Kediaman keluarga Seo.
Nyonya Seo: “Jadi, kau kalah lagi dari Hye-sung?”
Do-yeon: “Jangan khawatir, kami akan mengajukan banding.”
Nyonya Seo: “Tapi tunggu, dengan bukti apa dia mengatakan bahwa Min Joon-guk masih hidup?”
Do-yeon: “Apa kau ingat teman satu sel Min Joon-guk, Hwang Dal-joong?”
Do-yeon sebenarnya bertanya pada ayahnya, tapi yang menjawab ibunya. Sepertinya Do-yeon mempunyai hubungan yang tidak dekat dengan Hakim Seo. Mungkinkah karena dia anak dari Hwang Dal-joong, terdakwa yang dia nyatakan bersalah karena kekeliruan?
Hakim Seo hanya melirik sekilas, tapi dia jelas dia mendengarkan.
Nyonya Seo: “Oh! Aku mengingatnya. Terakhir kali dia membuat kesulitan untukmu, kan?”
Do-yeon: “26 tahun yang lalu dia juga masuk ke penjara untuk kasus pembunuhan tangan kiri. Dia (Hye-sung) bilang Min Joon-guk mungkin menggunakan ide yang sama dan merencanakannya.”
Nyonya Seo: “Merencanakannya?”
Do-yeon: “Ya. Dalam rangka untuk menjebak Park Soo-ha, dia memotong tangan kirinya sendiri dan melarikan diri.”
Nyonya Seo: “Itu tidak mungkin.”
Hakim Seo, merapikan korannya dan meninggalkan ruangan. Dia masuk ke ruang kerjanya. Membanting korannya ke meja, dan tampak memikirkan sesuatu.
***
Pengacara Shin mengunjungi Hwang Dal-joong. Mereka sedang sibuk membuat kotak-kotak dan menulis permainan yang sama lagi.
Pengacara Shin: “Pengacara Jang memintaku untuk menyampaikan rasa terima kasihnya untukmu.”
Dal-joong: “Terima kasih untuk apa? Aku hanya mengatakan kebenaran.”
Pengacara Shin: “Tetap saja. Jika pernyataanmu tidak ada, pasti akan sulit untuk mengubah pikiran mereka. Aku juga sangat berterima kasih.”
Dal-joong: “Ah, itu bukan apa-apa.”
Dal-joong melanjutkan, “Aku pikir aku akan dibebaskan dari sini minggu depan.”
Pengacara Shin tersenyum senang, “Mengapa? Apakah mereka menerima permohonan pembebasan bersyaratmu?”
Dal-joong: “Tidak. Itu tetap dalam masa hukuman.”
Pengacara Shin: “Tetap dalam masa hukuman? Mengapa?”
Dal-joong menatap Pengacara Shin, dan menunjuk kepalanya, “Mereka bilang, aku punya sesuatu disini. Aku merasa sedikit pusing dan pergi ke dokter. Namun, mereka pikir bahwa ada sesuatu disini dan aku tidak akan memiliki waktu lama untuk tetap hidup.” (kanker otak, kah?)
Pengacara Shin terkejut dan menjatuhkan pensilnya. Tidak ada lagi senyuman bahagia saat tadi dia mengetahui Dal-joong akan keluar.
Dal-joong: “Sangat aneh setelah mendengar hal itu, aku berpikir tentang Park Soo-ha. Aku tidak mau dia berakhir sepertiku.”
***
Seong-bin sedang mempercantik kuku Hye-sung di kantornya.
Hye-sung: “Ada apa? Warnanya menjadi lebih lembut.”
Seong-bin: “Sejak aku bekerja di toko, aku belajar banyak tentang sesuatu. Jangan memaksakan seleraku pada pelanggan, tapi temukan apa yang diinginkan pelanggan, sesuatu seperti itu.”
Hye-sung: “Go Seong-bin kau bertambah dewasa.”
Seong-bin tersenyum, “Yup!”
Seong-bin lalu melihat pin Hye-sung.
Seong-bin: “Oh, kau mengenakan pinmu. Kau tidak menggunakan itu sebelumnya.”
Hye-sung bingung, “Huh? Oh..”
Seong-bin: “Kau mengatakan kau tidak ingin menggunakannya sejak kau merasa memalukan menjadi seorang pengacara, tapi mengapa kau menggunakannya? Apa kau tidak malu? Apakah kau mengubah pikiranmu?”
Hye-sung: “Diamlah. Kau terlalu mengurusi banyak hal…. Apakah kau bertemu Soo-ha?”
Seong-bin: “Aku mendapat telponnya. Kami akan bertemu nanti.”
Hye-sung: “Saat kau bertemu dengannya nanti, bisakah kau menolongku?”
***
Soo-ha berada di toko ponsel, dia hendak membeli ponsel baru. Seong-bin datang kesana dan memanggilnya.
Seong-bin: “Soo-ha!”
Seong-bin langsung memeluk Soo-ha: “Apa kau tahu aku sangat merindukanmu?”
Soo-ha bingung, “Apa kau mengenalku?”
Seong-bin melepaskan pelukannya, “Apa kau serius? Kau serius tidak mengingatnya?”
Soo-ha: “Maafkan aku..”
Seong-bin memeluknya lagi, “Tidak apa-apa. Kita bisa memulainya dari awal.”
Seong-bin melepaskan pelukannya lagi dan memperkenalkan diri: “Aku Seong-bin, Go Seong-bin. Kau terus mengikutiku beberapa waktu yang lalu dan mengatakan bahwa kau menyukaiku.”
Seong-bin memeluk Soo-ha lagi, tapi ada yang mengganggunya sekarang.
“Terus saja berbohong.” Joon-gi menghampiri mereka dan menarik Seong-bin dari pelukannya pada Soo-ha.
Joon-gi pada Soo-ha, “Jangan mendengarkannya. Semua yang dia katakan adalah kebohongan.”
Seong-bin terlihat kesal, “kenapa dia datang…”
Joon-gi: “Hey! Soo-ha menelpon ku lebih dulu dan kau terus mengikutinya seperti permen karet.
***
Joon-gi memberikan barang-barang milik Soo-ha yang ada di loker waktu itu. soo-ha melihatnya dan mengambil buku diary itu.
Joon-gi: “Mengapa matamu merah? Apa kau menangis?”
Soo-ha: “Bukan. Aku tidak bisa tidur.”
Joon-gi tertawa: “Oh, kau bocah. Kau pasti menonton pornografi.”
Seong-bin yang baru saja datang membawa minuman menggeplak Joon-gi, “Kau pikir semua orang sepertimu?”
Seong-bin pada Soo-ha: “Mengapa kau tidak bisa tidur?”
Soo-ha: “Aku tidak tahu. Mungkin insomnia.”
Soo-ha pada Joon-gi: “Apa kau tahu nomor ponsel Pengacara Jang?”
Joon-gi: “Aku? Aku tidak tahu.”
Seong-bin seperti berusaha tidak terlibat dalam pembicaraan itu.
Joon-gi: “Hey, Seong-bin, bukankah kau mempunyai nomornya?”
Soo-ha tersenyum senang.
Seong-bin: “Oh, ya aku punya. Tapi, Pengacara Jang memintaku untuk tidak memberitahukannya padamu.”
Joon-gi: “Mengapa?”
Seong-bin: “Aku tidak tahu.”
Seong-bin pada Soo-ha: “Dia memintaku untuk tidak memberitahumu.”
Joon-gi: “Kekanak-kanakan sekali. Apa kau seperti ini karena kau cemburu padanya?”
Seong-bin: “Hey! Tidak seperti itu. Aku serius, dia mengatakan padaku untuk tidak memberitahunya.”
Seong-bin pada Soo-ha: “Maafkan aku. Aku berjanji padanya.”
Soo-ha hanya tersenyum tipis, dan menunduk. Terlihat jelas gurat kekecewaan di wajahnya, dan Joon-gi pun melihatnya. Joon-gi pun jelas tahu perasaan Soo-ha pada Hye-sung sebelum dia hilang ingatan, dan Joon-gi sepertinya mengerti kegalauan Soo-ha saat ini.
Joon-gi: “Ada apa dengan wanita itu? Mengapa dia sangat sulit didapatkan?
Soo-ha hanya memandangi dan memegang erat ponselnya.
***
Pengacara Shin dan Yoo-chang sedang berjalan di lorong.
Yoo-chang: “Jaksa umu mungkin tidak akan melepaskan Park Soo-ha semudah itu, kan?”
Pengacara Shin: “Tentu saja.”
Yoo-chang: “Apa kau pikir Park Soo-ha bisa membuktikan lagi bahwa dia tidak bersalah, jika dia kembali ke persidangan?”
Pengacara Shin: “Aku tidak yakin tentang itu.”
Lalu ada seseorang yang mereka kenal lewat di depan mereka. Ya, itu Kwan-woo yang mendorong troli yang penuh dengan buku-buku.
Yoo-chang: “Oh, Pengacara Cha. Apa itu?”
Kwan-woo: “Aku mendapatkan kantor di depan kantor kalian. Mohon bimbingannya.”
(maksudnya masih satu gedung kan ya?)
Pengacara Shin: “Benarkah? Kau melakukannya dengan baik.”
Kwan-woo: “Aku akan bekerja sebagai pengacara biasa, dan lalu aku akan mencoba untuk menjadi pembela umum lagi. Aku mendengarnya bahwa nanti akan ada audisi untuk menjadi pembela umum, jadi aku akan pergi mencobanya.”
Yoo-chang bertepuk tangan.
Pengacara Shin: “Akankah mereka menerima seseorang yang sudah mengundurkan diri?”
Kwan-woo: “Aku akan mencoba dengan keras.”
Yoo-chang: “Aku akan membantumu.”
Yoo-chang pada Pengacara Shin: “Ayo kita menolongnya bersama-sama.”
Pengacara Shin: “Baik, baik. Aku akan menyemangatimu dengan segenap hatiku. Semangat.”
Pengacara Shin menepuk tangan Yoo-chang dan mengayunkan kakinya, lalu berjalan pergi, membuat Yoo-chang dan Kwan-woo bengong.
***
Kantor Pengacara Cha Kwan-woo.
Yoo-chang membantu Kwan-woo menata buku-buku di rak.
Yoo-chang: “Tidak ada nomor fax disini.”
Kwan-woo: “Kan ada satu di kantormu. Aku akan menggunakannya, jadi mari berbagi.”
Yoo-chang: “Aigoo. Kau tidak akan berhenti menggunakannya sebagai alasan. Bukankan itu untuk alasan?”
Kwan-woo: “Alasan apa?”
Yoo-chang menggoda Kwan-woo: “Untuk bertemu dengan Pengacara Jang?”
Kwan-woo mengelak, “Oh, pria ini. Kau terlalu cepat menyimpulkan.”
Mereka pun tertawa bersama.
Lalu Yoo-chang menyerahkan alamat toko buah bibi Moon Suk-nam.
Kwan-woo: “Bukankah ini pemilik toko yang melaporkan Park Soo-ha?”
Yoo-chang: “Ya. Aku menunggunya sampai malam, tapi dia tidak keluar juga. Tapi, apa kau tahu apa yang lebih aneh?”
Kwan-woo: “Apa itu?”
Yoo-chang: “Pelapor itu bahkan tidak tahu siapa Park Soo-ha. Dia mengira bahwa Park Soo-ha adalah seorang gadis.”
***
Kwan-woo menuju gedung kejaksaan.
Do-yeon sedang mengetik di kantornya. Sekertarisnya masuk dan memberitahu bahwa Pengacara Cha ingin menemuinya. Do-yeon menyuruh sekertarisnya untuk memberitahukan bahwa dia sedang sibuk atau katakan dia tidak ada di tempat.
Tapi…tiba-tiba kekonyolan Kwan-woo muncul, dia nongol dari balik pintu.
Kwan-woo: “Hey, kau ada disini, mengapa kau berbohong, mengapa?”
Sekertaris Do-yeon menahan pintunya dan berusaha mendorong Kwan-soo, lalu melepaskannya setelah Do-yeon memberi kode untuk membiarkan Kwan-woo masuk.
Do-yeon: “Apa yang membawaku kesini?”
Kwan-woo: “Kau sedang mencari Min Joon-guk kan?”
Do-yeon: “Tidak. Mengapa aku harus mencari orang yang sudah mati?”
Kwan-woo: “Pengadilan mengatakan bahwa ada keungkinan bahwa dia masih hidup.”
Do-yeon: “Aku tidak berpikir seperti itu. Jika kau ingin mencarinya, maka kau cari saja dia. Tidakkah kau berpikir ini terlalu berlebihan untuk datang kesini dan mengatakan padaku apa yang harus kulakukan dan apa tidak harus aku lakukan?”
Kwan-woo meletakkan alamat Moon Suk-nam di meja Do-yeon.
Do-yeon: “Apa ini?”
Kwan-woo: “Itu adalah pemilik toko buah yang melaporkan Park Soo-ha. Tapi, saat kamu menemuinya dia berpikir bahwa Park Soo-ha adalah seorang gadis. Tidakkah ini aneh? Bagaimana bisa orang yang bahkan tidak mengenalnya (Soo-ha), melaporkannya? Dan dia tinggal beberapa jam jauhnya dari dimana Soo-ha pernah tinggal.”
Do-yeon tampak berpikir sejenak, “Apa yang ingin kau katakan?”
Kwan-woo: “Apa kau tidak berpikir sesuatu yang aneh?”
Do-yeon kesal: “Tidak.”
Kwan-woo: “Kemungkinan bahwa Min Joon-guk masih hidup…”
Do-yeon: “Tidak ada. 0.0000000 % bahkan tidak 1 %.”
***
Soo-ha di rumahnya, mengambil satu note dari Hye-sung.
“Pergi ke bank dan mengecek jumlah uang.”
Soo-ha kembali dari bank dan mengambil satu note lagi.
“Buat kartu nomor sosial yang baru.” (KTP)
Lain hari, Soo-ha mengambil satu note lagi.
“Mendaftar kuliah.”
Satu note lagi.
“Jangan lupa makan!”
Soo-ha tersenyum.
Lain hari lagi. (gaya larinya lucu, aneh.. ^^)
Soo-ha mengambil langsung dua note.
“Bersiap untuk kuliah (Kau selalu pintar).”
“Tulislah pelajaran dan textbooks!”
Soo-ha lalu menempelkan notenya di meja belajarnya.
Masih hari yang sama, Soo-ha mengambil dua note lagi.
“Telponlah teman.” (ada 3 nomor disana)
“Cari pacar!”
Soo-ha meremas dan membuang yang terakhir, kemudian tersenyum.
***
Soo-ha sedang belajar. Dia melihat pulpennya dan mengingat sesuatu.
Soo-ha mengambil buku diarynya, dan membukanya. Lalu membacanya pada suatu halaman.
“Hari ini, aku melihat lagi seseorang yang mirip denganmu. Dimana kau sekarang? Aku tidak melupakanmu. Saat aku bertemu denganmu, aku dengan pasti akan melindungimu. Aku merindukanmu.”
(Ini kalau tidak salah yang Soo-ha tulis sebelum latihan Taekwondo.)
Soo-ha lalu mendapat kilasan ingatan lagi. Kali ini ingatannya bersama Hye-sung. Saat di ber-high-five setelah berhasil mendapatkan berkas dari pemilik koran, kasus si kakek tuli.
Soo-ha menutup dan membelai buku diarynya, “Aku merindukanmu.”
Dia lalu bersiap pergi, memasukkan diarynya ke dalam tas. Kemudian memandangi lagi satu note yang terakhir, “Jangan menghubungiku lagi.”
***
Hye-sung keluar dari toilet. Dia melihat Kwan-woo keluar dari kantornya. Hye-sung langsung bersembunyi.
Setelah Kwan-woo melewatinya, dia mengingat saat Kwan-woo sebelum persidangan Soo-ha yang berkata akan menanyakan kemungkinan mereka bisa bersama lagi atau tidak, setelah persidangan selesai. Hye-sung sepertinya sengaja menghindari Kwan-woo untuk menghindar dari pertanyaan itu.
Hye-sung menghela nafas, dan akan segera kembali ke kantor. Dia tidak sadar bahwa Kwan-woo masih disitu, di balik dinding tempat dia bersembunyi. Jadi saat Hye-sung berbalik, dia berteriak. Hye-sung kaget tiba-tiba ada orang di depannya. Apalagi dia habis melamun.
Hye-sung akan terjatuh, tapi berhasil ditahan oleh Kwan-woo.
Kwan-woo: “Apa kau baik-baik saja?”
Hye-sung: “Ya, aku baik-baik saja.”
Kwan-woo: “Aku telah mencarimu untuk waktu yang lama.”
Hye-sung: “Ada apa?”
Kwan-woo menyerahkan sesuatu: “Aku ingin memberikan ini untukmu. Ini hadiah sebagai tanda pembukaan kantor baru. Tadinya aku ingin memberika kue beras, tapi aku rasa ini lebih dengan pandanganku. Saat kau merasa sedikit kelelahan makanlah sebagai camilan.” (sepertinya coklat deh..)
Hye-sung: “Baiklah. Terima kasih.”
Hye-sung akan pergi, tapi Kwan-woo memanggilnya kembali.
Kwan-woo: “Apa yang aku katakan sebelumnya, apa kau ingat?”
Hye-sung: “Apa?”
Kwan-woo: “Pertanyaan yang akan aku tanyakan padamu saat kasus itu sudah berakhir.”
Hye-sung: “Ya..”
Kwan-woo: “Bisakah kau memberikanku jawabannya sekarang?”
Hye-sung: “Itu…Pengacara Cha. Maafkan aku. Jawabanku waktu itu dan sekarang tetap sama.”
Kwan-woo menghela nafas, “Apakah mungkin kau masih marah padaku?”
Hye-sung menggeleng, “Tidak. Aku tidak marah padamu lagi.”
Kwan-woo: “Lalu…bolehkah aku bertanya mengapa aku tidak bisa?”
***
Soo-ha berlari menuju gedung kantor pengacara, dia mencari nama Hye-sung di papan nama di depan gedung. Dia kebingungan, lalu bertanya pada orang-orang di sekitar apakah mereka mengetahui dimana kantor Hye-sung.
Dari kejauhan, tampak Pengacara Shin dan Yoo-chang. Yoo-chang memanggilnya.
Pengacara Shin: “Apa yang kau lakukan disini? Apa kau mencari seseorang?”
Soo-ha: “Apa mungkin anda mengenal Pengacara Jang Hye-sung dan mengetahui dimana kantornya?”
Yoo-chang: “Tentu saja. Itu kantor kami juga.”
Soo-ha memegang tangan Yoo-chang dan memohon, “Aku harus bertemu dengannya. Ijinkan kau bertemu dengannya.
Mereka sampai di kantor. Meja Hye-sung kosong.
Yoo-chang: “Uh, ini aneh. Persidangan Pengacara Jang belum dimulai sampai jam 3 sore.”
Yoo-chang lalu melotot melihat Hye-sung bersembunyi di bawah mejanya.
Hye-sung berbicara dengan isyarat: “Katakan aku tidak ada disini dan cepat suruh dia pergi.”
Yoo-chang: “Oh iya, dia bilang dia akan pulang ke rumah setelah persidangan selesai.”
Pengacara Shin: “Apa yang kau katakan? Dia masih punya jadwal persidangan.”
Yoo-chang. “Oh, persidangan itu diundur.”
Yoo-chang pada Soo-ha: “Apa yang harus kami lakukan? Aku pikir kau tidak bisamenemuinya hari ini.”
Soo-ha: “Baik, aku mengerti. Aku akan kembali besok.”
Soo-ha pun pergi.
Yoo-chang: “Park Soo-ha sudah pergi. Keluarlah.”
Hye-sung keluar dari bawah meja Yoo-chang.
Pengacara Shin: “Apa ini? Kau menghindarinya? Apa kau mengambil sejumlah uang darinya?”
Hye-sung: “Aku hanya merasa akan menyusahkan jika tetap bertemu dengannya di saat persidangan sudah selesai.”
Yoo-chang: “Tapi, apakah kau akan baik-baik saja? Persidangan hari ini adalah persidangan bertingkat.” (terdakwanya banyak, sepertinya begitu. Eh, apa korbannya ya?)
Pengacara Shin: “Jika ini bertingkat, maka ini adalah yang paling menyusahkan. Terdakwa juga menyusahkan.”
Hye-sung: “Terserah. Apa kau pikir mereka akan mengatakan sesuatu pada pengacara?”
***
Di luar, Hye-sung di keroyok (para terdakwa sepertinya).
“Kembalikan uangku! Uangku!”
“Berapa banyak yang kau buat sebagai pengacara!”
“Hey!”
“Kau pergi ke sekolah hukum untuk membela yang seperti ini?”
“Mencobalah didalam sepatuku!”
“Inikah yang kau lakukan setelah sekolah keluar rumah?!”
Hye-sung di lempar tepung, dijambak rambutnya, didorong tubuhnya.
Hye-sung: “Beraninya kalian! Mengapa kalian melakukan ini padaku! Lepaskan aku!”
“STOP!” Beruntung ada Hakim Kim.
“Hentikan semuanya! Apa kalian semua ingin dituntut untuk tindakan penyerangan?! Dia adalah seorang pembela umum! Dia buka seorang pengacara yang meminta uang!”
Mereka pun melepaskan Hye-sung.
Hye-sung berjalan pergi di depan Hakim Kim seperti tidak terjadi apapun.
Hakim Kim: “Apa yang akan kau lakukan jika tidak ada aku disana? Kau seharusnya melakukan sesuatu.”
Hye-sung: “Lain kali aku akan melakukannya.”
Hakim Kim: “Jika aku sedikit terlambat, kau mungkin sudah terluka parah.”
Hye-sung: “Aku tidak terluka, sebelumnya.”
Hakim Kim: “Pikirkan lagi dengan baik! Jika aku tidak ada disana, maka—. Apakah sangat sulit untuk mengucapkan terima kasih?“
Hakim Kim berkata dengan nada tinggi. Hakim ini mengulang-ulang perkataannya karena ingin mendapatkan ucapan terima kasih dari Hye-sung.
Hye-sung: “Aku tidak merasa berhutang budi, sebelumnya.”
Hakim Kim: “Mengapa kau tidak berhutang budi? Aku menyelamatkanmu!”
Hye-sung: “Kau seorang hakim. Berada di pihak pengacara bisa memnua terdakwa merasa tidak nyaman. Apa yang kau lakukan sekarang, aku percaya itu sebuha tindakan melupakan kewajibanmu sebagai seorang hakim.”
Hye-sung berjalan pergi meninggalkn Hakim Kim yang mnegomel sendirian, “Bagaimana bisa dia menjadi seorang pengacara dengan sikap seperti itu?”
Hye-sung melihat Soo-ha di depan pintu masuk gedung pengadilan. Dia kemudian berbalik, berjalan dengan cepat ke arah Hakim Kim.
“Aku tidak mengatakan apapun.” Hakim mengira Hye-sung kembali karena mendengar perkataannya.
Hye-sung: “Terus berjalan seperti ini.” Hye-sung bersembunyi di balik jubah hakim.
Hakim: “Apa?”
Hye-sung: “Ayo cepat!”
Hakim: “Ah, tapi mengapa?”
Hakim Kim berjalan dengan kaku karena ada Hye-sung dibelakangnya yang menarik-narik jubahnya.
Setelah Soo-ha berlalu, Hye-sung berdiri tegak lagi dan berjalan pergi meninggalkan Hakim Kim tanpa berterima kasih!
Hakim Kim: “Kau bahkan tidak berterima ksih untuk ini?”
Hye-sung: “Ya. Kita berjalan menuju arah yang sama.”
Hye-sung berbicara tanpa menengok ke belakang.
Hakim: “Pengacara Jang! Rokmu terbalik.”
Hye-sung membenarkannya tanpa berbalik dan tanpa sembunyi! Dia dengan cueknya membalikkan roknya sambil membelakangi hakim!
(Aku ngakak adegan ini! :D)
Hakim: “Dia benar-benar lain sepanjang sejarah. Berbeda sepanjng sejarah….”
Hakim Kim tak bisa berkata apa-apa lagi…
***
Do-yeon terusik oleh perkataan Kwan-woo sebelumnya, bahwa orang yang melaporkan Park Soo-ha bahkan tidak tahu dia laki-laki, dan juga jarak tempat tinggalnya yang jauh. Do-yeon akhirnya memutuskan untuk memastikan sendiri.
Do-yeon sampai di toko buah itu.
Do-yeon: “Kau Moon Suk-nam, kan? Dan kau melaporkan Park Soo-ha.”
Suk-nam: “Apa lagi sekarang? Apa kau datang untuk mengambil kembali uang hadiah? Cepat pergi. Aku tidak akan menjual buah apapun padamu.”
Do-yeon menunjukkan tanda pengenalnya, “Aku bisa mengambil kembali uangnya. Jika kau tidak mengatakan kebenarannya.”
Suk-nam: “Mengapa kau seperti ini? Aku tidak melanggar hukum dengan melaporkan orang jahat.”
Do-yeon: “Tentu saja tidak. Tapi, bagaimana bisa kau melaporka Park Soo-ha tanpa mengenalnya?”
Suk-nam: “Aku hanya….Seseorang mengatakan padaku bahwa aku bisa mendapatkan uang jika aku melaporkannya, itulah mengapa aku melakukannya.”
Do-yeon: “Siapa itu?”
Suk-nam: “itu hanya seorang pria yang membeli buah tapi karena aku memberikannya diskon, dia mengatakannya padaku.”
Do-yeon: “Apa kau mengingat wajahnya? Apa kau pikir kau akan mengenalnya jika aku menunjukkan foto?”
Suk-nam: “ya, jika aku melihat foto.”
Do-yeon menunjukkan tiga foto, foto Joon-guk, kakek yang merawat Soo-ha, satu lagi tidak tahu siapa.
Suk-nam: “Tidak ada disini.”
Do-yeon: “Kau tidak sedang menyembunyikannya, kan?”
Suk-nam: “Tidak. Haruskah aku memilih satu dari foto-foto ini? Lau kau tidak akan mengambil kembali uangnya?”
Dan kita tahu kalau dia berbohong. Dia melirik ke arah sebuah mobil.
Di dalamnya ada seseoranh. Dia……Min Joon-guk!
(Sebel sebenarnya, udah bosen ngetik nama dia di sepanjang episode lalu dan episode ini..)
***
Hye-sung keluar dari kantornya, ada Soo-ha menunggunya di luar. Dia lalu akan menghindar dengan masuk lagi ke dalam. Tapi sayang, Soo-ha keburu melihatnya. Soo-ha menyusul Hye-sung dan menahan pintu putar itu.
Soo-ha: “Tolong jangan menghindariku. Mari kita bicara.”
Hye-sung: “Baik. Mari kita bicara.”
Kwan-woo melihat Hye-sung pergi bersama Soo-ha.
***
Hye-sung dan Soo-ha duduk di coffe shop.
Hye-sung bicara dengan dinginnya, “Bicaralah. Apa yang ingin kau katakan padaku.”
Soo-ha: “Ada banyak. Pertama, aku belum mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk menjadi pengacaraku dan percaya padaku.”
Hye-sung: “Baiklah. Aku akan menerimanya. Lalu?”
Soo-ha: “Mengapa aku tidak boleh menghubungimu?”
Hye-sung: “Aku sangat sibuk. Jika aku harus pergi ke 20-30 persidangan dalam satu bulan aku akan membutuhkan banyak waktu lebih dari satu hari. Jadi, aku tidak punya waktu untuk menerima telponmu. Lalu?”
Hye-sung: “Kau membenciku. Kau tidak pernah memperlakukanku seperti orang dewasa, tidak pernah menggunakan bahasa formal, dan banyak mengeluh. Kau punya sesuatu untuk dikatakan lagi?"
Soo-ha: “Bagaimana denganmu? Apakah kau membenciku?”
Hye-sung: “Haruskah aku menjawabnya dengan jujur? Aku tidak hanya membencimu, aku membencimu sampai dimana itu menjadi membosankan. Apa kau tahu bagaimana mengganggunya saat seorang anak sepertimu bertingkah seperti orang dewasa? Sudah semua? Kau juga punya kemampuan untuk membalikkan perasaan seseorang.”
Soo-ha: “Lalu mengapa kau berusaha sangat keras di persidangan jika kaumembenciku?”
Hye-sung: “Kau salah paham karena itu. Bukankan aku sudah memberitahumu? Kau tidak spesial. Yang spesial untukku adalah Min Joon-guk. Jika aku mendapatkan kau tidak bersalah maka aku bisa setidaknya mendapatkan dia mengikuti hukum. Itulah mengapa aku berusaha sangat keras.”
Hye-sung berdiri, “Aku telah menyampaikan semua yang aku ingin sampaikan. Juga, aku mengetahui apa artinya menjadi seorang pengacara, aku berterima kasih padamu. Tapi, hanya itu. Jadi, kau juga harus berhenti sampai sini. Aku sudah telat. Aku pergi.”
Soo-ha menahan tangan Hye-sung, “Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Walaupun kau membenciku, sampai titik membosankan, tidak bisakah kau tetap berada disisiku?”
Hye-sung tak bisa menjawab, “Lepaskan.”
Soo-ha masih menahan tangan Hye-sung, lebih erat.
Soo-ha: “Aku merasa seperti semua hal di dunia ini dipotong dariku. Jika kau membiarkanku pergi---“
Dering ponsel Hye-sung memotong perkataan Soo-ha. Hye-sung menjawabnya dan ternyata dari Kwan-woo. Kwan-woo berada di luar café, dia menawarkan bantuan pada Hye-sung.
Kwan-woo: “Kau sedang dalam situasi yang sulit kan? Katakan kau akan pergi menonton film denganku dan keluarlah.”
Hye-sung pun mengikuti anjuran Kwan-woo, dia berbicara di telpon dan segera keluar.
Kwan-woo sudah menunggunya di luar. Dia menggandeng Hye-sung berjalan. Soo-ha baru menyadari kalau Hye-sung pergi, dia berteriak di balik kaca, “Jangan! Jangan pergi!”
Soo-ha bergegas keluar, berlari menyusul mereka. Terlambat, Hye-sung dan Kwan-woo sudah masuk ke dalam taksi. Soo-ha terlihat sangat sedih.
Di dalam taksi, Hye-sung mengucapkan terima kasih pada Kwan-woo. Kwan-woo akan mengantarnya pulang ke rumah.
Soo-ha duduk di tangga di trotoar. Dia mengingat saat dirinya melihat Hye-sung dan Kwan-woo di depan teras rumah, pas hujan itu.
Soo-ha berbicara pada dirinya sendiri, “Aku rasa sepertinya pernah ada saat seperti ini terjadi sebelumnya.” (dimana dia merasakan pedih dihatinya..)
Kwan-woo menganter Hye-sung sampai ke depan rumah.
Di rumah Hye-sung sedang mempelajari berkas-berkas. Di luar hujan, dia tampak mengkhawatirkan sesuatu. Kwan-woo yang kehujanan di halte bis, karena bis yang tak kunjung datang, melihat Hye-sung naik ke dalam taksi. Lalu dia teringat saat dia menanyakan alasan Hye-sung menolaknya.
Hye-sung di dalam taksi dengan perasaan galau… Soo-ha masih duduk ditempat sebelumnya, dalam hujan dan kegalauan…
Flashback jawaban Hye-sung pada Kwan-woo. (yang aku kasih miring setelah ini ya, soalnya keluarnya gak barengan.)
“Ini sangat tidak mungkin. Dan ini sangat menggelikan.”
Hye-sung keluar dari taksi dan melihat Soo-ha yang masih duduk disana.
“Tapi ini tetap mengenaiku.”
Hye-sung memantapkan hatinya dan berjalan menghampiri Soo-ha.
Hye-sung berdiri di hadapan Soo-ha, “Ini benar-benar gila.”
Soo-ha hanya menatapnya.
“Ini tidak mungkin, tapi..aku pikir aku menyukai anak itu.”
Hye-sung berjongkok di depan Soo-ha dan melepaskan payungnya, “Apa yang harus kulakukan denganmu?”
Soo-ha sedikit tersenyum.
“Jadi, aku ingin cepat-cepat menyelesaikanya. Setelah aku menyelesaikan ini. Aku bisa melakukannya.”
(maksud menyelesaikan disini, mungkin menghapus perasaannya pada Soo-ha)
Hye-sung sudah berkaca-kaca. Soo-ha segera mengambil kembali payungnya dan memayungi Hye-sung. Dia tersenyum bahagia, Hye-sung kembali padanya.
Notes:
Maaf telat banget, hmmm, ada banyak alasanya.. ya, begitulah..
Bingung mau komen apa, gara-gara kelamaan mau posting, lupa deh..
Hye-sung sepertinya menyerah dengan perasaannya. Dia tidak bisa menghapusnya.
Dan Soo-ha, dia itu seperti jatuh cinta lagi pada orang yang sama.
Episode ini banyak adegan sweet-nya.. bikin ketawa-ketawa sendiri jadinya.
oya, sedikit spoiler untuk episode 12.
Min Joon-guk membunuh bibi Moon Suk-nam, dan Soo-ha mengingat kembali semua ingatannya, bahkan kemampuannya membaca pikiran kembali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar