Rabu, 09 Oktober 2013

I HEAR YOUR VOICE Episode 16 - 2

Dal-joong kesulitan saat akan mengambil gelas sikat giginya di atas lemari. Tiba-tiba ada tangan yang membantunya.
Dal-joong: “Jaksa Seo.”
Do-yeon: “Kau sangat pendek. Sangat sulit untuk mempercayai bahwa kau adalah ayah kandungku.”

Do-yeon menyerahkan tas milik Dal-joong: “Ini barang pribadimu yang kau bawa saat kau di penjara.”
Dal-joong membuka tasnya dan mencari sesuatu yang sekarang tidak ada di sana, “Apa kau melihat krayonku?”
Do-yeon mengeluarkan krayon itu dari tasnya, “Apa kau membelikan ini untukku?”
Dal-joong tidak menjawab, mungkin dia masih tidak percaya Do-yeon mengunjunginya dan bahkan mengambil krayon yang memang dia belikan untuknya 26 tahun yang lalu sebelum di penjara. (pernah di tunjukan pada Pengacara Shin sewaktu keluar dari penjara untuk pertama kali)

Do-yeon meminta Dal-joong untuk duduk di sofa, dan Do-yeon duduk di depannya.
Dal-joong tertawa senang, “Kau akan melukisku?”
Do-yeon tidak menjawab, dia menyiapkan kertas dan krayonnya.
Dal-jong memegang wajahnya, “Sejak tadi pagi, wajahku jadi lebih pucat.”
Do-yeon: “Masih sama seperti tadi malam.”
Dal-joong menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Benarkah?”
Do-yeon berkata sambil melukis, “Aku akan datang dan melukismu sesering mungkin, Ayah.”
Dal-joong tertawa, “Ya..” lalu tawanya terhenti dan baru menyadari kata yang tadi di sebutkan Do-yeon.
Dal-joong: “Apa?”
Do-yeon: “Aku akan datang sesering mungkin dan akan melukis sketsa wajahmu.”
Dal-joong: “Kata setelah itu?”
Do-yeon menatap Dal-joong, “Ayah..”

Dal-joong menangis haru, setelah 26 tahun akhirnya dia dipanggil ayah lagi oleh putri kesayangannya.
Dal-joon terus menangis dan tertunduk. Do-yeon juga tidak bisa membendung air mata harunya.
Do-yeon: “Jangan bergerak. Aku akan mengacaukan lukisannya.”
Dal-joong menahan tangisnya dan tersenyum, “Baiklah, oke..”
***
Kwan-woo sepertinya akan berjalan pulang, dia melihat Pengacara Shin sedang minum sendirian. Kwan-woo yang menyadari kegundahan Pengacara Shin menghampirinya.
Kwan-woo: “Jika kau menuangkan minumanmu sendiri, kau akan mendapatkan ketidakberuntungan selama 3 tahun.”

Kwa-woo pun menuangkan minuman pada gelas Pengacara Shin, “Persidangan sudah usai dengn baik. Ada apa? Ini tidak sepertimu.”

Pengcara Shin: “Jika Hwang Dal-joong, 26 tahun yang lalu bertemu dengan seorang pengacara selain aku, apakah mungkin akan seperti ini?”
Kwan-woo: “Maksudnya?”
Pengacara Shin: “Selain aku, jika dia bertemu dengan pengcara sepertimu atau Pengacara Jang. Dia tidak akan hidup dengan sangat tidak adil, tidakkah kau berpikir begitu?”
Kwan-woo sejenak berpikir: “Pengacara Shin, itu… bukankah dulu ada seseorang yang membuang kotoran di mobilmmu, sekitar 7 tahun yang lalu?”
Pengacara Shin langsung mengangkat wajahnya, “Bagaimana kau bisa tahu?”
Kwan-woo memundurkan kursi yang didudukinya dan tersenyum aneh, “Aku yang melakukannya.”

Pengacara Shin terkejut, “Apa? Mengapa kau? Kau tidak mengenalku sebelumnya.”
Kwan-woo: “Aku melakukannya tanpa mengetahui.”
Pengacara Shin berdiri, “Kau anak nakal!”
Pengacara Shin lalu mengejar Kwan-woo dan akan memukulnya, “Apa kau tahu berapa lama aku menderita saat membersihkan kotoran itu? mengapa kau melakukannya?”
Kwan-woo berhenti berlari di sebrang meja, “Aku akan mengatakannya jika kau tidak memukulku.”
Pengacara Shin: “Aku akan memutuskan memukulmu atau tidak setekah kau bercerita. Jadi, cepat ceritakan!”

Kwan-woo: “Kau ingat kasus kaos kaki merah kan? Seseorang yang dituntut karena memperkosa seorang siswi sekolah menengah?”
Pengacara Shin masih marah, “Ya. Bagaimana bisa aku lupa saat aku adalah pengacaranya?!”
Kwan-woo: “Salah satu yang menangkapnya adalah aku.”
Pengacara Shin: “Apa?”
Flashback 7 tahun yang lalu.
Di sebuah mobil yang berantakn, penuh dengan sampah makanan dan minuman. Tampak Kwan-woo sedang menunggu seseorang. Dan akhirnya yang ditunggu datang, yang disebut si kaos kaki merah. Kwan-woo menangkap orang tersebut.

Suara Kwan-woo masa kini: “Saat aku masih menjadi polisi, ada waktu dimana aku tidak bisa tidur atau bahkan hanya untuk sekedar mengganti pakaian dalam selama 10 hari karena mengintai untuk menangkap penjahat itu. helaian rambut korban, ciri-ciri, bukti telah banyak ditemukan. Selain itu, tissue yang ada darah korban, terdapat sperma laki-laki itu. Itu adalah bukti yang sangat kuat. Dia bersikeras bahwa dia bukan pelakunya. Aku menghabiskan waktu 4 hari tanpa tidur untuk mengintrogasinya. Dan pada akhirnya aku mendapatkan pengakuannya.”
Kwan-woo berteriak dan memaksa pelaku untuk mengaku. Pelaku yang mengantuk mengiyakan kata-kata Kwan-woo bahwa dialah pelakunya. Lalu, ibu korban dengan menangis berterima kasih pada Kwan-woo karena telah menangkap penjahatnya.

Suara Kwan-woo: “Ibu korban mendatangiku dan berterima kasih.”
Flashback end.
Kwan-woo: “Tapi, pembela umum membebaskannya, setelah sekian lama aku menangkapnya. Dengan alasan tidak cukup bukti dan pengakuannya tidak jelas. Menyangsikan bukti, dan akhirnya mendapatkan keputusan tidak bersalah.”
Pengacara Shin: “Ya. Pembela umum itu adalah aku! Itu aku! Jadi, mengapa kau membuang kotoran di mobilku?” pengacara Shin masih marah.

Kwan-woo: “Ya, aku melakukannya. Aku heran bagaiamana beberapa kata saja bisa melepaskan penjahat yang aku tangkap dengan tanganku sendiri. Aku melakukannya karena aku marah.”
Pengacara Shin, “Oh, itu kau… kau bodoh.” Pengacara Shin kembali mengejar-ngejar Kwan-woo.

Pengacara Shin: “Si kaos kaki merah tidak bersalah!” pengacara Shin melempari Kwan-woo dengan kacang.
Kwan-woo berteriak, “Aku tahu! karena penjahat sesungguhnya tertangkap setengah tahun kemudian!”
Pengacara Shin: “Apa? Penjahat sebenarnya sudah di tangkpa?”
Kwan-woo: “Ya. Penjahat sebenarnya sudah ditangkap. Dari rumah penjahat itu ditemukan seragam korban dan juga senjata yang digunakannya. Dan penjahatnya membuat pengakuan penuh.”
Pengunjung lain yang sedari tadi memperhatikan dan mendengarkan mereka bertanya, “Tunggu. Lalu bagaimana dengan tissue yang ada darahnya? Bukankah ada sperma di kaos kaki merah juga?”
Kwan-woo: “Darah korban mengenai tissue yang telah digunakan si kaos kaki merah. Aku tidak berpikir seperti itu.”

Pengacara Shin akan mengejar Kwan-woo lagi, “Itulah mengapa, kau anak nakal! Aku benar. Aku benar!”
Pengunjung: “Wow. Itu bisa jadi masalah besar. Karena dia membuang tissue di tempat yang salah, dia bisa membusuk di penjara bertahun-tahun.”
Kwan-woo: “Ya. Pengacara Shin menyelamatkan dua orang. Dia menyelamatkan si kaos kaki merah yang bisa masuk penjara dengan tidak adil, dan seorang petugas polisi yang akan memasukan pria yang tidak bersalah ke dalam penjara. Itulah mengapa, mulai hari itu, aku meninggalkan pekerjaanku sebagai polisi dan belajar tentang hukum. Untuk menjadi seorang pembela umum sepertimu. Pengacara Shin adalah alasan aku memulainya. Oleh karena itu, berhenti menyalahkan diri sendiri dan tetap menjadi dirimu sendiri. Tetap lakukan apa yang selalu kau lakukan. Menjadi orang yang cerewet seperti yang kau senangi. Lanjutkan seperti dirimu yang biasanya.”
Pengacara Shin menangis terharu. Lalu tersenyum merentangkan tangannya memeluk Kwan-woo. Tapi, tak begitu lama setelah memeluk, Pengacara Shin menjambak rambut Kwan-woo sampai Kwan-woo kesakitan, dengan mengatakan bahwa dia butuh waktu 3 tahun untuk membersihkannya. Kemudian memeluknya lagi sambil tertawa. Pengunjung lain ikut tertawa melihat merekla.
***
Soo-ha yang sedang tidur dibangunkan oleh Hye-sung. Suasananya serba putih ke biruan.
Hye-sung: “Soo-ha. Bangun, ini sudah pagi.”
Soo-ha terbangun, dan kaget melihat Hye-sung memakai baju pengantin (atau baju putri ya?).
Soo-ha: “Apa ini? Mengapa kau memakai baju itu di rumah?”

Lalu Soo-ha melihat ke sekeliling, “Apakah ini mimpi?”
Hye-sung: “Tentu saja ini mimpi. Kau pikir ini kenyataan? Mimpimu kekanak-kanakan sekali. Konsep macam apa ini?”
Soo-ha tertawa, “Mengapa? Ini cantik.”
Hye-sung: “Apapun, bangunlah dari mimpimu. Ini sangat tidak nyaman.”
Soo-ha menarik Hye-sung ke dalam pelukannya, “Aku tidak mau. Bagaimanapun, ini mimpiku. Aku akan bangun kapanpun aku mau.”
Soo-ha lalu mencium kening, dan pipi Hye-sung. Lalu memeluknya kembali.
Tiba-tiba tangan Hye-sung terkulai, telapak tangn Soo-ha berdarah.
Soo-ha panik, “Apa ini?”
Saat dia membalikan badan Hye-sung, Hye-sung sudah tak sadarkan diri. Pinggangnya mengeluarkan darah.
Soo-ha: “Ini tidak boleh terjadi, bangunlah! TIDAK! Bangun! Kumohon!
Ternyata Soo-ha bermimpi, dia gelisah dan mengigau, “Tidak, ini tidak boleh terjadi.. ini tidak boleh terjadi…”
Hye-sung membangunkanya, “Soo-ha, bangun. Hey, bangun!”
Soo-ha pun terbangun dan menyadari itu hanya mimpi.

Hye-sung: “Ya tuhan, lihatkan keringatmu. Kau mimpi apa? Apakah mimpi buruk?”
Soo-ha langsung menarik Hye-sung ke pelukannya.
Hye-sung terkejut dan sedikit memberontak, “Omo..apa yang kau lakukan…”
Soo-ha mengeratkan pelukannya, “Terima kasih Tuhan, kau baik-baik saja.”
Soo-ha menghela nafas lega.

Hye-sung penasaran, “Kau mimpi apa?”
Soo-ha: “Tidak, bukan apa-apa.”
Hye-sung menepuk-nepuk punggung Soo-ha, “Mengapa kau seperti ini jika bukan mimpi apa-apa?”
Soo-ha tidak menjawab dan semakim mempererat pelukannya.
***
Ada seseorang digudang penyimpanan barang yang menyiapkan lakban, tali, dan kunci inggris. Dialah Min Joon-guk. Apa yang sedang direncanakannya?
***
Kwan-woo sampai di gedung kantor. Di depan loker surat, dia memandangnya dengan ragu. Lalu memutuskan untuk melihat kotak surat milik Hye-sung dan menemuka dua surat dari Min Joon-guk. Kwan-woo mengambilnya.
Di kantor yang masih kosong, dia membuka surat itu. Masih berisi artikel tapi penulisnya buka ayah Soo-ha. Artikel yang pertama tentang kekacauan yang terjadi di rumah sakit. Ada kilasan masa lalu, saat Min Joon-guk mengamuk di rumah sakit.
Kwan-woo: “Apakah ini Min Joon-guk?” (maksudnya si pelaku)
 Artikel kedua tentang kesejahteraan warga korea yang masih rendah, seorang wanita tua yang pikun tewas karena kelaparan.”
Kwan-woo: “Seorang nenek yang pikun tewas karena kelaparan? Apa ini?”
Kilasan masa lalu, seorang nenek menggandeng anak laki-laki dan meninggal di toilet umum.

Kwan-woo: “Menantunya meninggal karena penyakit jantung, dan anaknya berada di penjara. Mungkinkah…”

(aku jelasin dulu sedikit ya… si nenek itu, ibunya Joon-guk yang bawa anaknya Joon-guk. Mereka luntang lantung berdua, setelah istrinya Joon-guk meninggal, dan Joon-guk dipenjara. Nah yang ini, aku belum tahu kenapa Joon-guk di penjara, mungkin karena membuat keributan di rumah sakit.)
Lalu Yoo-chang masuk ke dalam kantor, “Selamat pagi!”
Dengan cepat dan sedikit panik Kwan-woo memasukan artikel-artikel itu ke dalam laci mejanya.
Yoo-chang menghampiri meja Kwan-woo: “Mengapa kau datang pagi sekali?”
Kwan-woo: “Aku harus menyiapkan banyak hal untuk persidangan hari ini.”
Yoo-chang: “Apa yang sedang kau lihat?”

Dengan gugup Kwan-woo menjawab, “Petisi…..petisi.”
Yoo-chang tak berani bertanya lebuh jauh: “Oh, petisi.. Oke..”
Kwan-woo masih pura-pura, “Mengapa banyak sekali petisi..” tapi pikirannya masih memikirkan artikel-artikel tadi, mungkin juga bertanya-tanya apa yang sebenarnya diinginkan  Joon-guk.
***
Hye-sung dan Soo-ha berada di pusat perbelanjaan. Hye-sung sepertinya membeli sesuatu.
Hye-sung: “Wajahmu masih pucat. Apa kau sungguh tidak akan memberitahuku tentang mimpimu?”
Soo-ha: “Ya.”
Hye-sung: “Ini sangat tidak adil. Aku selalu mengungkapkan perasaanku, tapi kau selalu menyembunyikannya.”
Soo-ha: “Oh, itu karena aku bahkan tidak mau membicarakannya.”
Hye-sung menatap Soo-ha dan berpikir: “Apakah itu mimpi erotik? Well, lagipula, dia laki-laki.”
Soo-ha menyangkalnya, “bukan seperti itu.”
Hye-sung tertawa: “Itu pasti benar. Lalu, mengapa kau bertindak berlebihan?”
Soo-ha mengapit leher Hye-sung dan membenturkan kepalanya, “Bukan, bukan! Bukan!”

Hye-sung: “Oke. Oke.oke. Katakan saja itu bukan.”
Soo-ha masih tidak terima, “Sungguh bukan seperti itu.”
Hye-sung tertawa, masih tak percaya: “Baiklah. Soo-ha, kau pergi duluan saja.”
Soo-ha: “Kita pergi bersama.”
Hye-sung: “Ini akan memakan waktu yang lama. Jika kita pergi bersama, kau akan terlambat belajar. Kau pergi duluan.”
Hye-sung pun pergi meninggalkan Soo-ha. Tapi, Soo-ha mengikutinya di belakang tanpa Hye-sung tahu. Hye-sung berhenti di depan toko perhiasan, dia melihat sebuah kalung yang di pajang disana.
Hye-sung dalam pikirannya: “Cantik sekali. Tapi harganya sedikit mahal. Untuk uang sebanyak itu, aku bisa membeli sosis lebih dari 300 buah.”
Hye-sung pun pergi.
Soo-ha menghampiri display yang di lihat Hye-sung, “Wow, barang sekecil ini tapi harganya mahal sekali. Ah, apakah aku harus membatalkan membeli sepatu hiking itu. Aku ragu apakah paman sudah mengirimkan uang.”
Duo detektif yang mengikuti mereka mengobrol sambil memakan lolipop dan memakai kacamata hitam.
Detektif Kang: “Waktu yang sangat bagus.”
Detektif 1: “Ketua tim, aku ingin berkencan.”
Detektif Kang: “Pria gila. Apakah istrimu tahu bahwa kau seperti ini?” (ganjen)
Detektif 1: “Aku akan mati jika dia tahu.”
Kembali ke Soo-ha yang masih memandangi kalung itu dengan bimbang.
Tiba-tiba kalung itu diambil pramuniaga dan ditunjukan pada seorang wanita, calon pembeli.
Wanita: “Apa kau punya yang baru selain yang di pajang ini?”
Pramuniaga tersenyum: “Pelanggan, ini yang terakhir.”
Wanita: “Benarkah?”

Soo-ha memperhatikan mereka. Si wanita mengambil kalung itu, dan mencium (membaui) kalung itu, entah apa maksudnya, dan berpikir: “Ah, aku sungguh tidak suka yang di pajang ini. Haruskah aku membelinya atau tidak?”
Soo-ha langsung berlari. Detektif 1 mengejarnya karena disuruh Detektif Kang.
(ada yang aneh, Soo-ha dan Hye-sung kan berpencar, Hye-sung udah pergi dari tadi, kenapa Detektif Kang masih disitu, tidak mengikuti Hye-sung?)

Soo-ha ternyata menuju ATM. Dia memasukan kartunya dan mengecek saldo tabungannya. Lalu menunggu dengan cemas.
Jeng-jeng. Saldo 1.038.411 won.
Soo-ha berteriak kegirangan, “Yes!”
Dia pun mengambil uangnya. (Oya, harga kalungnya 380.000 won)

Soo-ha berlari kembali. Detektif 1 yang masih kepayahan pun terpaksa harus ikut berlari.
Wanita: “Karena itu ada di display, bisa kah kau memberi diskon 20.000 won?”
Pramuniaga: “Pelanggan, sekarang ini, bahakn di pasar Dongdaemun juga menggunakan sistem harga pas. Aku benar-benar tidak bisa memberimu diskon.”
Wanita: “Benarkah. Lalu, jika aku membeli ini, berikan cermin tangan dan gelang itu padaku sebagai hadiah.”
Pramuniaga sudah kesal: “Itu untuk pelanggan yang membeli lebih dari satu juta won.”
Si wanita belum menyerah: “Aku sering belanja disini.”
Soo-ha datang dan menyerahkan uangnya, sambil ngos-ngosan, “Berikan aku kalung itu. Aku akan membelinya.”
Pramuniaga senang sekali.
Soo-ha memandangi kotak kalung itu dengan tersenyum dan memasukannya ke dalam tas.
***
Do-yeon mengunjungi Dal-joong dan melukis.
Dal-joong: “Hey, orang-orang bilang bahwa sisi kananku terlihat lebih bagus.”
Do-yeon: “Jangan bergerak. Itu terlihat sama saat aku melihatnya.”
Dal-joong: “Oh, benarkah? Baiklah.”
Dal-joong tersenyum bahagian, Do-yeon juga.

Dal-joong: “Jika aku yang membesarkanmu…akankah kau tumbuh secantik dan sehebat ini?”
Do-yeon: “Tentu saja. Tanpa menghiraukan dimanapun aku tumbuh, aku tetap akan tumbuh menjadi secantik dan sehebat ini.”
Dal-joong tersenyum: “Bagus kalau begitu.”

Lukisan Do-yeon selesai. Dia mendekat ke Dal-joong, “Bagaimana? Ini sama kan?”
Dal-joong: “Wow. Ya.. wow, kau melukis dengan baik.”
Mereka berdua tertawa bersama.

Dal-joong: “Tapi aku pikir kau lebiha baik menjadi seorang jaksa dari pada seorang pelukis.”
Do-yeon: “Apa?”
Dal-joong tertawa: “Apa kau tahu bagaimana caranya mengambil foto dari ponselmu? Mari kita lakukan bersama”
Do-yeon kaget: “Apa?”
Dal-joong: “Ambil satu dan kirim pada Pengacara Shin dan Pengacara Jang.”
Do-yeon lebih kaget lagi: “Apa?!”
Mereka berdua tertawa lagi.
***
Pengacara Shin mendapat kiriman foto dari Do-yeon. Dan yang di atas itulah ekspresinya.
Hye-sung pun mendapatkan kiriman foto yang sama. Dan ekspresinya adalah…
Hye-sung menjerit dan langsung memalingkan mukanya.
Yoo-chang kaget dan bertanya, “Ada apa?”
Hye-sung memegang ponselnya seperti barang yang tidak ingin dia pegang, “Apapun yang kaun bayangkan, aku melihat sesuatu yang lebih mengerikan daripada yang kau bayangkan.”
Hye-sung melanjutkan pekerjaannya mempelajari berkas kasus. Lalu karet pembuka kertasnya rusak, “Yoo-chang. Apa kau punya karet jari yang lain?”
Yoo-chang: “Aku tidak punya. Oh, coba cari di meja Pengacara Cha. Dia selalu punya beberapa.”
Hye-sung pun menuju meja Kwan-woo: “Kapan dia kembali?”
Yoo-chang: “Oh. Seharusnya dia sebentar lagi datang. Hari ini, dia tidak mempunyai jadwal persidangan siang hari.”

Hye-sung mencari karet di atas meja, tapi tidak ada. Dia pun membuka laci meja, dan ada karet itu disana. Tapi, dia juga melihat tumpukan surat miliknya yang disembunyikan Kwan-woo.
Hye-sung: “Oh, ini surat untukku.”
Yoo-chang menghampiri Hye-sung: “Oh, apa itu? terakhir kali dia sedang melihat itu secara diam-diam, tidak ingin aku melihatnya.”
Hye-sung: “Tidak ingin kau melihatnya?”
Yoo-chang: “Ya. Saat aku datang, dia menyembunyikannya.”
Hye-sung membuka surat itu, “Mengapa Pengacara Cha memiliki suratku?”
Kwan-woo masuk ke ruangan itu.
Yoo-chang: “Oh, Pengacara Cha.”
Kwan-woo terkejut, “Pengacara Jang…” dia berlari dan akan mengambil surat itu, tapi Hye-sung menahannya.
Hye-sung: “Mengapa kau memiliki surat yang ditujukan padaku?”
Kwan-woo: “Itu…”
***
Soo-ha berjalan dengan penuh senyuman di trotoar. Tiba-tiba ada motor yang melaju di sampingnya dan menyambar tasnya. Soo-ha berusaha mengejar, dan Detektif 1 pun akan menghadang tapi di pukul tas. Si pencuri berhasil kabur. Dan Detektif juga berhasil melihat plat nomor motornya 4885.

Soo-ha membantu Detektif yang terjatuh, “Apa kau baik-baik saja?”
Detektif: “Bajing*n itu, memulainya terlalu pagi…”
Detektif hendak menghubungi seseorang. Soo-ha terlihat kesal.

Soo-ha: “Ah..aku butuh tasku..”
Detektif: “Jangan khawatir, aku tahu orang itu.”

Detektif menelpon: “Hey, ini aku. Si pria 4885 muncul lagi. Kau pergi ke tempat persembunyiannya, cepat tangkap dan bawa dia.”
***
Yoo-chang berusaha menguping. Pengacara Shin datang dan merasa heran.
Pengacara Shin: “Hey, Yoo-chang. Apa yang kau lakukan?”
Yoo-chang dengan bahasa isyarat meminta Pengacara Shin untuk diam.
Pengacara Shin: “Dimana Pengacara Cha dan Pengacara Jang?”
Yoo-chang berbicara lagi dengan bahasa isyaratnya, “Mereka berdua sedang di dalam, berbicara. Aku pikir itu sesuatu yang penting.”
Pengacara Shin: “Percakapan serius tentang apa ini?”
Yoo-chang: “Aku tidak bisa mendengar mereka.”
Pengacara Shin: “Kau tidak bisa mendengarkannya sama sekali?”
Yoo-chang mengangguk.
Di dalam, Hye-sung menjentikan jarinya di depan wajah Kwan-woo.
Hye-sung: “Pengacara Cha! Liat aku! Sekarang!”
Kwan-woo: “Aku melihatmu.” (tapi matanya di lirikan ke samping, aneh, xD)
Hye-sung memukul meja, “Katakan padaku, apa ini? Siapa reporter Park Joo-hyuk? Siapa nenek yang menderita Alzheimer? Dan siapa cucunya?”

Kwan-woo: “Aku tidak bisa mengatakannya.”
Hye-sung berteriak: “Pengacara Cha!”
Kwan-woo terkejut dan akhirnya matanya melihat ke arah Hye-sung: “Aku benar-benar tidak bisa mengatakannya, maafkan aku…maafkan aku! Tapi aku tidak mau berbohong padamu, jadi berhenti bertanya!”
Hye-sung: “Ini mungkin untukku. Pasti ada alasannya karena  kau orang yang seperti itu. Pasti ada satu atau yang laun. Jika aku tahu, aku akan terluka. Atau, seseorang akan terluka. Jika itu aku, aku sangat kecewa. Aku tidak percaya kau berpikir bahwa aku sangat menyedihkan dan lemah sehingga aku tidak bisa mengatasi sesuatu seperti ini. Baiklah, aku akan mencari tahu sendiri.”

Hye-sung mengambil semua artikel itu dan hendak keluar.
Kwan-woo: “Reporter Park Joo-hyuk adalah ayah Park Soo-ha. Dan nenek yang menderita Alzheimer dan cucunya adalah anak Min Joon-guk dan ibunya. Orang yang mengirim surat itu padamu adalah Min Joon-guk.”
Hye-sung terdiam.
***
Soo-ha duduk dengan gelisah, sesekali melihat jam tangannya. Lalu Detektif 1 datang dan memberikan tasnya.
Detektif 1: “Soo-ha. Ini.”
Soo-ha tersenyum senang, “Kau benar-benar menemukannyaa. Terima kasih. Terima kasih banyak!”
Detektif: “Periksalah jika ada sesuatu yang hilang.”

Soo-ha membukanya, dan kalung itu masih ada disana.
Detektif: “Bagaimana dengan yang lain? Apakah dompet dan ponselmu masih ada?”
Soo-ha memeriksa kembali tasnya. Dompetnya masih ada dan uangnya utuh. Ternyata ponselnya menghilang. Detektif mengatakan akan menemukannya. Soo-ha bilang tidak usah buru-buru karena yang sangat dia perlukan sudah ditemukan (kalung).
***
Pengacara Shin tertawa memandangi sesuatu di ponselnya.
Pengacara Shin: “Yoo-chang. Bagaimana aku membuat gambar ini menjadi wallpaperku?”
Yoo-chang: “Oh, tunggu sebentar.”

Yoo-chang membuka gambarnya dan terkejut, “Apa? Apa kau benar-benar akan menggunakan ini sebagai wallpaper?”
Pengacara Shin: “Ya.”
Yoo-chang pada gambar Do-yeon: “Kau benar-benar berkulit tebal.”
Soo-ha masuk ke ruangan.
Yoo-chang: “Oh, kau disini?”
Soo-ha: “Apakah Pengacara Jang belum sampai?”
Pengacara Shin: “Dia ada persidangan jam 2, jadi dia pergi ke pengadilan. Dia pergi bersama Pengacara Cha.”
Soo-ha: “Oh, benarkah? Terima kasih.”
Soo-ha pemit pergi. Dan Yoo-chang masih ragu apakah benar pengacara Shin akan menggunakan gambar itu..
Soo-ha masuk ke ruang persidangan. Kosong. Hanya ada satu petugas.
Soo-ha: “Apakah persidangan hari ini sudah berakhir?”
Petugas: “Tidak, belum dimulai.”
Soo-ha: “Kenapa?”
Petugas: “Pengacaranya tidak datang. Sudah jam 3 tapi dia tidak muncul bahkan setelah menunggu 30 menit. Jadi, sidang ditunda.”
Soo-ha: “Mengapa dia tidak datang?”
Petugas: “Aku tidak tahu. Hakim berkali-kali menghubunginya, tapi tidak dijawab.”
Soo-ha keluar dari ruang sidang dengan bingung. Ada Kwan-woo yang turun dari tangga melihatnya.
Kwan-woo: “Oh, Park Soo-ha!”
Soo-ha menghampiri Kwan-woo: “Apa kau tahu kemana Pengacara Jang pergi?”
Kwan-woo: “Pengacara Jang? Bukankah dia di pengadilan? Dia ada sidang pukul 2.”
Soo-ha: “Tidak ada. Mereka tidak bisa menghubunginya.”
Kwan-woo: “Itu tidak mungkin. Kau sudah mencoba menghubunginya?”
Soo-ha: “Tidak. Ponselku dicuri.”

Kwan-woo menelpon Hye-sung: “Halo. Pengacara Jang…..dia menutup telponnya. Aku orang yang mengantarnya ke sini.”
Kwan-woo berpikir: “Mungkinkah karena artikel itu? tidak, tidak mungkin seperti itu.”
Soo-ha memegang tangan Kwan-woo, “Mungkinkah…kau memberi tahu Pengacara Jang tentang ayahku?”
Kwan-woo: “Oh, ya. Pengacara Jang menggeledah mejaku dan menemukan artikel yang dikirim Min Joon-guk.”
Soo-ha lemas, matanya berkaca-kaca.
Kwan-woo: “Maafkan aku, tidak ada lagi yang bisa ku lakukan.”
Soo-ha: “Apakah dia mengetahui semuanya?’
Kwan-woo: “Ya. Hampir.”
Soo-ha benar-benar sedih: “Jadi…. Jadi karena itu dia menghilang.”
Kwan-woo: “Tidak. Ini bukan karena itu, ini pasti……”
Soo-ha memotong kata-kata Kwan-woo: “Apa yang kau tahu?! mengapa kau memberitahunya?”
Soo-ha pun pergi meninggalkan Kwan-woo.
Kwan-woo memanggil dan mengejarnya.

Tidak lama Detektif Kang melihat Kwan-woo yang juga keluar dan menghampirinya.
Kwan-woo: “Apakah kau melihat Pengacara Jang?”
Detektif Kang: “Kalian berdua masuk ke dalam gedung pengadilan.”
Kwan-woo: “Kau tidak melihat di keluar, kan?”
Detektif Kang: “Tidak. Kenapa?”
Kwan-woo: “Pengacara Jang tidak ada disini. Dan dia juga tidak pergi ke persidangan.”
Detektif Kang panik, “Itu tidak mungkin. Aku menjaga di tempat ini bahkan tanpa pergi ke toilet. Tidak ada cara hingga aku tidak bisa melihatnya, kecuali dia memanjat tembok.”
Kwan-woo juga pusing, “Ah, dia juga tidak menjawab telponnya. Kemana dia pergi?”
Soo-ha berjalan di taman. Di duduk dengan sedih. Dan mengingat perkataan Joon-guk bahwa ayah Soo-ha penyebab semua ini. Lalu dia juga mengingat saat Hye-sung bertanya padanya apakah ada hal lain yang disembunyikannya.
Soo-ha sedih dan juga takut. Dia takur Hye-sung benar-benar kecewa dan meninggalkannya.
Soo-he melihat telpon umum dan menghampirinya.
“Bagaimana aku memberitahunya? Tidak ada alasan yang akan berguna. Bagaimana jika dia menutup telponnya saat mendengar suaraku? Jika ini akhir dari kami, akankah aku bisa hidup?”
Soo-ha menguatkan hatinya dan memencet nomor telpon Hye-sung.
Soo-ha: “Halo? Ini aku, Soo-ha. Tolong jangan tutup telponnya dan dengarkan. Aku mendengar semuanya dari Pengacara Cha. Kau mendengar tentang ayahku….”
Dan yang menjawab telponnya adalah…Min Joon-guk!

Joon-guk: “Aku menunggu telponmu, Park Soo-ha. Apa kau mencari Jang Hye-sung?”
Soo-ha panik dan berteriak frustasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar