Rabu, 09 Oktober 2013

I HEAR YOUR VOICE Episode 12 - 1



Di rumah Hye-sung sedang mempelajari berkas-berkas. Di luar hujan, dia tampak mengkhawatirkan sesuatu.

Hye-sung mengingat saat Soo-ha memohon padanya di café tadi.

“Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Walaupun kau membenciku, sampai titik kelelahan, tidak bisakah kau tetap berada disisiku?”
“Aku merasa seperti semua hal di dunia ini dipotong dariku.“

Hye-sung memutuskan untuk kembali mencari Soo-ha.

“Ini sangat tidak mungkin. Dan ini sangat menggelikan. Tapi aku tetap memikirkan anak itu.”

Hye-sung berdiri di hadapan Soo-ha, “Ini benar-benar gila.”
Soo-ha hanya menatapnya.

“Ini tidak mungkin, tapi..aku pikir aku menyukai anak itu.”

Hye-sung berjongkok di depan Soo-ha dan melepaskan payungnya, “Apa yang harus kulakukan denganmu?”
Soo-ha sedikit tersenyum.

“Jadi, aku ingin cepat-cepat menyelesaikanya. Aku harus menyelesaikan ini. Aku bisa melakukannya.”  

Hye-sung sudah berkaca-kaca. Soo-ha segera mengambil kembali payungnya dan memayungi Hye-sung. Dia tersenyum bahagia, Hye-sung kembali padanya.


Episode 12
Etude of Memory


Hye-sung mengajak Soo-ha ke rumahnya. Soo-ha melihat ke sekeliling rumah. Hye-sung memberikan handuk untuk mengeringkan rambut Soo-ha.

Soo-ha: “Bukankah kau bilang aku tidak menyukaimu karena kau berantakan?”
Hye-sung: “Ya. Aku membersihkannya karena kau selalu mengomeli ku.”

Hye-sung minum dari gelas. Ada dua gelas disana.


Soo-ha: “Aku tidak mengingatnya, tapi tempat ini sepertinya lebih akrab daripada rumahku.”
Hye-sung: “Ini hanya sampau kau memperoleh kembali ingatanmu. Setelah kau mendapatkan ingatanmu, jangan pernah kembali ke sini. Dan juga, jangan pernah mencariku.”


Soo-ha diam menunduk dengan wajah cemberut.
Hye-sung: “Cepat jawab.”
Soo-ha: “Oke…”


Hye-sung berbicara sambil mencuci gelas dan membelakangi Soo-ha: “Kau tahu nanti akan ada persidangan banding, kan? Aku tidak bisa membelamu kali ini. Persidangan yang berwenang berada di Pengadilan Tinggi Seoul, bukan di Yeonjo. Aku bahkan tidak yakin bahwa kau akan mendapatkan keputusan tidak bersalah.”

Soo-ha: “Oke..”
Hye-sung: “Jadi, lakukan apapun yang kau bisa untuk mengembalikan ingatanmu. Kumpulkan bagian-bagian ingatan yang kau ingat dan gabungkan.”
Soo-ha: “Baik, aku akan melakukannya.”


Hye-sung duduk didekat meja dan melihat berkasnya lagi: “Mengapa matamu merah sekali?”
Soo-ha duduk di sofa di dekat Hye-sung: “Aku tidak bisa tidur sejak persidangan. Aku pikir ini insomnia.”

Hye-sung: “Benarkah? Kau dulu tidur dengan baik. Jadi, mengapa kau mengidap insomnia? Apa kau merasa tertekan?”
Soo-ha tidak menjawab.

Hye-sung menoleh ke belakang, “Hey, apa kau tidur? Kau bilang kau mengidap insomnia.”

Hye-sung berdiri dan menendang kaki Soo-ha, “Hey, pergi ke kamar dan tidurlah.”
Tapi Soo-ha tidak bergeming.






Hye-sung menaikkan kaki Soo-ha ke atas sofa dan menyelimutinya. Hye-sung menatap wajah Soo-ha yang tidur dan akan membelai kepalanya. Namun seperti terakhir kali, tangannya hanya mengambang di udara, dia mengurungkan niatnya dan hanya bisa memandang wajah Soo-ha.


Hye-sung selesai mandi, di kamarnya dia masih mengkhawatirkan Soo-ha.
“Tapi, pengacara seperti apa yang mungkin akan dia dapatkan? Itu akan sangat bagus jika Pengacara Cha bisa menjadi pengacaranya. Haruskah aku memintanya?”

Hye-sung menampar pipinya sendiri, “Aku gila, gila. Seseorang harusnya memiliki perasaan sangat bersalah. Jang Hye-sung, kau benar-benar keji.”

Hye-sung memegang pipinya, “Ah, ini menyakitkan. Tapi, haruskah aku tetp memintanya?”
***


Soo-ha bangun ke esokan paginya, tepatnya siang, jam 11.
Soo-ha kaget, “Berapa lama aku tidur?”

Dia beranjak bangun dan melihat note Hye-sung di kulkas yang menyuruhnya memanaskan masakan di kulkas jika Soo-ha ingin makan.
Lalu Soo-ha teringat perkataan Hye-sung semalam yang memintanya mengumpulkan ingatan yang sudah dia ingat.

Soo-ha lalu mengambil buku note kosong ke kamarnya.






Dia mulai mencoba mengingat apa saja ingatan yang sudah dia ingat.
“Min Joon-guk dan tempat memancing”
“Kecelakaan mobil di jalan.”
“Pengacara Jang dan aquarium.”
Dan ingatan-ingatan lainnya. Soo-ha mencoba merangkainya dengan melihat buku diarynya. Selesai. Kini lemarinya penuh dengan notes ingatan-ingatannya. Masih ada yang kosong di bagian bawah.
***

Hye-sung di depan kantor Kwan-woo. Dia akan masuk tapi ragu-ragu.
Hye-sung masih berdiri di depan, “Tidak. Ini terlalu memalukan untuk ku lakukan.”

Hye-sung beranjak pergi, tapi terhenti.
“Tapi aku paling percaya pada Pengacara Cha…”

Hye-sung kembali ke depan pintu, tapi masih ragu juga.
“Tidak, seseorang benar-benar tidak boleh seperti ini.”

Hye-sung pergi lagi, dan berhenti lagi.
“Tapi bagaimana jika Soo-ha mendapatkan pengacara yang buruk?”

Di lalu mendapatkan mms foto dirinya yang sedang berdiri di depan kantor Kwan-woo, dan ternyata yang mengirimnya adalah Kwan-woo sendiri yang ada di belakang Hye-sung.



Kwan-woo menghampiri Hye-sung.
Kwan-woo: “Apakah kau ingin mengatakan sesuatu padaku?”
Hye-sung: “Tidak. Aku tidak ingin mengatakan sesuatu.” 
Tapi wajah Hye-sung berkata sebaliknya.

Hye-sung akan pergi, Kwan-woo menahan tangannya.
Kwan-woo: “Katakan padaku.”
Hye-sung: “Aku tidak bisa..”
Kwan-woo: “Kau disini untuk memintaku menjadi pengacara Park Soo-ha? Aku rasa, aku benar..”


Hye-sung: “Tidak. Aku sedikit memikirkannya, tapi tidak jadi. Setelah semua yang terjadi, aku merasa sangat bersalah. Aku tidak bisa memintanya karena aku merasa tidak enak. Jadi, aku tidak akan melakukannya.”
Kwan-woo: “Aku akan melakukannya. Menjadi pengacara Park Soo-ha.”

Hye-sung terkejut, “Apa?”
Kwan-woo: “Aku bilang aku akan menjadi pengacaranya. Jadi aku bisa membuatmu mersa tidak enak. Jadi aku bisa membuatmu merasa berhutang budi. Lalu hati Pengacara Jang yang menggelikan akan mudah menghilang, kan?”


Hye-sung: “Pengacara Cha, aku….”
Kwan-woo: “Aku akan bekerja keras sebagai pengacaranya, jadi kau akan merasa sangat berhutang budi. Mulai sekarang, ini adalah kasusku. Jadi, Pengacara Jjang, lepaskan tanganmu darinya. Oke? Oke?”
Kwan-woo berusaha tersenyum di depan Hye-sung.

Hye-sung yang bingung meng-iya-kan saja.

Kwan-woo berbalik, dan berujar “Ayo, maju! Semangat!” tapi wajahnya sedih.

Di dalam dia makin menunjukkan kesedihannya, “Aku merasa akan mati.”



Kwan-woo membaca berkas 11 tahun lalu, kasus kematian ayah Soo-ha. Kwan-woo seakan berada di ruangan itu. Dia melihat Soo-ha yang menggenggam tangan Hye-sung. Kwan-woo terlihat sedih. Lalu dia juga mengingat saat Soo-ha memegang tangan Hye-sung terakhir kali di café.

Kwan-woo bertanya pada dirinya sendiri, “Akankah aku bisa menang? Dalam pertarungan ini?”
(pertarungan mendapatkan hati Hye-sung. Kwan-woo menyadari bahwa Soo-ha sudah lebih dulu hadir di hidup Hye-sung.)
***



Hwang Dal-joong keluar dari penjara. Dia memandang kangit dan menghirup udara segar.
Dal-joong: “Terima kasih. Jika ini bukan untukmu, Pengacara Shin, aku tidak punya siapapun yang mengeluarkanku dari sini.”   (maksudnya yang menjamin gitu..)
Pengcara Shin: “Aku membawa mobil, jadi aku akan mengantarmu. Ayo pergi.”

Pengacara Shin menunjukkan mobilnya. Dal-joong bilang mobilnya terlalu tua. Pengacara Shin membela diri bahwa orang sepertinya tidak cocok menggunakan mobil sport. Dal-joong lalu meragukan mobil itu bisa berjalan. Pengacara Shin membela diri lagi, mobilnya sudah 16 tahun tanpa pernah mengalami kecelakaan. Pengacara Shin meminta Dal-joong untuk masuk saja. Lalu saat Pengacara Shin akan membuka pintu mobil, pintunya susah sekali dibuka, dan saat terbuka ada bagian yang lepas. :)

Dal-joong dan Pengacara Shin berada di jalan. Dal-joong melihat keadaan kota.
Dal-joong: “Dunia berubah banyak.”
Pengacara Shin: ”Jangan khawatir. Kau akan bisa mengejarnya.”

Dal-joong: “Aku tidak yakin. Aku tidak tahu apakah aku akan mempunyai cukup waktu untuk mengejarnya. Aku tidak akan mempunyai penyesalan apapun jika saja aku bisa bertemu putriku sebelum aku meninggal.”



Pengacara Shin melihat sesuatu yang di dekap Dal-joong, “Apa itu?”
Dal-joong: “Ini ada di tasku, 26 tahun yang lalu, saat aku ditangkap. Hadiah untuk Ga-in (putrinya).”

Pengacara Shin terlihat sedih: “Maafkan aku.”
Dal-joong: “Minta maaf untuk apa?”
Pengacara Shin: “Untuk semuanya.”
Dal-joong: “Apa maksudmu? Justru aku yang berterima kasih. Pengacara Shin, ku orang yang percaya padaku. Hanya kau seorang.”
Mata Pengacara Shin berkaca-kaca.
***


Jaksa (masih belum tahu namanya) masuk ke kantor Do-yeon dan bertemu dengan staffnya.
Jaksa: “Apa Jaksa Seo ada di dalam?”
Staff: “Tidak. Dia sedang pergi ke Gapyung untuk penyelidikan.”
Jaksa: “Penyelidikan? Penyelidikan apa?”
Staff: “Kasus Min Joon-guk.”
Jaksa: “Min Joon-guk? Mengapa dia menyelidiki orang yang sudah mati?”
Staff: “Aku tahu, aku pikir dia percaya bahwa Min Joon-guk masih hidup.”
Jaksa: “Apa?”

(aku setuju nih kalo Do-yeon jadian sama Jaksa ini, cocok.. ^^)
***

Do-yeon menunjukkan foto-foto pria yang pernah menjadi tersangka pada Bibi Moon Suk-nam.
Suk-nam: “Aku sudah mengatakannya dia tidak ada disitu.”  (padahal ada foto Joon-guk..)

Do-yeon: “Benarkah? Bagaimana dengan yang ini?”
Suk-nam: “Dia tidak ada disitu, Jaksa. Berapa lama kau akan terus melakukan ini?!”

Do-yeon: “Kami akan tetap melakukan ini samapi kami menemukannya. Pasti ada alasan mengapa orang itu tidak melaporkan langsung Park Soo-ha.”


Do-yeon: “Tapi, orang itu…bagaimana dengan tangannya?”
Suk-nam: “Apa?”
Do-yeon: “Tangannya, tangan. Bagaimana tangannya?”
Suk-nam sejenak berpikir: “Oh, itu utuh.”

Do-yeon: “Utuh?”
Suk-nam: “Ya. Tangannya utuh. Bagaimana lagi yang kau pikirkan?”
Do-yeon tampak curiga. 
***


Hye-sung pulang larut. Soo-ha langsung menyambutnya.
Soo-ha: “Kau terlambat. Apakah kau sudah makan? Jika belum, mari makan..”
Hye-sung: “Aku sudah makan sebelum aku pulang. Temui Pengacara Cha besok. Dia akan menjadi pengacaramu untuk sidang kedua. Ini nomor ponsel Pengacara Cha.”

Hye-sung memeberikan kartu nama Kwan-woo pada Soo-ha.
Hye-sung: “Kau tidak perlu khawatir masalah uang, dia akan melakukannya tanpa bayaran.”
Soo-ha menahan Hye-sung yang akan pergi, “Apakah mungkin kau yang memintanya?”
Hye-sung melepaskan tangan Soo-ha, “apakah itu penting?”
Soo-ha: “Ya, itu penting.”



Hye-sung: “Ya, aku memintanya. Kau seharusnya sudah siap sejak kau melihatnya sendiri. Apakah kau pikir ada orang lain yang sebagus Pengacara Cha? Aku juga merasa bersalah dan berat, tapi, aku harus melepaskan tanganku dari kasusmu. Aku tidak punya koneksi lain selain Pengacara Cha, oke?”

Soo-ha: “Baiklah. Aku akan menemuinya besok.”
Hye-sung: “Pergi dan bicara baik-baik dengan sopan padanya.”

Hye-sung masuk ke kamarnya. Dia berbicara sendiri, “Ah, aku khawatir. Ada apa denganku?”
Hye-sung memegang perutnya, “Aku lapar..”

(Saat berbicara dengan Soo-ha Hye-sung tidak menatap wajah Soo-ha. Dia sepertinya masih mencoba menghindari Soo-ha.)
***

Soo-ha memandangi kartu nama Kwan-woo di kamarnya. Lalu dia teringat saat Hye-sung pergi dengan Kwan-woo di malam itu. Soo-ha lalu meremas dan membuang kartu nama itu.


Saat Soo-ha akan memejamkan mata, dia mendengar suara aneh dari luar. Soo-ha membuka pintu kamarnya dan memergoki Hye-sung yang sedang berjongkok di depan kulkas sambil makan sosis dengan saos. Banyak bungkus sosis di bawah.
Tidak ada kata-kata, hanya ekspresi wajah Soo-ha yang kaget melihat Hye-sung, dan sebaliknya.


Perlahan Soo-ha menutup kembali pintu kamarny, dan Hye-sung menunduk malu.
***

Soo-ha menemui Kwan-woo dengan memakai setelan jas. Kwan-woo menawarkan minuman, tapi Soo-ha menolak dan akan membelinya sendiri. Kwan-woo terlihat heran.


Kwan-woo: “Dalam waktu itu, apakah ada ingatan lain yang muncul?”
Soo-ha: “Ya. Pertama kali, aku mengingat bertemu dengan Min Joon-guk di pemancingan. Tapi, aku tidak mengingat apa yang kami lakukan di sana atau apa yang kami bicarakan.”

Kwan-woo: “Apa kau berkelahi atau apasaja?”
Soo-ha: “Aku tidak yakin tentang itu.”
Kwan-woo: “Ingatan ini  tidak terlihat menguntungkan untuk kasusmu. Apakah ada yang lain?”



Soo-ha: “Aku rasa aku mengalami kecelakaan mobil setelah bertemu dengan Min Joon-guk. Itu seperti jalan yang dibuat untuk mencegah banjir. Aku rasa aku ditabrak oleh truk berwarna biru.”
Kwan-woo: “Sebuah truk berwarna biru? Yang beratnya 1 ton?”
Soo-ha: “Ya, aku pikir begitu.”

Kwan-woo: “Aku perlu menyelidikinya. Kau tidak mengingat plat nomornya?”
Soo-ha menggeleng.
Kwan-woo: “Aku perlu mengeceknya di kantor polisi terdekat dengan tempat kejadian. Juga catatan rumah sakit.”


Kwan-woo menuliskannya dalam catatannya.
Soo-ha: “Terima kasih…untuk menangani kasus ini.”
Kwan-woo: “Kau tidak perlu berterima kasih, aku melakukannya untuk Pengacara Jang.”
Soo-ha: “Berapa biayanya? Karena kau bukan pembela umum, tapi pengacara biasa, kau harus di bayar.”

Kwan-woo: “Hey, sebagai pembela umum, aku tidak perlu di bayar. Akan tetapi, sebagai pengacara biasa, aku sangat mahal. Saat aku mengatakan aku akan melakukannya tanpa bayaran, dengarkan saja kata-kataku. Yang kau perlu khawatirkan adalah mengembalikan ingatanmu.”

Soo-ha: “Jangan perlakukan aku seperti anak kecil. Aku akan membayar biayanya, jadi katakan padaku jumlahnya. Jangan libatkan Pengacara Jang dalam situasi ini. Aku punya rumah dan asuransi yang ditinggalkan ayahku. Jadi, aku akan membayar biayanya. Jangan memberi beban pada Pengacara Jang tentang uangnya.”


Kwan-woo: “Bukankah kau yang membebani Pengacara Jang? Soo-ha, jangan bertingkah seperti orang dewasa. Cobalah untuk menjadi orang dewasa sesungguhnya. Mengenakan setelan tidak membuatmu menjadi dewasa. Sekarang, kau hanya seorang siswa SMA, dan mungkin pelaku pembunuhan, tanpa ingatan dan tanpa masa depan. Dan itulah mengapa Pengacara Jang menjagamu. Jangan salah paham dengan mengira ada hal lain.”

Soo-ha berjalan dengan emosi, dan masih terdengar suara Kwan-woo.
dan juga, aku membiarkanmu tahun lalu karena kau masih muda, tapi sekarang tidak lagi. Saat kau menemukan ingatanmu dan mendapatkan keputusan tidak bersalah, jangan membebani Pengacara Jang lagi dan tinggalkan rumah itu. Seperti yang baru saja kau katakan, kau bukan lagi seorang anak kecil.”

Kwan-woo masih di cafĂ© dan merenungi perkataannya pada Soo-ha, “Aku rasa aku tidak berbeda sama sekali. Aku merasa gelisah, jadi aku mengambil batu dari bawah.”
(That’s love…Cha Byeon..)
***


Kantor pengacara.
Hye-sung: “Pengacara Shin, kasus Shim Wal-do ini. Dia menusuknya karena dia tergoda oleh suaminya. Dapatkah kami membantahnya bahwa ini membela diri?”
Pengacara Shin, yang di tanya, sedang menyandarkan kepalanya di meja, galau..

Hye-sung: “Pengacara Shin, apa kau tidur?”
Yoo-chang: “Biarkan saja, dia jadi seperti itu belakangan ini.”
Hye-sung: “Mengapa? Bukankah usianya sudah lewat untuknya menjadi sensitif?”
Pengacara Shin: “Aku bisa mendengarmu..”



Hye-sung: “Jika kau bisa mendengar, maka beritahu aku. Bisakah aku memenangkan kasus ini dengan keputusan tidak berslah berdasarkan membela diri?”
Pengacara Shin menjawab tanpa mengubah posisinya, “Dalam kasus seperti itu, tidak banyak keputusan tidak bersalah berdasarkan membela diri. Terima saja dan cobalah untuk memperoleh keringanan hukuman.”

Hye-sung: “Tapi terdakwa mengatakan dia akan bertanggung jawab dan harus mendapatkan keputusan tidak bersalah.”
Pengacara Shin: “Yakinkan dia, bagaimanapun caranya. Itulah yang harus dilakukan seorang pengacara!”
Hye-sung: “Baiklah..”
***

Do-yeon berada di kantornya sedang mengetik formulir banding. Lalu dia memikirkan kembali jawaban Suk-nam tentang tangan pria yang memberitahunya mengenai Park Soo-ha. Do-yeon merasa janggal dengan jawaban Suk-nam, “Tidak ada yang salah dengan itu.” (Sebelumnya di artikan “utuh”)


Do-yeon bertanya pada staffnya, “Ketua Yang, aku ingin menanyakanmu sesuatu. Apa yang kau pikirkan tentang tangan Bo-ee?”
Ketua Yang: “Tangan? Itu putih dan cantik. Mengapa?”

Do-yeon: “Bo-ee, apa yang kau pikirkan tentang tangannya?”
Bo-ee: “Itu rapat dan besar.”


Jaksa Cho masuk ke dalam ruangan, “Jaksa Seo, apakah kau sudah menyelesaikan formulir banding mu untuk kasus Park Soo-ha?”

Do-yeon tidak menanggapi, “Cho sunbae. Bagaimana rupa tanganku?”
Jaksa Cho: “Tanganmu? Bukankah tanganmu panjang dan kurus?”

Do-yeon: “Benar? Saat kau bertanya bagaimana rupa tangan seseorang, kebanyakan akan menjawab, putih, cantik, besar, dll. Itulah jawaban normal dari pertanyaan itu. tapi, menjawab bahwa tidak ada yang salah dengan itu…itu aneh, bukan?”

Jaksa Cho: “Tidak ada yang salah dengan itu? apakah ada seseorang yang menjawab seperti itu?”

Do-yeon:”Ya. Apakah ingat Moon Suk-nam? Dia melaporkan Park Soo-ha disaat dia sendiri tidak tahu siapa Park Soo-ha. Aku bertanya padanya tentang tangan dari orang yang melihat Park Soo-ha. Tapi kemudian, dia menjawabnya dengan mengatakan tidak ada yang salah dengan itu. Itu aneh kan?”


Jaksa Cho: “Mungkinkah itu….Min Joon-guk?”
Do-yeon: “Seperti hipotesis dari pihak Park Soo-ha, bagaimana jika Min Joon-guk hanya kehilangan tangannya?”

Jaksa Cho: “Dan, jika orang yang membuat laporan itu menolong untuk menyembunyikannya…”
Do-yeon: “Dia akan mengatakan: tidak ada yang salah dengan itu.”

Jaksa Cho: “Waw..tapi tidak mungkin. Jika dia masih hidup selama ini, beberapa bukti seharusnya ditemukan.”
Do-yeon: “Karena kita tidak mencarinya. Mulai sekarang, kita harus mulai mencarinya.”

Do-yeon kemudian menyuruh Ketua Yang untuk mengirimkan surat panggilang pada Moon Suk-nam untuk datang sebagai saksi.
***


Kwan-woo menelpon seseorang.
Kwan-woo: “Hyung, apakah kita memiliki hubungan seperti itu? kau hanya perlu melihat laporan. Aku menukar jadwal denganmu dan melakukan banyak hal baik saat aku menjadi petugas polisi! Hyung, tolonglah?”
Polisi: “Berhentilah bersikap manis. Apa? Apa yang yang kau ingin ketahui?”

Kwan-woo: “22 dan 23 Juli tahun lalu, adakah kecelakaan mobil selama rentang waktu itu? baik kecelakaan mobil menabrak orang atau mobil menabrak sesuatu.”
Polisi: “Dua kejadian kecelakaan mobil menabrak orang. Dan tiga kecelakaan mobil menabrak sesuatu.”

Kwan-woo: “Adakah sesuatu tentang truk berwarna biru? Beratnya sekitar 1 ton.
Polisi: “Ya, ada satu. Di jalanan kecil di atas bendungan kecil.”

Kwan-woo: “Siapa pemilik truknya?”
Polisi: “Kim Ki-ho.”    (Sebelumnya aq menyebutnya Kim Ji-ho, si kakek yang merawat Soo-ha.)
Kwan-woo: “Kim Ki-ho? Di Kanghwado?”
Polisi: “Benar. Bagaimana kau bisa tahu?”

Kwan-woo: “Terima kasih, hyung. Jika kau membutuhkan bantuan apapun mengenai perlindungan hukum, hubungi aku kapan saja. Aku akan melakukannya tanpa bayaran.”
***




Soo-ha sedang berdiri membaca poster pengumuman pendaftaran akademi polisi.
Seong-bin dan Joon-gi menghampirinya.
Seong-bin: “Mulai sekarang jangan menghubungi kami berdua dalam kesempatan yang sama. Ini mengganggu.”
Joon-gi: “Ini juga mengganggu untukku. Sangat.”

Seong-bin: “Mengapa kau menelpon? Apakah ingatanmu sudah kembali?”
Soo-ha: “Tidak. Itulah mengapa aku membutuhkan bantuan kalian.”
Joon-gi: “Apa yang harus kami bantu?”
Soo-ha: “Katakan semua hal yang kau ketahui. Tentang aku dan Pengacara Jang.”


Soo-ha lalu mengambil brosur.
Joon-gi: “Apa ini? Apa kau tertarik masuk akademi kepolisian?”
Soo-ha: “Tidak, aku hanya melihatnya.”
Joon-gi: “Hey, jangan melihatnya. Sangat sulit masuk kesana. Dan kau mengatakan bahwa kasusmu belum selesai. Saat kau dinyatakan bersalah, bahkan jika kau mati dan dilahirkan kembali, kau tidak bisa masuk---“

Joon-gi kesakitan di tendan Seong-bin.
Seong-bin: “Tidak, kau bisa melakukannya. Kau sangat bagus dalam belajar saat di sekolah.”
Soo-ha tersenyum, “Benarkah? Itu mengejutkan.”

Mereka kemudian beranjak pergi.
Seong-bin: “Soo-ha, jika kau masuk ke akademi kepolisian, kau akan terlihat sangat keren. Aku suka pria yang memakai seragam.”
Joon-gi yang di belakang menggerutu, “Pegawai mobil kami juga selalu mengenakan seragam.”
Joon-gi mengambil brosur itu..
***


Hye-sung pulang kantor, “Sangat tidak nyaman untuk makan bersama Soo-ha. Haruskah aku makan sendiri sebelum pulang?”

Hye-sung lalu melihat Pengacara Shin berputar-putar di pintu seperti yang sering dia lakukan.
Hye-sung: “Eh? Itu milikku.”  (kebiasaan itu.)



Hye-sung berlari menuju pintu, dan terlihat Pengacara Shin sudah pusing.
Hye-sung memeganginya dan mengeluarkan Pengacara Shin.
Hye-sung: “Apa yang kau lakukan?”
Pengacara Shin: “Kau disini? Aigo…”
Pengacara Shin akan terjatuh.

Pengacara Shin: “Mengapa kau melakukan hal semacam ini? Ini hanya membuat kepalaku terasa aneh dan pusing.”
Hye-sung: “Benarkah? Saat aku melakukannya, pikiranku menjadi mantap lebih mudah. Aku rasa aku tidak boleh melakukannnya saat aku sudah tua.”

Pengacara Shin: “Mengapa kau membicarakan tentang usia sekarang!”
Hye-sung: “Tapi mengapa kau mengkhawatirkan sesuatu akhir-akhir ini? Kau bahkan tidak dalam masa pubertas, ada masalah apa?”
Pengacara Shin: “Hey. Apakah aku harus dalam masa pubertas baru bisa mempunyai masalah?”



Mereka lalu melihat ada penjual keliling (warung tenda) baru di dekat kantor. Pengacara Shin akan kesana, dan Hye-sung memaksa ikut.
Dan ternyata disana mereka bertemu dengan Hakim Kim and the geng dan Do-yeon.
Hakim Kim menawarkan mereka untuk duduk bersama.

Hakim Kim: “Jaksa Seo memiliki toleran terhadap minum yang sangat bagus. Dia minum 2 setengah botol soju dan dia benar-benar masih baik-baik saja.”


Hye-sung meminta ahjumma untuk memberikannya 3 botol soju. Dia tidak mau kalah dengan Do-yeon.
Pengacara Shin: “Tiga botol? Apa kau akan meminumnya sendirian?”
Hye-sung mengibaskan rambutnya: “Kau tahu bahwa aku tahu sedikt tentang bagaimana caranya minum.”
Pengacara Shin: “Kau pasti bercanda.”
(Pengacara Shin kan tahu Hye-sung gak bisa minum..)

Dan benar saja, Hye-sung mabuk. Dia menelungkupkan wajahnya ke meja, dan saat mengangkatnya, daun selada menempel di dahinya.
Hye-sung: “Lihat. Aku sepenuhnya baik-baik saja, kan?”

Hye-sung menyenderkan kepalanya pada bahu Pengacara Shin dan langsung di enyahkan dengan telunjuk Pengacara Shin.
Pengacara Shin melepaskan daun di dahi Hye-sung: “Ya. Kau sepenuhnya baik-baik saja.”

Hakim 1: “Tapi, Jaksa Seo apa kau baik-baik saja?”
Do-yeon: “Ya. Aku baik-baik saja. Tapi, ini sedikit panas.”

Do-yeon menggunakan daun selada untuk kipas-kipas. Do-yeon sebenarnya juga sudah mabuk sepertinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar