Kamis, 10 Oktober 2013

I HEAR YOUR VOICE Episode 13 - 2


Pagi hari saat Hye-sung mengambil bajunya di kamar yang di pakai Soo-ha, dia melihat notes yang ditempel Soo-ha di belakang pintu, “Dia berusaha sangat keras.  Akankah membutuhkan waktu yang lama sampai dia mendapatkan ingatannya kembali?”
Lalu telpon berdering. Hye-sung berlari untuk menjawabnya. Namun begitu di jawab telponnya terputus. Hye-sung tidak peduli dan bergegas mandi.
Soo-ha penasaran dengan telpon yang berkali-kali masuk itu. Dia menelpon balik nomor yang tadi telpon.
“Nomor yang anda tekan tidak dapat menerima panggilan. Silahkan cek kembali nomor yang anda tekan.”

Soo-ha mencoba semua nomor yang masuk, dan semuanya mendapat jawaban yang sama. Terakhir, ada yang menjawab telpon Soo-ha.
Soo-ha: “Halo. Dimana ini? Aku mendapat telpon dari nomor ini.”
Man: “Wow, keren. Kau dapat menerima telpon dari  telpon umum?”
Soo-ha: “Nomor ini dari telpon umum?”

Man: “Ya.”
Soo-ha mengambil note: “Dimana ini? Telpon umum yang mana?”
***


Soo-ha bersama duo polisi mendatangi telpon umum yang dimaksud pria itu.
Pakpol: “Jadi, kau bilang menerima telpon dari telpon umum ini kan?”
Soo-ha: “Ya.” Dia menyerahkan daftar nomor telpon yang masuk, “Ada beberapa nomor tidak valid yang masuk, termasuk ini.”
Pakpol: “Nomor tidak valid? Oh, lalu itu berarti ini  semua dari telpon umum? Mengapa telpon umum?


Lalu Pakpol Jaga melihat CCTV di depan minimarket di seberang telpon umum. Mereka pun meminta pemilik toko untuk menunjukan rekaman CCTV pada jam telpon masuk. Dan mereka terkejut melihat Min Joon-guk tertangkap kamera.

Pakpol Jaga: “Cepat laporkan hal ini pada Pimpinan. Bahwa Min Joon-guk menunjukan diri di Yeonjo.”
Pakpol bergegas pergi.
Pakpol Jaga: “Min Joon-gu, bajing*n ini. Mengapa dia menelpon?”
Soo-ha: “Untuk memeriksa. Apakah Pengacara Jang masih tinggal di sana. Dia menelpon untuk memeriksa.”
***
Soo-ha pulang ke rumah Hye-sung dan mengepak baju-baju, make-up, sepatu, buku-buku, dan barang lain milik Hye-sung ke dalam tas dan koper.
***

Hye-sung: “Apa yang baru saja kau katakan?”
Pengacara Shin: “Aku meminta tolong.”
Hye-sung masih tidak percaya: “Siapa menolong siapa?”
Pengacara Shin: “Kau menolongku.”

Hye-sung pada Yoo-chang, “Yoo-chang, kau mendengarnya kan? Pengacara Shin memintaku untuk menolongnya.”
Yoo-chang: “Ya. Aku mendengarnya dengan jelas.”
Pengacara Shin menunduk penuh harap.

Hye-sung melipat tangannya, “Tunggu sebentar. Aku akan memikirkannya.”

Hye-sung berjalan ke meja di tengah ruangan, duduk disana dan melipat lagi tangannya.
Hye-sung: “Kemari dan beritahu aku. Jika terlihat bisa dikerjakan setelah mendengarnya, aku akan melakukannya.”

Walaupun terlihat sedikit kesal, Pengacara Shin mengambil berkasnya dan duduk di samping Hye-sung, “Kau tahu kasus Hwang Dal-joong, kan?”
Hye-sung: “Ya, aku tahu. Setelah dia keluar dari penjara dia menikam seseorang.”

Hye-sung lalu memegang tenggorokannya, “Aku haus.”
Pengacara Shin menyuruh Yoo-chang membeli minuman kaleng. Tapi Hye-sung tidak mau minuman dari mesin.
Hye-sung: “Aku tidak mau minuman kaleng, dan juga aku ingin sesuatu yang manis.”

Pengacara Shin kesal, tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan Hyw-sung. Dan kembali menyuruh Yoo-chang.
***
Hye-sung dan Pengacara Shin berdiskusi di dalam ruangan.
Hye-sung: “Jadi kau ingin kasus Hwang Dal-joong sebagai sidang juri, dengan ku?”
Pengacara Shin: “Ya.”

Hye-sung mengibaskan rambutnya, “Aku sangat mengesankan di persidangan juri, kan?”
Pengacara Shin mengakuinya, “Ya, kau membuat pengaruh yang kuat.”
Hye-sung: “Kalau begitu, gambarkan dengan singkat tentang kasusnya.”
Pengacara Shin: “Seperti yang kau ketahui, Hwang Dal-joong telah dipenjara selama 26 tahun karena membunuh istrinya dan akhirnya di bebaskan. Setelah bebas dia pergi ke rumah sakit, tapi dia bertemu istrinya yang bekerja di sana. Dia mengatakan tidak punya pikiran untuk menikamnya pada mulanya. Tapi apa yang dikatakan istrinya memprovokasi Hwang Dal-joong.”
Flashback.
Dal-joong bertemu dengan istrinya. Mereka berdua sama-sama terkejut. Istrinya menjatuhkan vas bunyanya hingga pecah.

Istri: “Maafkan aku. Tapi itu pilihan terbaik. Aku tidak menyukaimu dan hutangmu. Aku tidak ingin lebih lama hidup sebagai istrimu. Aku tidak mau membesarkan putriku dalam hutang.”
Dal-joong: “Jadi, kau memotong tanganmu sendiri dan memasukan aku ke penjara?”


Istri: “Pikirkan hal itu dari sisi positifnya. Lebih baik bagimu berada di penjara daripada hidup dengan hutang. Putri kita sekarang hidup di dalam rumah orang kaya tanpa mengetahui siapa kita. Jika kau membesarkanya, dia tidak akan bisa tumbuh seperti itu. Aku juga bisa bertemu dengan seseorang yang lebih baik daripada kau—“


Dal-joong langsung mencekik istrinya, “Apakah itu benar-benar yang harus kau katakan?”
Istrinya sudah seperti akan kehabisan nafas. Dal-joong mengambil pecahan kaca vas bunga dan mengacungkannya seakan hendak menikam istrinya.
(Ekspresi Dal-joong keren banget di sini.)

Flashback end.
Hye-sung: “Jadi, Hwang Dal-joong menghabiskan waktu 26 tahun di penjara untuk kejahatan yang tidak dia lakukan?”
Pengacara Shin: “Benar!”
Hye-sung: “Apakah ini akan berhasil? Saat dia menikam seseorang yang sudah mati?”
Pengacara Shin memegang kepalanya, “Aku juga tidak yakin. Bagaimanapun, di mata hukum dia adalah orang yang sudah mati, tapi tetap saja dia orang yang bernyawa. Tapi, Hwang Dal-joong mengatakan dia membunuh hantu dan mengajukan permohonan tidak bersalah.”
Hye-sung: “Walaupun kesempatannya tidak besar, aku pikir kita harus mencoba untuk mendapatkan keputusan tidak bersalah.”
Pengacara Shin: “Tapi sebelum itu, ada satu masalah.”

Hye-sung: “Apa?”
Pengacara Shin: “Tidak ada bukti yang membuktikan bahwa korban memiliki hubungan dengan Hwang Dal-joong. 26 tahun yang lalu dia mendapatkan identitas baru, jadi dalam catatan dia benar-benar orang baru.”

Hye-sung: “Tunggu, tapi jika kau memeriksa sidik jarinya kita akan tahu kebenarannya.”
Pengacara Shin memegang kepalanya lagi, “Tidak ada sidik jari. Karena dia memegang banyak barang yang sering dibersihkan saat bekerja, dan mereka bilang sidik jarinya semua menghilang.”

Hye-sung: “Tunggu, lalu bagaimana kita membuktikan dua orang ini adalah pasangan?”
Pengacara Shin: “Jika kita menemukan putrinya dan melakukan tes DNA, mungkin itu akan berhasil.”

Hye-sung: “Dimana putrinya?”
Pengacara Shin: “Itulah apa yang akan kita cari dari sekarang.”
Hye-sung kaget, “Apa?!”
***
Hye-sung kembali berputar-putar di pintu kantor, dan berpikir.
“Apapun alasannya dia menikam seseorang. Akankah aku bisa mendapatkan keputusan tidak bersalah? Bagaimana kami akan menemukan putrinya?”
Tiba-tiba Soo-ha datang dan menarik tangan Hye-sung.
Hye-sung menghentikan langkah mereka, “Soo-ha!”
Soo-ha: “Mengapa kau tidak menjawab telpon?”

Hye-sung: “Kau menelpon? Ponselnya dalam keadaan ‘vibrate’ sejak aku di persidangan, aku kira aku tidak mengetahuinya. Apa apa? Terjadi sesuatu?”

Soo-ha: “Min Joon-guk menampakan diri di Yeonjo.”
Hye-sung nampak terkejut, “Apa?”

Soo-ha: “Min Joon-guk bahkan menelpon untuk memeriksa apakah kau masih tinggal di rumah itu. Rumah itu sekarang berbahaya. Untuk saat ini jangan pulang ke rumah. Mulai hari ini tinggalah di rumahku.”
Hye-sung: “Rumahmu?”

Hye-sung menggandeng tangan Hye-sung dan mengajaknya pergi. Hye-sung masih terlihat syok dan tampak melamun.
Mereka tiba di depan gedung apartemen Soo-ha.
Soo-ha: “Nanti aku akan memberi nomor telpon dan alamat tempat ini.”
Hye-sung masih juga seperti orang linglung.

Gedung apartemen Soo-ha ini, di pintu gerbangnya saja menggunakan password untuk membuka pintunya.

Mereka masuk ke dalam rumah. Hye-sung melihat sekitarnya, dan kemudian baru menyadari tangannya di genggam Soo-ha, (sejak dari kantor lho..) dan melepaskannya.
Soo-ha: “Gedung ini memiliki meja depan (resepsionis/keamanan) dan setiap lorong memiliki CCTV. Ini harusnya lebih aman daripada di rumahmu. Min Joon-guk juga sepertinya tidak mengetahui tempat ini, jadi tinggal dulu disini untuk sekarang.”

Hye-sung: “Apa polisi sudah tahu?”
Soo-ha: “Ya. Mulai hari ini, mereka mengatakan mereka akan mulai mencari di daerah itu.”

Hy-sung menatap Soo-ha, dan Soo-ha membaca pikirannya, “Bagaimana jika Soo-ha mulai berpikir untuk melakukan sesuatu yang buruk lagi? Dia akhirnya mendapatkan tempatnya (tidak bersalah). Tapi, jika dia menyerang Min Joon-guk untuk membalas dendam…”

Soo-ha akan marah, “Itukah masalahnya—“ tapi tidak jadi, hampir saja ketahuan..
(mungkin Soo-ha berpikir ternyata Hye-sung dari tadi melamun, karena mengkhawatirkan Soo-ha akan melakukan sesuatu pada Joon-guk.)
Soo-ha menunjuk koper, “Aku mengemas beberapa barangmu. Jika kau membutuhkan sesuatu aku akan mengambilkannya besok.”
Hye-sung: “Tidak apa-apa. Jika aku dalam bahaya makan kau juga sama. Jangan pergi.”

Soo-ha: “Aku akan menemui polisi, jaksa, dan Pengacara Cha, dan meminta bantuan. Aku tidak akan mengatasinya sendirian, jadi jangan khawatir.”
Hye-sung: “Baiklah…. Aku lapar. Apa kau punya sesuatu untuk di makan?” Hye-sung berjalan ke dapur.

Soo-ha: “Tidak, ada tapi tidak akan cukup. Haruskan aku pergi ke warung?”
Hye-sung membuka kulkas dan melihat makanan yang ada di dalam.

Hye-sung: “Ini cukup untuk membuat sesuatu. Tunggu sebentar, aku akan membuat sesuatu.

Hye-sung membuat nasi campur seperti biasa. Soo-ha tersenyum melihatnya.
Soo-ha: “Apakah ini makanan anjing lagi?”
Hye-sung sedikit kesal, “Jangan minta lagi setelah makan.”

Hye-sung akan memakan nasinya dengan centong nasi, tapi di ambil Soo-ha dan ditukar dengan sendoknya. (so sweet..)
Hye-sung tersenyum. 

Sesaat sebelum dia memasukan nasi ke mulutnya, dia tersadar.

Hye-sung: “Soo-ha, apakah kau sudah mendapatkan ingatanmu kembali?”
Mata Soo-ha membesar, “Apa? Tidak. Kenapa?”
Hye-sung: “Kau baru saja mengatakan ‘makanan anjing lagi.’ Tidakah itu berarti kau mengingat makanan najing dari sebelumnya?”
Soo-ha berusaha mencari-cari alasan, “Aku memakan makanan yang sama saat makan siang. Karena itu aku mengatakan ‘lagi’. “

Soo-ha menelan makanannya cepat, “apakah kau juga makan ini?”
Hye-sung masih nampak bingung dan curiga, “Dia tidak akan berbohong padaku. Dia bukan orang yang seperti itu.”

Hye-sung kemudian melanjutkan makannya. Soo-ha yang tahu pikiran Hye-sung tadi menatap Hye-sung dengan perasaan bersalah.
***
Min Joon-guk berada di sekitar rumah Hye-sung, dia berusaha menghindari CCTV yang terpasang disana. Ada mobil patroli polisi lewat, dia bersembunyi di balik pohon.
Kemudian dia mengintip ke rumah Hye-sung yang terlihat gelap.

Joon-guk: “Dimana semua orang bersembunyi?”
***
Do-yeon sedang di tempat latihan golf bersama ibunya. Dia nampak tidak bersemangat dan kemudian duduk.
Nyonya Seo menghampirinya, “Kenapa? Apakah kau tidak sehat hari ini? Apa yang terjadi? Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?”

Do-yeon: “Ibu, kau tahu tentang kasus Hwang Dal-joong, kan? Ayah menghubungi pimpinan untuk mengalihkan kasusnya orang lain.”
Nyonya Seo: “Ayah? Mengapa?”
Do-yeon: “Aku tidak tahu. Dia tidak mau memberitahu saat aku menanyakannya.”

Nyonya Seo: “Ini aneh. Saat kita membicarakan Hwang Dal-joong, dia bersikap sangat agresif.” Nyonya Seo kemudian berpikir dan teringat sesuatu, “Tunggu..mungkinkah itu dia?”

Do-yeon: “Apa maksudmu dengan dia?”
Nyonya Seo: “Setelah dia menjadi hakim, kasus pertamanya ada masalah. Itu kasus pembunuhan dengan korban adalah istrinya, tapi aku pikir terdakwanya mempunyai nama yang sama.”
***
Do-yeon di kantornya mencari dan mempelajari informasi  tentang kasus yang dibicarakan ibunya. Dia menemukan sesuatu dan tampak berpikir.
***

Pengacara Shin dan Hye-sung pergi ke panti asuhan tempat Hwang Ga-in (anak Dal-joong) di titipkan.
Pimpinan panti sedang mencari data Hwang Ga-in di berkas, dan akhirnya menemukannya.
Pimpinan: “Ini sepertinya tidak mungkin (ditemukan).”

Pengacara Shin: “Mengapa?”
Pimpinan: “Dia di adopsi, dan orang yang mengadopsinya mengatakan untuk tidak memberitahukan identitas mereka.”
Pengacara Shin: “Seorang teman sangat putus asa mencarinya. Ini hanya satu-satunya cara agar kami bisa menyelamatkan teman itu.”
Pimpinan: “Maafkan aku. Ini aturannya. Jadi aku tidak akan pernah memberitahumu.”

Pimpinan seperti tahu apa yang ada di pikiran Hye-sung. Dia mempertahankan berkas yang akan diambil Hye-sung, dan menatapnya.

Hye-sung mengajak Pengacara Shin pergi, “Ayo, dia bilang ini aturannya.”

Saat Hye-sung sudah beranjak pergi, dia dengan cepat berbalik dan menyentuh berkas itu. Pimpinan dengan cepat juga menahan kepala Hye-sung dan mengambil berkasnya.
(adegan ini lucu, ngakak guling-guling liatnya.. ^^)
***
Kwan-woo ditemani Yoo-chang sedang membuka website untuk melihat pengumuman hasil audisi Pembela Umum. Kwan-woo gugup, dan Yoo-chang menenangkannya.
Yoo-chang: “Kau mungkin lolos. Jika kau tidak lolos mereka tidak akan mengirim email padamu. Cepat klik.”

Kwan-woo: “Aku sangat gemetaran.”
Yoo-chang: “Ah, ayo cepat klik.”

Jreng..jreng..klik. duing…
Yoo-chang lebih kecewa daripada Kwan-woo sendiri, dia sampai menghadap dinding.
Kwan-woo: “Ah, tidak apa-apa. Aku bisa mencobanya lagi. Tapi, hampir saja. Aku di tempat kedua.”
Yoo-chang marah: “Tempat kedua? Mengapa mereka menulisnya? Apakah mereka mencoba memprovokasi mu?”
Tiba-tiba Soo-ha datang, “Apakah kau gagal?”
Yoo-chang: “Oh, Park Soo-ha. Apa yang membawamu kemari?”
Kwan-woo: “Hey, kau tidak menyemangatiku dengan baik, kan? Apakah mungkin kau berdoa supaya aku gagal, jadi aku tidak bisa dekat dengan Pengacara Jjang?”

Soo-ha: “Tidak seperti itu, tidak lagi.”
Kwan-woo: “Apa? Mengapa sikapmu berubah?”
Soo-ha: “Min Joon-guk muncul di Yeonjo.”

Yoo-chang dan Kwan-woo merasa kaget.
***
Hye-sung dan Pengacara Shin sedang berjalan berdua dan berbincang.

Hye-sung: “Apa yang harus kita lakukan? Apa kita akan menyerah seperti ini?”
Pengacara Shin: “Aku akan mencobanya lagi. Aku akan menggunakan kata-kata daripada melompat seperti seseorang.” (nyindir Hye-sung yang tadi mencoba mengambil berkas.)
Hye-sung: “Bicaramu ramah sekali.”

Hye-sung melihat jamnya, “Aku harus pergi ke pusat penahanan untuk konsultasi.”
Pengacara Shin: “Setelah kembali, cobalah untuk mencari kasus yang mirip. Jika bukan dari negara kita, cobalah dari Amerika.”
Hye-sung: “Aku mengerti.”

Hye-sung melihat Kwan-woo yang menghampiri mereka, “Pengacara Cha!”
Kwan-woo: “Pengacara Jang! Kau akan pergi untuk konsultasi, kan? Ayo pergi bersamaku.”

Pengacara Shin: “Apa kau juga ada konsultasi? Aku mendengar tidak ada kasus yang serius hari ini.”
Kwan-woo: “Aku akan menjadi pengawal (bodyguard) Pengacara Jang.”
Pengacara Shin: “Pengawal?”
Kwan-woo pada Hye-sung: “Aku mendengar dari Soo-ha bahwa Min Joon-guk menampakan diri, benar kan? Mulai sekarang, kemanapun kau pergi baik ke persidangan atau akan konsultasi, hubungi aku. Jangan persi sendirian.”

Dan benar saja, Min Joon-guk mengawasi mereka dari jauh.
***
Soo-ha berada di depan gedung kejaksaan. Dia hendak menemui Do-yeon.

Do-yeon yang hendak keluar gedung melihat ayahnya berbincang dengan atasannya. Do-yeon kemudian mengejar ayahnya yang akan pergi.

Do-yeon: “Ayah!”
Hakim Seo: “Oh, aku tidak menduga akan bertemu denganmu disini. Kau tidak mempunyai jadwal persidangan hari ini?”

Do-yeon tidak menjawab pertanyaan ayahnya dan balik bertanya, “Apa yang kau bicarakan dengan Kepala Jang?”
Hakim Seo: “Tidak banyak alasan. Aku hanya datang berkunjung dan kami tidak sengaja bertemu.”
Do-yeon: “Tidak seperti itu. Kau mungkin datang untuk memeriksa apakah aku benar-benar tidak menangani kasus Hwang Dal-joong.”
Soo-ha melihat ayah-anak ini berbicara.
Hakim Seo: “Aku tidak pernah membuat permintaan itu.”
Do-yeon: “Jangan mengelak dan beritahu aku. Mengapa aku tidak boleh menangani kasus Hwang Dal-joong..”
Hakim Seo marah, “Aku tidak pernah mengatakan itu.”

Soo-ha melihat mata Hakim Seo dan membaca pikirannya dan terkejut, “Mungkinkah…”

Do-yeon: “Kau mengatakan tidak pernah melakukannya, kan? Aku akan mengatakan kata-kata itu dengan persis pada Kepala. Dan juga, aku akan kembali menangani kasus itu.”

Do-yeon melangkah pergi, tidak menghiraukan panggilan ayahnya.

Hakim Seo nampak berpikir dan khawatir. Soo-ha kembali membaca pikirannya.
***

Malam di kantor pengacara. Hye-sung sedang manandai berkas-berkasnya. Kemudian Soo-ha datang untuk menjemput.
Hye-sung: “Sekolahnya sudah selesai? Tunggu sebentar. Aku akan pulang setelah menyelesaikan ini.”

Soo-ha: “Pelan-pelan saja, karena aku akan menunggumu.”
Soo-ha duduk dan mengeluarkan bukunya.
(Kamera fokus pada buku itu,  tapi aku gak ngerti buku apa. Semacam buku persiapan untuk ujian.)

Soo-ha membaca pikiran Hye-sung: “Saat aku bertemu Pimpinan panti, pasti akan sangat bagus, jika Soo-ha ada disana dan membaca pikirannya. Lalu kami akan menemukan dimana putri Hwang Dal-joong berada.”

Soo-ha tampak bersalah, dan membaca pikiran Hye-sung lagi, “Tidak, tidak. Lebih baik dia tidak memiliki kemampuan itu. Karena dengan kemampuan itu dia memiliki waktu yang sulit.”

Hye-sung kemudian bertanya pada Soo-ha, “Oh ya, Soo-ha. Apakah kau mengambil semua memo yang ada di rumah ku? Yang ada di pintu.”

Soo-ha: “Tidak.”
Hye-sung berdiri, “Hey, kau harus membawanya. Ayo kita pergi sekarang.”

Soo-ha menahan Hye-sung dan membuatnya duduk kembali.
Soo-ha: “Nanti. Aku akan mengambilnya nanti.”
Hye-sung: “Apa? Oke.”
*** 
Soo-ha dan Hye-sung duduk di halte menunggu bis. Soo-ha masih mempelajari bukunya, sementara Hye-sung sedang melamun sambil menggigiti kuku jempolnya.

Soo-ha menolah dan membaca pikiran Hye-sung, “Apa yang harus ku lakukan? Aku harus menemukan putri Hwang Dal-joong apapaun yang terjadi. Haruskah aku diam-diam menyelinap ke panti asuhan? Ah, jika saja aku seorang jaksa, aku bisa meminta surat perintah. Tidak ada yang bisa di lakukan seorang pengacara.”

Soo-ha mengingat perkataan Hye-sung saat di pengadilan, “Kau thu orang seperti apa kau ini kan? Untuk menjaga janji yang bahkan aku tidak ingat, kau mencariku selama 10 tahun.”
Dan perkataan Hye-sung semalam saat makan, “Dia tidak akan berbohong padaku. Dia bukan orang yang seperti itu.”

Soo-ha menatap Hye-sung, bimbang.
Hye-sung menoleh, “Ada apa? Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?”

Soo-ha dalam hati, “Jika aku mengatakan kebenarannya, akankah dia masih melihatku dengan cara yang sama?”
Soo-ha memalingkan wajahnya, “Tidak, tidak ada.”

Hye-sung melihat ada coretan pulpen di wajah Soo-ha.
Hye-sung menunjuk pipinya, “Soo-ha. Di sini.”
Soo-ha tanpa ekspresi, kemudian mengecup pipi Hye-sung.


Hye-sung: “Hey, aku mengatakan ada bekas pulpen disini.”
Soo-ha: “Benarkah? Aku pasti salah paham.”
Hye-sung tampak canggung, apalagi dengan sikap Soo-ha yang biasa saja, “Apa itu…tiba-tiba.”

Soo-ha sepertinya memang tidak terlalu sadar dengan yang dia lakukan. Dia masih terlihat bimbang, memikirkan apa yang harus dia lakukan.
***  
Duo pakpol sedang di mobil dan berpatroli.
Pakpol: “Karena kita berptroli di sekitar rumah Pengacara Jang, haruskan kita berpatroli di sekitar rumah Park Soo-ha juga?”
Pakpol Jaga: “Tapi, selain mereka, adakah orang lain yang akan di datangi Min Joon-guk?”
                 
Pakpol: “Aku tidak yakin. Jika harus ku katakan, mungkinkah itu Jaksa Seo Do-yeon? Terakhir kali di persidangan, dia sangat memojokan Min Joon-guk.”
Pakpol Jaga: “Lalu, setelah petroli di sekitar rumah Park Soo-ha, haruskah kita patroli di daerah itu juga?”
Pakpol: “Baiklah.”
***

Kwan-woo berjalan pulang dan mengirim sms pada Hye-sung, “Jika kau pulang dengan selamat, kirimi aku sms.”

Kemudian dia melihat seseorang di depannya yang sedang berdiri membelakanginya. Orang itu membawa balok kayu, dan tangan kirinya seperti bukan tangan asli. Kwan-woo melipir (bahasa apa tuh? ;p).
***

Hye-sung dan Soo-ha sampai  di rumah. Hye-sung sibuk mengirim sms pada Kwan-woo.
Hye-sung pada Soo-ha yang sebelumnya bertanya dengan siapa Hye-sung mengirim sms, “Karena kau memintanya untuk menjagaku. Membuatku merasa tidak enak.”

Soo-ha menatap Hye-sung, lalu berkata: “Aku ingin memberitahumu sesuatu.”
Hye-sung menjawab tanpa menoleh, “Apa? Apa itu?”
***

Kwan-woo menurunkan tasnya dan membuka kacamatanya. Dia membalut tangannya dengan dasi dan menghampiri Joon-guk diam-diam. Sayang, tepat saat Kwan-woo berada di belakang Joon-guk, ponselnya berdering, mungkin sms balasan dari Hye-sung, yang membuat Joon-guk tersadar dan berbalik.

Joon-guk memukul Kwan-woo dengan balok kayu sampai kayunya patah. Kwan-woo terjatuh. Dia menendang Joon-guk dan berhasil menjatuhkannya. Saat Kwan-woo akan menahan tangan Joon-guk, Joon-guk berontak, mencengkram dan menarik tangan Kwan-woo dengan kuat, sampai Kwan-woo berteriak kesakitan.

Kwan-woo berdiri dan hendak melawan lagi, namun Joon-guk lebih cepat dan menodongkan kayu yang runcing pada Kwan-woo, membuat Kwan-woo tidak bisa berkutik.
Joon-guk: “Sudah lama sekali, Pengacara Cha.”
Kwan-woo: “Aku tidak tahu apa yang hendak kau cari tahu, tapi aku tidak bisa mengatakan apapun padamu.”

Joon-guk: “Aku datang bukan untuk mencari tahu sesuatu, tapi karena ingin mengatakan sesuatu padamu.”
***
Hye-sung: “Apa yang ingin kau katakan, yang membuatmu lama sekali mengatakannya?”
Soo-ha memantapkan pilihannya, “Aku…tahu siapa putrinya Hwang Dal-joong.”
Hye-sung: “Benarkah? Lalu siapa dia?”
Soo-ha: “Jaksa Seo Do-yeon.”

Hye-sung: “Hey, apa kau sedang bercanda?”
Soo-ha: “26 tahun yng lalu, hakim untuk kasus Hwang Dal-joong adalah Seo Dae-suk. Tepat setelah dia menjatuhkan hukuman pada Dal-joong, wanita itu muncul di hadapan Hakim Seo Dae-suk.”

Hye-sung: “Wanita itu? Maksudmu istri Hwang Dal-joong?”
Soo-ha mengangguk.

Flashback.
Hakim Seo baru saja turun dari mobilnya di parkiran gedung. Ada seorang wanita yang menghadangnya. Hakim Seo terkejut melihatnya.
Hakim Seo: “Kau tidak meninggal?”
Istri Dal-joong: “Untuk hidup, aku telah mati.”

Hakim Seo: “Ini tidak berperasaan. Apa kau tahu apa yang baru saja kau lakukan? Kau membuat suamimu menjadi seorang pembunuh.”
Istri Dal-joong: “Lalu, apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku kembali dan mengaku? Aku tahu bagaimana pentingnya keputusan ini untukmu.”
Istri Dal-joong menunjukan surat kabar yang ada berita Hakim Seo tercetak, “Kau bahkan sudah melakukan wawancara untuk Hakim terhebat dalam waktu ini dan dengan kepribadianmu, aku juga tahu bahwa mengubah kaputusanmu adalah hal yang sulit untuk di bayangkan. Aku datang karena aku ingin mengajukan permintaan. Jika kau mengabulkan permintaan itu, aku akan menyembunyikan diri dan namaku sampai hari dimana aku mati. Aku akan hidup sebagai orang yang tidak pernah ada di dunia.”
Hakim Seo: “Katakan sesuatu yang berperasaan.”
Istri Dal-joong: “Mengapa itu tidak berperasaan? Semua orang akan merasa nyaman jika pria itu tetap di dalam penjara. Aku, kau, dan putriku.”

Hakim Seo terkejut, dia seperti tidak mengetahuinya, “Putrimu?”
Istri Dal-joong: “Kau tidak mempunya anak, kan? Dan kau sedang mencari untuk mengadopsi. Ambilah putriku, Hakim. Itu adalah permintaanku.”

(I wonder, why she known a lot about Judge Seo..)
Flashback end.
Soo-ha: “Hakim Seo menerima permintaannya, dan anak itu adalah—“
Hye-sung: “Seo Do-yeon.”
Soo-ha mengangguk.

Hye-sung terduduk, “Itu tidak berperasaan. Merencanakan untuk merusak hidup seseorang itukah sesuatu yang bisa dilakukan oleh seseorang? Hwang Dal-joong menghabiskan separuh hidupnya membusuk di penjara.”
Hye-sung emosi.
Lalu tersadar, “Bagaimana kau bisa tahu?”
Soo-ha duduk, “Saat aku akan ke gedung kejaksaan, aku bertemu dengan Hakim Seo Dae-suk. Dan aku melihat matanya.”
Soo-ha tidak berani menatap Hye-sung.
Hye-sung: “Matanya? Mungkinkah……”
Soo-ha: “Ya. Kemampuan itu sudah kembali.”

Hye-sung terkejut dan langsung berdiri.

Soo-ha melanjutkan, “Dan ingatan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar