakim Seo! Ada sesuatu yang ingin aku katakan.”

Hakim Seo tidak memperdulikan Hye-sung, seolah tidak ada Hye-sung disana dan terus berjalan.
Hye-sung: “Haruskah aku mengatakannya disini dengan keras? Ini tentang Do-yeon.”

Dan kata-kata Hye-sung barusan berhasil menghentikan Hakim Seo. Hakim Seo pun menoleh ke arah Hye-sung dan meminta staffnya untuk menunggu di dalam.

Hakim Seo: “Selesaikan dengan cepat. Aku harus menghadiri rapat.”
Hye-sung: “Sejujurnya, akau akan memanggilmu sebagai saksi. Dan jika kau tidak datang, aku akan rela terus memanggilmu dengan paksaan untuk datang. Aku berpikir untuk melihatnya sampai akhir. Hal yang kau lakukan 26 tahun yang lalu, dan cara bagaimana kau mengahncurkan hidup seseorang. Aku berencana untuk membongkarnya.”

Hakim Seo: “Lagi-lagi dengan cerita itu. Sebagai Hakim, aku menetapkan keadilan berdasarkan bukti. Jika keputusanku itu salah, itu kesalahanku. Itu kesalahan dari pengacara dan jaksa.”

Hye-sung: “Bagaimana bisa kau dan Do-yeon mengatakan kata-kata yang sama persis? Do-yeon melakukan tes DNA. Dan hasilnya keluar hari ini.”
Hakim Seo terkejut.
Hye-sung: “Sepertinya kau tidak tahu. saat dia menyetujui untuk melakukan tes, dia mengajukan suatu syarat. Aku datang karenaaku pikir kau harus tahu syarat itu.”

Flashbask.
Hye-sung: “Apa syaratnya?”
Do-yeon: “Kau tidak bisa menghancurkan ayahku dalam cara apapun dalam persidangan. Jadi, kau jangan berani menyebut nama ayahku selama persidangan. Aku tidak menlakukan ini untuk kepentingan Hwang Dal-joong. Tapi aku melakukannya untuk ayahku. Untuk membuat semuanya menjadi jelas.”
Flashback end.

Hye-sung: “Saat itu, dalam sekian tahun aku mengenal Do-yeon itu adalah pertama kalinya aku merasa kasihan padanya. Jika aku menjadi dia, aku akan sangat membenci seorang ayah sepertimu.”
Hakim Seo hanya diam saja.

Hye-sung: “Kami tidak akan memintamu menjadi saksi. Karena kau berjanji pada Do-yeon.”
Hakim Seo: “Apa kau sudah selesai bicara?”
Hye-sung mengangguk: “Ya.””

Hakim Seo kemudian berbalik pergi, dan berkata: “Aku tidak punya sesuatu yang dijadikan kesaksian.”
***

Soo-ha merenungkan kata-kata Kwan-woo: “Pengacara Jang memilihmu dengan tidak memberiku kesempatan. Jangan merasa cemas, lebih baik tunjukan padaku alasan mengapa Pengacara Jang memilihmu.”

Kemudian munculah Hye-sung yang akan pulang. Soo-ha menghampirinya.
Hye-sung: “Aku selesai, ayo pergi.”
Soo-ha mengetok penutup muka Hye-sung: “Buka ini dan kita pergi. Ini berbahaya di malam hari.”  (gelap, jalannya nanti tidak kelihatan.)
Hye-sung: “Aku baik-baik saja. Dan aku masih marah padamu.”

Hye-sung akan berjalan pergi, tangannya di tahan Soo-ha.
“Jika kau marah padaku, katakan dan jangan disembunyikan. Aku tidak akan mudah sakit hati. Saat paman meninggalkanku, aku mengerti semuanya. Bahkan saat kau mengatakan aku hanya sesuatu yang menghalangi jalanmu dan memanggilku Gum. Bahkan saat kau katakan bahwa kesalahanku sehingga ibumu meninggal. Aku baik-baik saja dengan semua hal itu. Bahkan di masa depan, aku akan terus baik-baik saja. Aku akan menerima semua pemikiran jahatmu. Dan aku akan menerima semua kekotoranmu (gaya hisup Hye-sung yang berantakan itu). di masa depan, apapun yang kau pikirkan, atau sisi manapun dari dirimu yang kau tunjukan padaku. Aku tidak akan pernah merasa kecewa karena mu. Jadi, jangan sembunyikan wajahmu dengan ini.”

Soo-ha akan membuka penutup wajah itu, Hye-sung menahannya, “Jangan, kau tidak bisa melihatnya.”

Soo-ha mengenggam tangan Hye-sung, “Aku sudah mengatakannya, apapun yang kau pikirkan, aku tidak akan terluka.”

Soo-ha membuka penutup wajah dan melihat mata Hye-sung, dan terkejut membaca pikiran Hye-sung, “Apa yang harus ku lakukan? Hatiku terus berdegup kencang.”

Hye-sung berlari, Soo-ha mengejarnya.
Hye-sung: “Lepaskan. Wanita macam apa yang ingin ketahuan saat berpikir seperti itu?” (Hye-sung malu..)

Soo-ha membuka penutup wajah itu lagi, tapi Hye-sung menutup matanya, “Jangan lihat! Kau akan mati.”

Soo-ha tersenyum dan mendekatkan wajahnya, akan mencium Hye-sung. Tapi….wajahnya kepentok penutup wajah Hye-sung.
Hye-sung membuk mata dan menyadari tadi Soo-ha akan menciumnya, “Lihatlah. Beraninya kau!”

Soo-ha: “Seperti yang ku katakan sebelumnya, aku tidak akan pernah merasa kecewa.”
Hye-sung: “Oke, oke. Aku sangat mengerti.”
Soo-ha: “Oleh karena itu, kau juga. Tidak peduli apapun yang ku katakan, pria seperti apa aku ini, tolong jangan pernah merasa kecewa. Jawab aku. Kau menerimanya, kan?”
Hye-sung: “Oke.”

Soo-ha melepaskan penutup wajah Hye-sung, dan membuangnya ke tempat samap. Mereka pun jalan bergandengan sambil tersenyum.
***

Kwan-woo mendatangi sebuah rumah sakit. Dia bertanya pada petugas bagian informasi.
“Bisakah aku bertemu dengan Profesor Woo Seong-shik?”
Petugas: “Profesor Woo Seong-shik? Tunggu sebentar.”

Petugas mencari nama tersebut, “Departemen apa?”
Kwan-woo: “Dulu, aku mengetahuinya sebagai kepala Pusat Cardiovaskular.”

Ada seorang dokter yang menghampiri, “Mengapa kau mencari Peofeor Woo Seong-shik?”
Kwan-woo: “Aku mempunyai beberapa pertanyaan untuknya.”
Dokter: “Profesor  sudah menginggal, sudah lama sekali.”
Kwan-woo: “Ah, benarkah? Mungkinkah aku bisa tahu penyebab kematiannya?”
Dokter: “Dia meninggal dalam kecelakaan mobil. Aku yakin bahwa itu akibat dari mengemudi saat mengantuk atau mengemudi saat mabuk.”
Kwan-woo: “Mungkinkah dia meninggal 11 tahun yang lalu?”
Dokter: “Ya, itu terjadi saat aku baru bertugas di rumah sakit, jadi memang sekitar waktu itu.”

Kwan-woo tampak memikirkan sesuatu.
Dokter: “Apa ini? Kau datang untuk menemuinya untuk mengetahui bahwa di sudah meninggal?”
Kwan-woo: “Tidak. Bukan seperti itu.”

Kwan-woo berbalik akan keluar rumah sakit, dan bertemu dengan Soo-ha. Kwan-woo kaget Soo-ha berasa disana, dan akhirnya tahu bahwa Soo-ha juga menyelidiki artikel itu.

Kemudian mereka berdua bicara di taman.
Kwan-woo: “Jadi, kau hanya tahu bahwa ayahmu membunuh istrinya Min Joon-guk? Tapi kau tidak tahu bagaimana kejadiannya?”
Soo-ha: “Ya, aku hanya mengira itu karena artikel yang dibuat ayahku. Aku tidak tahu lebih banyak. Saat kau bertemu Min Joon-guk, apa yang dia katakan padamu?”

Kwan-woo: “Dia mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang mendengarkan ceritanya, bahkan polisi juga tidak memihak padanya, bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang akan memihaknya. Itulah mengapa dia memulai semua ini.’
Soo-ha: “Apa kau pikir Min Joon-guk yang membunuh Profesor Woo Seong-shin 11 tahun yang lalu?”

Kwan-woo: “Kita akan berusaha untuk mengetahuinya. Tapi aku mempunyai perasaan buruk mengenai itu.”
Soo-ha: “Kalau begitu kita akan menunggu dan melihat surat apa lagi yang akan di kirim olehnya.’

Kwan-woo: “Sebelumnya kau merasa takut, tpi sekarang kau mencari tahu tentang ini?”
Soo-ha: “Ya.”

Soo-ha pun berdiri dan berkata: “Kita perlu tahu rencana Min Joo-guk secara detail dalam rangka untuk melindungi orang itu (Hye-sung).”

Soo-ha membungkuk pada Kwan-woo lalu pamit pergi duluan. Soo-ha terlihat tenang dan lebih dewasa, itupun dirasakan Kwan-woo.

Kwan-woo melihat Soo-ha yang berjalan pergi dan kemudian tersenyum, “Dia mendengarkan dengan baik.”
***

Pagi di rumah Soo-ha.
Soo-ha: “Jam berapa persidangannya di mulai?”
Hye-sung: “Persidangannya jam 11. Seleksi juri jam 9.”

Soo-ha: “Kalau begitu aku akan ke sekolah dulu, dan akan ke pengadilan jam 11. Lalu haruskah aku membimbingmu setelah aku membaca pikiran juri dan hakim?”
Hye-sung: “Ya.. “
Lalu Hye-sung berpikir sebentar dan mengatakan pada Soo-ha untuk tidak usah datang ke persidangan.

Hye-sung: “Aku tidak bisa selalu bersidang dengan bimbinganmu. Jika aku terus menggunakan kemampuanmu, aku merasa nanti aku tidak bisa melakukan pembelaan sendiri. Aku tidak bisa mempercayakannya pada isyarat tanganmu melamanya, aku tahu. bagaimanapun juga, aku seorang pengacara. Hari ini, aku ingin mencobanya sendiri.”

Soo-ha: “Oke.”
Hye-sung: “Jangan khawatir, aku akan melakukannya dengan baik. Kau melihatku waktu itu, saat di persidanganmu, kan? Bahkan tanpa matamu, aku melakukanya dengan sangat baik. Sepertinya matanya tidak sepenuhnya tidak  berguna! Ayo berangkat.”
Soo-ha: “Hem..”

Hye-sung menuju pintu, raut wajah Hye-sung di belakang Hye-sung tampak muram.
“Saat kerakusanku terus tumbuh, kata-kata lembutmu seperti ini lebih melukai diriku. Daripada kata-kata cacianmu, atau kata-kata kasarmu. Kata-kata itu menduga bahwa akan ada suatu hari dimana aku tidak bersamamu. Mengapa kau terus menduga situasi seperti itu?”

Hye-sung menegur Soo-ha yang melamu, “Kau tidak pergi?”
Soo-ha tersenyum, “Ayo pergi..”
***

Hye-sung masuk ke dalam lift. Tampak Do-yeon yang juga menuju loft. Hye-sung menghentikan pintu lift yang akan menutup, sehingga Do-yeon masuk bersamanya.
Hye-sung: “Akhirnya hari ini tiba.”
Hye-sung menoleh melihat Do-yeon: “Akankah kau baik-baik saja?”
Do-yeon: “Ya, aku baik-baik saja.”

Hye-sung menoleh ke Do-yeon lagi, “Matamu terlihat sembab.”
Do-yeo: “Ya. Aku terjaga sepanjang malam, menulis alasa untuk penuntutan.”
Hye-sung: “Benarkah kau benar-benar bisa berdiri sebagai jaksa hari ini, di persidangan?”
Do-yeon: “Ya.”

Hye-sung: “Tetap saja, bagaimanapun juga, Hwang Dal-joong adalah ayah biologismu.”
Do-yeon: “Hentikan. Kau terus saja mengungkit hal itu. Tidak peduli bagaimana kau mengatakannya padaku, dia hanya seorang pembunuh di mataku. Aku belum pernh bertemu dengannya. Aku tidak mempunyai keinginan untuk melakukanna. Jangan menggunakan alasan darah untuk membuatnya menjadi ayahku.”

Do-yeon keluar dari lift lebih dulu.
Hye-sung: “Dia benar-benar kuat….lebih kuat daripada aku. Itu sungguh tidak mudah.”

Do-yeon menguatkan dirinya sendiri di toilet, “Aku bisa melakukannya.”
***

Di Nail shop, Seong-bin sedang menyapu, lalu datang Joon-gi yang beralasan ingin melakukan perawatan kuku, karena pekerjaanya di bengkel mobil membuat tangannya terlihat buruk.

Seong-bin mengkikir kuku Joon-gi dengan wajah cemberut, sedangkan Joon-gi menahan senyumnya. Joon-gi sedang pedekate sepertinya.. :)

Mereka lalu melihat berita di televisi tentang percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Dal-joong.

Terlihat Dal-joong sedang merapikan diri di ruang tunggu pengadilan.

Nyonya Seo juga melihat berita itu di televisi, sedangkan Hakim Seo acuh saja dengan membaca koran.

Hye-sung dan Pengacara Shin dikelilingi reporter dan kameramen yang ingin mewawancarai mereka. Jaksa dan Hakim juga menuju ruang sidang.

Seong-bin: “Dia membunuh istrinya, jadi dia dipenjara selama 26 tahun. Tapi istrinya masih hidup? Itu benar-benar tidak adil menyia-nyiakan hidupnya.”
Joon-gi: “adi, itulah mengapa dia menikam istrinya? Di dunia apa…hal semacam itu bisa benar-benar terjadi?”

Seong-bin: “Tapi, tidakkah ini tidak mungkin? Dia membunuh seseorang, lalu dia dihukum. Dia menikan orang yang sama, lalu dia akan dihukum lagi? Dia sudah dihukum untuk kesalahannya.”
Joon-gi: “Dengan kata lain, itu adalah itu, dan ini adalah ini. Bagaimanapun, dia menikah seseorang yang hidup.”
Seong-bin: “Tidak, dia menikam seseorang yang sudah mati. Ah, ini pasti alasannya mengapa mereka menyebutnya “Kasus Pembunuhan Hantu”! bukan seseorang yang hidup tapi seseorang yang sudah mati yang dia tikam!”
***

Di persidangan juri, Do-yeon sedang membacakan tuntutannya.

Do-yeon: “Terdakwa membunuh istrinya 26 tahun yang lalu, dan telah di penjara untuk kejahatan pembunuhan dan memutilasi. Hukumannya dihentikan karen tumor jahat di otaknya. Tapi, setelah dibebaskan, dia melakukan percobaan pembunuhan. Saat itu adalah hari dimana dia dibebaskan dari penjara, 23 Juli 2013, pukul 23:40, terdakwa melihat korban yang tidak mempunyai tangan kiri di rumah sakit Sae Poong---“

Kata-kata Do-yeon terhenti saat tanpa sadar dia akan menoleh ke arah Dal-joong. Dia kemudian membalik badannya lagi, membeakangi Dal-joong.
  
Do-yeon: “Dalam keyakinan yang salah bahwa istri yang dia bunuh 26 tahun yang lalu masih hidup, membuat dia menjadi sangat marah. Dan menggunakan pecahan kaca dari vas bunya yang pecah, dia menikam korban di lehernya, merusak esofagus dan jalannya udara dalam percobaan untuk membunuhnya.”

Do-yeon menghadap hakim, “Menurut Kitab Pidana Pasal 250 paragraf 1, bagian 254, terdakwa dituntut untuk percobaan pembunuhan.”

Dal-joong, hakim, dan Hye-sung menghela nafas.

Hakim: “Terdakwa, apakah kau mendengar fakta dari tuntutan tadi?”
Dal-joong: “Ya..”
Hakim: “Terdakwa, apa kau menerima tuntutannya?”
Dal-joong: “Aku menerima bahwa aku menikam orang itu.”
Dal-joong mengalihkan pandangannya pada Do-yeon, “Akan tetapi, aku tidak bersalah.”

Hakim: “Baiklah, aku mengerti. Pembela, berikan pernyataanmu.”

Pengacara Shin maju menghadap Juri, “Aku adalah pengacara terdakwa dari kasus pembunuhan tangan kiri 26 tahun yang lalu. 26 tahun yang lalu, terdakwa, untuk pembunuhan terhadap istrinya dan menyembunyikan mayatnya, menerima keputusan bersalah. Dan samapai sekarang, dia sudah menerima hukumannya. Dan juga, berdasarkan kasus ini, kami menemukan bahwa keputusan itu, dari 26 tahun yang lalu, telah salah. Terdakwa menyadari bahwa dia tidak bersalah dan menhgabiskan 26 tahun hidupnya dalam penjara.”

Pengacara Shin menyampaikan pernyataanya dengan emosi (bukan marah), “Terdakwa, untuk pembunuhan yang tidak dia lakukan, telah dihukum selama 26 tahun. Dan juga, untuk menikam orang itu lagi, yang telah diperkirakan sudah mati, dia hari ini berdiri di sini. Biasanya, bahkan jika dari pihak penuntut mengatakan bahwa istrinya dari 26 tahun yang lalu, bernama Jeon Young-ja tidak sama dengan orang yang sekarang menjadi korban, Shim Chae-ok, tapi dengan banyak bukti, kami akan membuktikan bahwa dua orang ini adalah satu orang dan sama.”

Dal-joong menatap Do-yeon.
Pengacara Shin melanjutkan: “Sebagai tambahan, saat dia sudah membayar untuk pembunuhan, untuk menghukum dia lagi karena melukai orang sama adalah pertimbangan yang sangat berbahaya, karena penolakan, berarti karena terdakwa mencoba untuk melakukan kejahatan yang sama dengan keputusan hakim yang telah ada sebelumnya, kami berpendapat bahwa terdakwa tidak perlu di hukum lagi.”

Hakim menoleh ke arah juri yang sedang mencatat.
***

Joon-gi: “Tapi, istri yang dia bunuh 26 tahun yang lalu dan orang yang dia tikam, bagaimana kita mengetahuinya bahwa mereka orang yang sama?”
Seong-bin memukul tangan Joon-gi, “Kau akan mengetahuinya hanya dengan melihat. Apakah karena sudah 26 tahun, dia tidak akan mengenali istrinya sendiri? Dan fakta bahwa kedua wanita itu tidak mempunyai tangan kiri.”
Joon-gi: “Bisakah kau dua orang itu adalah orang yang sama hanya berdasarkan hal itu?”
***

Jaksa Cho memberikan pernyataan tuntutannya, “Kita tidak bisa mengatakan dua orang wanita itu adalah orang yang sama. Terdakwa mengutip fakta bahawa korban tidak mempunyai tangan kiri, dan hasil tes DNA korban, terdakwa dan putri mereka sebagai bukti. Tapi, hanya tangan kiri yang hilang tidak bisa membuktikan korban dan istri terdakwa adalah satu dan orang yang sama. DNA putri mereka juga tidak bisa diterima sebagai bukti, tanpa jaminan identitas putrinya.”

Dal-joong kembali menatap Do-yeon. Sepertinya Dal-joong sudah tahu atau curiga bahwa Do-yeon adalah putrinya.

Hye-sung menggerutu sendiri, mengutuk Jaksa Choi.

Giliran Hye-sung yang menyampaikan pembelaannya.
Hye-sung: “Putri dua orang ini hidup dengan tenang tanpa menyadari bahwa dia di adopsi. Aku akan menyebut putri itu sebagai Shim-jeon. Untuk persidangan ini, Shin-jeon meminta identitasnya untuk tidak di ungkapkan.”

Hye-sung menatap Jaksa Cho: “Itulah mengapa aku tidak bisa menyebutkan identitasnya.”

Lalu Hye-sung menunjukan hasil tes DNA.
Hye-sung: “Jika kalian melihat hasil dari tes DNA ini, Shim-jeon dan Hwang Dal-joong adalah 99.9999997% (Hye-sung ngomongnya sambil monyong ke Jaksa Choi, ngakak saya.. ^^) dan juga dengan korban Shim Chae-ok adalah  99.9999997% (masih monyong ke Jaksa Cho. Jaksa Cho nya membuang muka.). Hubungan orant tua telah ditetapkan. Jadi, ini mberarti Hwang Dal-joong, terdakwa, dan korban Shim Chae-ok adalah pasangan yang menikah.”

Hakim dan Juri mengangguk-angguk. Dal-joong terus saja memandangi Do-yeon, sedangkan Do-yeon sendiri berusaha untuk tidak menatap Dal-joong.
***

Joon-gi: “Oke, aku mengakui. Lalu, seperti yang kau katakan, mereka sudah menikah. Lalu mengapa itu jadi masalah? Dia tetap saja menikam orang yang masih hidup.”
Seong-bin berdiri dan memukul kepala Joon-gi.
Joon-gi marah, “Mengapa kau memukulku?!”
Seong-bin: “Itu hukuman untuk mengatakan pada polisi tentang loker Soo-ha.”

Joon-gi: “Kau sudah memukulku saat itu!”
Seong-bin tersenyum, “Lihatlah! Jika  kau sudah di pukul, tapi di pukul lagi, kau juga menjadi marah. Itu sama saja untuk kedua orang itu. kau sudah di hukum sebelumnya, tapi mereka akan menghukum mu agi untuk kejahatan yang sama.”

Joon-gi marah, “Apakah itu hal yang sama?!”
(percakapan Seong-bin dan Joon-gi ini, ibarat mewakili Pembela dan Jaksa, soalnya nyambung..)
***

Jaksa Cho: “Itu benar-benar tidak sama. Di negara kita, ada larangan untuk menuntut resiko ganda. Saat keputusan akhir sudah dilakukan, kasus yang sama tidak bisa dituntut lagi. Ini adalah salah satu prinsip yang mengatur kasus kriminal.”

Jaksa Cho menatap tajam Hye-sung (mau balas yang tadi..): “Tapi, ini sangat sulit untuk mengatakan bahwa kasus ini sama dengan kasus 26 tahun yang lalu. Waktu, tempat, dan tuntutan, semuanya berbeda. Cara dan maksud kejahatannya berbeda. Dan juga, hasil kejahatannya juga berbeda. Korban dan terdakwa adalah yang hanya sama dalam dua kasus. Tapi tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa dua kasus ini adalah sama.”

Giliran Pengacara Shin memberikan kesimpulan pembelaan.
Pengacara Shin: “26 tahun yang lalu, pengadilan memutuskan terdakwa untuk hidup di penjara untuk hukuman atas pembunuhan, mutilasi, dan menyembunyikan mayat. Karena hukuman ini, korban Shim Chae-ok menjadi orang yang sudah mati secara legal. Jadi, terdakwa menikam orang yang sudah mati, atau dengan kata lain, seorang hantu. Dia hanya menikam seorang hantu, tapi mengap kita harus menerapkan untuk percobaan pembunuhan?”

Do-yeon menghela nafas, kini gilirannya kembali.
Do-yeon: “Inti bahwa korban yang disangka meninggal ternyata masih hidup, dan bahwa terdakwa secara tidak adil menghabiskan waktunya di penjara karena itu, kamu juga ikut menyesal.”

Do-yeon menghadap Hye-sung, “Ketidak bersalahannya untuk kasus itu harusnya bisa diajukan untuk persidangan ulang, tapi untuk percobaan penbunuhan, itu harus dipertimbangkan secara terpisah walaupun korbannya adalah sama. Oleh karena itu, permohonan terdakwa untuk dibeabskan sangat tidak mungkin.”

Dal-joong menunduk.

Hye-sung: “Untuk mengungkapkan bahwa dia tidak bersalah dalam persidangan ualng, itu sangat terlambat. Sangat disayangkan, terdakwa sedang menderita tumor otak ayng di sebut dengan glioblastoma multiforme, dan tidak memiliki banyak waktu tersisa untuk hidupnya.”

Hye-sung menatap Dal-joong: “Satu bulan untuk kita, berarti satu tahun untuk terdakwa, tidak sepuluh tahun untuknya. Di negara ini, pengajukan untuk persidangan ulang itu sendiri sangat sulit untuk dimulai, dan bahkan jika kau mengajukannya, akan memakan waktu lama sampai persidangan ulang dilaksanakan.”

Hye-sung menatap Do-yeon: “Jadi, saat menunggu untuk itu, terdakwa bisa saja meninggal dunia.”

Do-yeon tampak berkaca-kaca.

Hakim: “Berikutnya, pertanyaan untuk terdakwa di mulai.”

Soo-ha masuk ke ruangan sidang. Hye-sung terkejut, dan Soo-ha hanya tersenyum.

Do-yeon maju ke dekat Dal-joong dengan langkah gontai.

Dal-joong tiba-tiba menginterupsi, “Yang Mulia, sebelum pertanyaan, ada sesuatu yang ingin aku katakan.”
Hakim: “Apakah sangat panjang?”
Dal-joong: “Tidak, ini pendek.”

Dal-joong berdiri, “Kata-kata yang aku sampaikan sekarang akan terekam, kan?”
Hakim: “Ya, akan terekam.”
Do-yeon bediri di tempatnya, tanpa menatap Dal-joong.

Dal-joong: “Hari ini, putriku Shim-jeon yang melakukan tes DNA untukku, aku ingin mengucapkan terima kasih padanya. Siapapun dia, dimanapun dia tinggal, yang bahkan aku tidak tahu apapun tentangnya, aku ingin mengatakan padanya untuk tetap hidup seperti itu, bahagia dan hidup dengan baik. Aku ingin mengatakan itu. Hanya itu.”
Dal-joong duduk kembali. (dan saya menangis… T.T)

Hakim: “Ya, saya mengerti. Jaksa, lanjutkan dengan pertanyaamu.”
Do-yeon: “Baik.”

Do-yeon menghela nafas, terlihat jelas dia menahan tangisnya.
Do-yeon melihat catatan pertanyaan miliknya, “Terdakwa, pada 3 Juli, kau bertemu dengan korban di rumah sakit secara tidak sengaja, kan?”
Dal-joong: “Ya.”
Do-yeon: “Kau, terdakwa, apakah kau menyerang korban Shim Chae-ok dengan maksud untuk membunuhnya?”
Dal-joong: “Tidak.”

Do-yeon dan Dal-joong tanya jawab tapi tidak saling melihat satu sama lain. Biasanya kan dipersidangan pasti saling melihat ya..

Do-yeon melihat lagi catatan pertanyaannya. Lama, dia tidak bersuara, membuat Jaksa Cho terlihat keheranan. Dan sepertinya Soo-ha membaca pikiran Do-yeon.

Do-yeon pun melanjutkan, “Sekarang ini, korban sedang koma dan jika korban meninggal, apakah kau tahu bahwa kau kemudian akanmenjadi seorang pembunuh?”
(Pertanyaan ini sepertinya tidak ada di dalam catatan, ini pertanyaan pribadi Do-yeon, dan Soo-ha sepertinya menyadarinya.)

Hye-sung dan Pengacara Shin berbarengan menginterupsi, “Hakim! Korban masih hidup!”

Hakim: “Ya, jaksa, tolong menahan diri dari pertanyaan yang kejadiannya belum pernah terjadi.”

Do-yeon: “Baik.”

Do-yeon menghela nafas dan menurunkan catatan pertanyaannya, “Tidak ada lagi pertanyaan.” Dia langsung menuju tempatnya.

Hakim merasa aneh, “Apakah sudah selesai?”
Do-yeon: “Ya.”
Hakim saling berpandangan, Pengacara Shin juga heran dan menengok ke Hye-sung yang sedang menatap Do-yeon.

Dal-joong menoleh ke arah kanan, Soo-ha berusaha membaca pikirannya, lalu Dal-joong menoleh ke Do-yeon yang melamun.

Jaksa Cho bertanya pada Do-yeon: “Mengapa kau mengabaikan semua pertanyaan?”
Do-yeon memberika alasan, “Semua pertanyaan kemungkinan besar sama dengan pertanyaan sebelumnya.”

Do-yeon terlihat sedih, dan Hye-sung melihatnya.

Giliran Pengacara Shin yang bertanya pada Dal-joong.
Pengacara Shin: “Di rumah sakit, saat kau bertemu dengan korban Shim Chae-ok, ah tidak, Jeon Young-ja, apa yang dia katakan?”
Dal-joong: “Dia membuat alasan menapa dia membuatku menjadi seorang pembunuh 26 tahun yang lalu.”

Pengacara Shin: “Apa yang dikatakan olehnya?”
Dal-joong: “Dia tidak menyukaiku. Dia juga tidak menyukai hutangku. Dia ingin hidup dengan pria lain. Dan putriku… dia tidak ingin membesarkannya dengan banyak hutang. Jadi, dia menumbuhkan keberaniannya, memotong tangannya sendiri, dan mengirimku ke penjara. Dan dia juga mengatakan bahwa mungkin lebih baik hidup di penjara daripada hidup menderita karena hutang. Itulah mengapa aku….”

Pengacara Shin: “Lalu, kata-kata korban memprovokasi mu, jadi kau mengambil pecahan vas secara spontan? Apakah aku benar?”
Dal-joong: “Ya.”

Pengacara Shin menunjukan potongan vas yang digunakan Dal-joong.
Pengacara Shin: “Apakah ini pecahan vas yang kau gunakan untuk menikam korban?”
Dal-joong: “Ya.”

Pengacara Shin: “Saat vas pecah, pasti banyak pecahan lain yang lebih besar juga. Mengapa kau memilih pecahan yang kecil?”
Dal-joong: “Aku hanya mengambil yang bisa ku ambil.”

Pengacara Shin pada Juri: “Seperti yang kalian dengar, terdakwa tidak mempunyai maksud untuk membunuh korban. Ini kejadian yang tidak sengaja.”

Hakim melihat jam tangannya, “Anggota juri, kalian pasti merasa lelah karena persidangan yang panjang ini. Kita akan melanjutkan pada pukul 4 sore setelah istirahat sebentar.
***

Di luar ruangan, Soo-ha melihat Do-yeon yang berjalan dengan gontai, dan Soo-ha membaca pikirannya, “Ayah, maafkan aku. Aku sungguh-sungguh minta maaf.”

Hye-sung menghampiri Soo-ha, “Hey, apakah kau melihat para juri? Berapa banyak menurutmu yang berada di pihak kita?”
Soo-ha: “Apa ini, bukankah kau bilang kau bisa melakukannya sendiri?”
Hye-sung: “Ya…itu..karena kau ada di sini, ketakan padaku.”
Soo-ha: “Lebih daripada itu, mengenai Jaksa Seo…”

Hye-sung: “Jangan mengungkit-ngungkit dia lagi. Kau terus mengatakan padaku untuk memahaminya, jadi aku melakukannya, tapi dia benar-benar seorang mesin. Bahkan tanpa mengejapkan mata, dia memojokan ayahnya.”
(ternyata Hye-sung berpikir seperti ini, ku kira dia tadi tahu Do-yeon bersedih, masa gak bisa lihat perbedaan sikap Do-yeon dari biasanya sih?)

Soo-ha: “Aku tidak berpikir seperti itu.”
Hye-sung: “Apa?”
Soo-ha: “Hwang Dal-joong sepertinya tahu bahwa Jaksa Seo adalah putrinya.”
Hye-sung: “Benarkah? Bagaimana dia bisa tahu?”
***

Do-yeon memcuci tangannya di toilet. Dia kemudian mengingat pertemuannya dengan Hwang Dal-joong sehari sebelumnya.

Flashback.
Dal-joong: “Putri dari Seo Dae-suk adaah jaksa di persidanganku. Aku sepertinya memiliki takdir yang kuat dengan keluargamu. Sangat kuat… mengapa kau datang kemari?”
Do-yeon: “Ayahku tidak akan pernah meminta maaf untuk persidangan yang terjadi 26 tahun yang lalu. Jika kau mengharapkannya, sebaiknya kau menyerah.”
Dal-joong: “Kau datang untuk memberitahuku itu? kalau begitu, tidak ada lagi yang bisa ku dengar.” Dal-joong berdiri.

Do-yeon dengan cepat meminta maaf, “Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Aku minta maaf padamu atas nama ayahku.”
Dal-joong: “Mengapa kau yang meminta maaf?”
Do-yeon: “Ayahku mungkin menyesali keputusannya saat itu. Mungkin itulah mengapa aku…”
Dal-joong: “’aku’?”
Do-yeon: “Ayahku bukan seseorang yang mudah untuk menerima hal semacam itu. Itulah cara dia hidup selama bertahun-tahun. Itulah mengapa..aku meminta maaf padamu. Kumohon maafkan dia.”

Do-yeon berdiri, sedangkan Dal-joong sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
Do-yeon: “Aku akan bertemu denganmu lagi di persidangan besok. Di pengadilan, aku bukanlah putri Seo Dae-suk, tapi aku akan berdiri sebagai jaksa.”

Do-yeon sudah membalikan badan hendak pergi, Dal-joon menghentikannya dengan bertanya: “Kau… berapa usiamu?”
Do-yeon menjawab tanpa menoleh: “Umurku 29 tahun.”
Dal-joong menyentuh kaca pembatas: “Apakah aku Ga-yeon?”

Dan terlihat Do-yeon yang menitikan air mata, berusha menjawab dengan biasa, “Bukan, aku Seo Do-yeon.”
Do-yeon pun melangkah pergi.
(Do-yeon tidak menatap Dal-joong selama percakapan.)
Flashback end.

Do-yeon menangis dengan keras. Pertahanannya jebol, dia sudah tidak bisa lagi membendung kesedihannya.

Hye-sung masuk ke toilet dan terkejut mendapati Do-yeon yang sedang menangis.
Hye-sung: “Seo Do-yeon….mengapa kau….”

Do-yeon berkata sambil menangis dengan terbata-bata, “Hye-sung…aku…aku…aku pikir aku akan mati. Tolong aku….tolong selamatkan ayahku…kumohon…”
Do-yeon menangis tersedu-sedu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar