(Episode ini di awali dengan adegan di episode sebelumnya yang dengan tambahan percakapan yang sebelumnya tidak diungkapkan.)
Do-yeon pun melanjutkan, “Sekarang ini, korban sedang koma dan jika korban meninggal, apakah kau tahu bahwa kau kemudian akanmenjadi seorang pembunuh?”
Hye-sung dan Pengacara Shin berbarengan menginterupsi, “Hakim! Korban masih hidup!”
Hakim: “Ya, jaksa, tolong menahan diri dari pertanyaan yang kejadiannya belum pernah terjadi.”
Do-yeon: “Baik.”
Do-yeon menghela nafas dan menurunkan catatan pertanyaannya, “Tidak ada lagi pertanyaan.” Dia langsung menuju tempatnya.
Hakim merasa aneh, “Apakah sudah selesai?”
Do-yeon: “Ya.”
Hakim saling berpandangan, Pengacara Shin juga heran dan menengok ke Hye-sung yang sedang menatap Do-yeon.
Dal-joong menoleh ke Do-yeon yang melamun, Soo-ha membaca pikirannya:
“Ini sangat sulit. Ini sangat sulit karena aku, Ga-yeon, benar kan?”
***
Di luar ruangan, Soo-ha melihat Do-yeon yang berjalan dengan gontai, dan Soo-ha membaca pikirannya, “Ayah, maafkan aku. Aku sungguh-sungguh minta maaf.”
Hye-sung menghampiri Soo-ha, “Hey, apakah kau melihat para juri? Berapa banyak menurutmu yang berada di pihak kita?”
Soo-ha: “Apa ini, bukankah kau bilang kau bisa melakukannya sendiri?”
Hye-sung: “Ya…itu..karena kau ada di sini, ketakan padaku.”
Soo-ha: “Lebih daripada itu, mengenai Jaksa Seo…”
Hye-sung: “Jangan mengungkit-ngungkit dia lagi. Kau terus mengatakan padaku untuk memahaminya, jadi aku melakukannya, tapi dia benar-benar seorang mesin. Bahkan tanpa mengejapkan mata, dia memojokan ayahnya.”
(ternyata Hye-sung berpikir seperti ini, ku kira dia tadi tahu Do-yeon bersedih, masa gak bisa lihat perbedaan sikap Do-yeon dari biasanya sih?)
Soo-ha: “Aku tidak berpikir seperti itu.”
Hye-sung: “Apa?”
Soo-ha: “Hwang Dal-joong sepertinya tahu bahwa Jaksa Seo adalah putrinya.”
Hye-sung: “Benarkah? Bagaimana dia bisa tahu?”
Soo-ha: “Pergilah dan temui Jaksa Seo.”
Hye-sung: “Mengapa?”
Soo-ha: “Aku tidak berpikir dia harus sendirian sekarang ini. Dia pergi ke toilet.”
Hye-sung: “Baiklah.”
Hye-sung pun menuju toilet, dan begitu masuk dia terkejut mendapati Do-yeon yang sedang menangis.
Hye-sung: “Seo Do-yeon….mengapa kau….”
Do-yeon berkata sambil menangis dengan terbata-bata, “Hye-sung…aku…aku…aku pikir aku akan mati. Tolong aku….tolong selamatkan ayahku…kumohon…”
Do-yeon menangis tersedu-sedu.
Episode 16
The Thieving Magpie Overture
Do-yeon berjongkok di balik kursi. Hye-sung berdiri menunggunya.
Hye-sung: “Hey, bagaimana kau akan pergi ke pengadilan jika seperti itu?”
Terlihat Pegacara Shin yang mencari-cari Hye-sung. Hye-sung pun dengan cepat berjongkok, tapi terlambat karena Pengacara Shin melihatnya.
Pengacara Shin: “Pengacara Jang! Apa yang kau lakukan disini? Pernyataan pembelaan penutup harus disiapkan.”
Lalu Pengacara Shin menoleh ke sebelah Hye-sung: “Jaksa Seo? Apa yang kalian berdua lakukan disini?”
Hye-sung berbicara dengan bahasa isyarat pada Pengacara Shin, “Dia pasti merasa sangat tersiksa, mencoba menjatuhkan ayahnya sendiri.”
Pengacara Shin mengangguk tanda mengerti.
Seo Do-yeon berdiri, “Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja sekarang.”
Do-yeon pada Pengacara Shin: “Kau tahu kan? Jika pengadilan memberikan keputusan pembebasan, dia tidak bisa bebas. Ayahku telah mendapatkan penangguhan hukuman sebelumnya, jadi dia tidak bisa menerima penagguhan hukuman lagi. Jika dia menerima keputusan bersalah, tanpa syarat, dia harus kembali ke penjara.”
Pengacara Shin: “Aku tahu. Dan itulah mengapa kami menginginkan persidangan juri.”
Hye-sung: “Jika juri mengatakan bahwa dia tidak bersalah, kami merasa hakin tidak akan menyusahkan terdakwa.”
Do-yeon: “Apa kau pikir kau bisa menggerakan hati juri? Itu sepertinya akan sulit.”
Hye-sung: “Aku akan berusaha yang terbaik.”
Soo-ha melihat mereka dari kejauhan.
Do-yeon pada Hye-sung: “Terima kasih.”
Do-yeon pada Pengacara Shin: “Tolong perhatikan saya.”
Pengacara Shin: “Apa kau baik-baik saja? Kau tetap bisa melepaskan tangamu dari kasus ini sekarang.”
Do-yeon: “Tidak, aku akan melihatnya sampai akhir.”
Do-yeon membungkuk pada Pengacara Shin lalu pergi dari sana.
Hye-sung memperhatikan punggung Do-yeon yang menjauh.
Pengacara Shin: “Kau harus mendapatkan keputusan dengan suara yang bulat, dalam rangka meningkatkan kesempatanmu untuk menang.”
Hye-sung: “Bagaimanapun juga kita harus mendapatkannya.”
Pengacara Shin: “Pengacara Jang, bisakah kau melakukan pernyataan penutup?”
Hye-sung terkejut: “Apa?!”
Pengacara Shin: “Aku pernah gagal 26 tahun yang lalu.”
Hye-sung: “Itu lebih dari alasan mengapa kau harus melakukannya.”
Pengacara Shin: “Karena saat aku melihat matamu yang melihat temanmu, kau sepertinya lebih mengusainya dari pada aku. Jadi, Pengacara Jang, kau lakukanlah.
Pengacara Shin tersenyum pada Hye-sung.
***
Persidangan di mulai kembali.
Hakim: “Pemaparan bukti terlah selesai. Sekarang, jaksa silahkan sampaikan pernyataan penutup dari pihak jaksa.”
Jaksa Cho maju ke depan menghadap juri, “26 tahun yang lalu korban, Shin Chae-ok. Melakukan kejahatan yang seharusnya tidak di kerjakan. Sebagai akibatnya, terdakwa menghambiskan separuh hidupnya dalam penjara. Bagaimanpun, batas waktu untu kejahatan itu telah berakhir. Korban bersalah untuk kejahatan itu, dibawah hukum, bahkan jika dia mendapatkan hukuman di penjara, dia kemungkinan akan ditempatkan dalam masa percobaan, karena luka yang sangat berat hingga dia berada di dekat kematian. Kematian adalah hukuman yang lebih buruk daripada diadili oleh hukum.”
Jaksa Cho menghadap ke Dal-joong: “Ya, terdakwa menghabiskan hidupnya di penjara dengan tidak adil. Sebagai Jaksa, aku pikir itu keputusan dari 26 tahun yang sangat disesali. Aku tahu bahwa persidangan baru untuk memperbaiki keputusan yang salah sebelumnya, dibujuk oleh korban Shin Chae-ok, bukan Jeon Young-ja, dan menghukumnya dibawah hukum adalah hal paling benar yang harus dilakukan. Itulah hukuma dan tata tertib. Jika tata tertib itu tidak dilaksanakan, dunia ini akan berjalan dalam kewaspadaan karena alam semesta menjadi ingkar pada hukum. Anggota juri, aku meminta kebujaksanaan anda.”
Hye-sung menoleh ke Soo-ha dan berkata dalam pikirannya, “Berapa orang dalam juri yang berada di pihak kita?”
Soo-ha melihat ke arah juri dan mengangkat 4 jari tangannya ke arah Hye-sung.
Hye-sung berkata sendiri dalam pikirannya, “Hanya 4? Lalu tersisa 6 orang lagi…bisakah aku meyakinkan 6 orang ini?”
Hakim: “Selanjutnya pihak terdakwa, silahkan sampaikan pernyataan penutup.”
Hye-sung nampak gugup. Pengacara Shin berbisik: “Jangan gugup dan lakukan yang terbaik.”
Hye-sung mengibaskan rambutnya, “Gugup? Apa aku terlihat gugup?”
Hye-sung pun maju ke depan, namun dia sangat gugup sampai mukanya terantuk mikrofon yang dipegangnya. Dia menyapa juri dan hakim dengan mimik ceria, sehingga semua orang menertawakannya.
Hye-sung kemudian terdiam, menghela nafas, dan memejamkan matanya.
Dia mengingat Kwan-woo.
Flashback.
Kwan-woo duduk dengan tenang sambil mendengarkan musik di melalui headset. Hye-sung menghampirinya dan mengambil satu bagian headset.
Hye-sung: “Kau sedang mendengarkan apa?”
Kwan-woo tersenyum, “Kau datang? Ini musik yang selalu aku dengarkan sebelum persidangan. Kau tahu bagaimana Park Tae-hwan mendengarkan musik sebelum bertanding? Seperti itu.”
Hye-sung: “Musik seperti apa ini?”
Lalu dia menempelkan headsetnya ke telinga. Kwan-woo juga.
Hye-sung: “Oh…ini musik klasik. Sekarang kau terlihat seperti tipe yang hebat.”
Kwan-woo tersenyum, “Ini disebut ‘The Thieving Magpie Overture’, musik dari pertunjukan opera.”
Hye-sung: “Apakah ini akan membantu dengan mengendalikan pikiran?”
Kwan-woo: “Emm.. Opera ini berdasarkan pada suatu kisah nyata.”
Hye-sung: “Sebuah kisah nyata?”
Kwan-woo mengangguk.
Flashback end.
Hye-sung masih memegang mikrofonnya dengan gemetaran. Kemudian dengan perlahan dia mengontrol dirinya sendiri, dan tidak gemetaran lagi.
Hye-sung: “Mungkinkah, kalian tahu pertunjukan opera yang di sebut dengan ‘The Thieving Magpie’? Opera berdasarkan sebuah kisah nyata. Opera ini berkisah tentang seorang gadis yang mencuri piring perak dan kemudian di eksekusi. Bagaimanapun setelahnya, ditemukan satu orang yang benar-benar mencuri piring itu yang ternyata seseorang yang cerewet. Itu adalah ceritanya.”
Hye-sung melanjutkan: “Apa yang kalian pikirkan setelah mendengar cerita ini? ‘Si gadis sangat tidak beruntung”, ‘Jika si orang yang cerewet itu ingin menghancurkan dia (Si gadis), mengapa hanya itu yang dia (si ceweret) curi?’ kalian memiliki pikiran seperti itu kan? Tidak, gadis itu di hukum karena ketidakberuntungan. Si cerewet tidak melakukan kesalahan apapun. Tapi kasus ini jelas memiliki terdakwa. Tanpa mengerti secara penuh kasus ini, semua orang di pengadilan yang menghukum gadis itu dengan hukuman mati adalah penjahatnya.”
Hye-sung menunjukan foto: “Foto-foto yang kalian lihat sekarang adalah foto dari teman sekelas terdakwa di sekolah menengah. Orang-orang ini hidup sebagai suami, ayah, dan pengusaha. (Dal-joong terlihat sedih, begitu juga dengan Do-yeon) 26 tahun yang lalu, jika kasus itu ditangani dengan baik, terdakwa mungkin akan memiliki hidup seperti orang-orang yang ada dalam foto. Sama seperti kita yang tidak bisa mengembalikan kehidupan gadis itu, kita tidak bisa mengembalikan 26 tahun yang berlalu pada terdakwa.”
Hye-sung menoleh pada Soo-ha yang mengacungkan 7 jarinya.
Hye-sung melanjutkan: “Tentu saja, seperti yang dikatakan oleh jaksa, saat dia bertemu dengan korban, dia seharusnya menyelesaikan masalah dengan hukum. Tapi apa arti dari hukum (keadilan) untuk terdakwa? Hukum dengan salah membuat separuh hidupnya menjadi seorang pesakitan dalam penjara.”
(untuk pertama kalinya sejak Do-yeon mengetahui Dal-joong adalah ayah kandungnya, Do-yeon akhirnya menatap langsung ayahnya. T.T)
Hye-sung: “Hukum telah mengambil putrinya, keluarganya, dan temannya. Untuk itu, mengapa dia ingin lagi berhadapan dengan hukum? Jika kau terdakwa, akankah hukum bisa diterima?”
Hye-sung menoleh, Soo-ha mengacungkan 8 jari tangannya.
Hye-sung melanjutkan, sementara itu Jaksa Cho melihat jam tangannya dengan gelisah.
Hye-sung: “Terdakwa mungkin benar dengan memutuskan kasus 26 tahun yang lalu untuk kembali disidangkan dan mungkin akan mendapatkan kompensasi. Tapi, kita berbicara mengenai beberapa bulan ke depan. Persidangan ulang merupakan prosedur yang yang kompleks dan sulit. Apa yang salah dengan nengara kita adalah bahwa sangat segan untuk mengubah suatu kesalahan.”
Hye-sung menghadap Dal-joong, “Untuk terdakwa yang tidak mempunyai banyak waktu tersisa untuk hidup, setiap hari sangat berharga seperti emas. Mungkin hidup terdakwa tidak akan bertahan untuk melihat hasil persidangan ulang.”
Soo-ha mengacungkan 9 jari tangannya pada Hye-sung.
Tiba-tiba Jaksa Cho berdiri dan menginterupsi dengan berteriak, “Yang Mulia, pembelaan telah banyak melewati batas waktu!”
“26 tahun!” Pengacara Shin balas berteriak, “Terdakwa telah menunggu saat ini selama 26 tahun. Kami akan segera menyelesaikannya. Tolong berikan kesempatan lebih pada terdakwa. Tolong biarkan Pengacara berkesempatan untuk mengatakan semua yang ingin dia katakan untuk terdakwa.”
Hakim menghela nafas, “Pengacara, silahkan lanjutkan.”
Hye-sung melanjutkan, “Pada semua anggota juri, juga para hakim. Hari ini, kasus ini, akan menentukan secara bersamaan bersalah atau tidak bersalah untuk terdakwa, dan ketidakadilan di masa lalu akan tertutup. Aku ingin kalian, anggota juri, menyampaikan hasil dari persidangan ulang disini sekarang, untuk disampaikan pada pengadilan wilayah sebagai pertimbangan kembali untuk terdakwa. Dan untuk terdakwa, aku harap kalian akan menunjukan keputusan yang sesuai dengan apa yang dipirkan orang tentang hukum.”
Soo-ha tersenyum dan mengacungkan 10 jari tangannya. Hye-sung pun tersenyum.
Hye-sung pada juri: “Terima kasih telah mendengarkanku untuk waktu yang lama. Itu semua yang ingin aku sampaikan.”
Hye-sung membungkuk.
Do-yeon menangis.
Sementara itu di rumah sakit, Jeon Young-ja menggerakan jari tangannya dan membuka mata.
***
Seong-bin dan Joon-gi datang ke pengadilan. Seong-bin segera menghampiri Soo-ha dan mendorong Joon-gi. Seong-bin tersenyum manis pada Soo-ha.
Soo-ha tersenyum, senang melihat kedatangan mereka, “Apa yang kalian lakukan disini?”
Joon-gi: “Kamu datang kesini setelah berdebat untuk waktu yang lama. Karena persidangan ini.”
Soo-ha yang duduk, melihat kuku Joon-gi yang posisinya berdiri, Soo-ha aneh melihat kuku Joon-gi, “Apa yang ada di kuku jarimu?”
Joon-gi menyembunyikan kukunya, “Apa? Siapa? Apa?”
Soo-ha tersenyum geli.
Seong-bin bertanya pada Soo-ha, “Apakah keputusan hakim sudah di umumkan? Apakah pria itu akan kembali ke penjara?”
Soo-ha: “Aku belum tahu. Para hakim dan juri sedang melakukan pertemuan sekarang.”
Seong-bin: “Apa yang dikatakan oleh juri?”
Soo-ha: “Tidak bersalah.”
Joon-gi: “Lalu, bagaimana dengan hakim?”
Soo-ha: “Bersalah.”
Joon-gi: “Benarkan. Apapun yang terjadi, hakim akan menang. Mereka satu-satunya yang memiliki kekuatan.”
Seong-bin: “Jika hakim akan memutuskan sendiri, lalu mengapa mereka melibatkan juri?”
Soo-ha tersenyum.
(seneng deh liht Soo-ha tersenyum terus pada teman-temannya. Ternyata dia memang sudah berubah, dulu dia tidak seramah ini..)
***
Hakim Kim memegang kepalanya. Sepertinya terjadi perdebatan sengit.
Juri Pria: “Jika keputusanmu akan lenih diutamakan, lalu mengapa kau membawa kami?”
Juri Wanita: “Benar sekali! Kami semua setuju dengan keputusan tidak bersalah. Ini keputusan kami setelah melihat selama 10 jam dalam persidangan.”
Hakim Kim: “Ya, ya, aku tahu. Aku tahu! tapi ada sesuatu yang harus sesuai dengan sistem undang-undang negara ini.”
Hakim Pria: “Semacam inikah hukum kita? Akal sehat adalah hukum, akal sehat.”
Juri Wanita: “Kasihan sekali dia! Ini terlalu kejam untuk mengirimnya kembali ke penjara.”
Juri Pria 2: “Kau benar-benar mengerikan.”
Juri semakin ribut. Hakim Kim lalu meminta rekannya untuk memanggil pembela dan jaksa.
***
Para hakim, pembela dan jaksa berada disuatu ruangan. Hakim Kim terlihat stress, dia terus memegangi kepalanya.
Jaksa Cho yang pertama kali bersuara dengan emosi, “Apa masalahnya?! Kau bisa melihat opini juri hanya sebagai referensi saja. Mereka tidak punya wewenang terhadap hukum!”
Hakim Kim: “Tapi mereka bersuara bulat. Bagaimana bisa aku memutuskan dengan itu? ini terlalu susah.”
Hye-sung: “Tentu saja. Kita perlu melihat pendapat juri lebih dulu daripada hukum. Itu akan mengurangi kesusahan.”
Do-yeon diam saja.
Hye-sung lalu menerima telpon, “Halo. Ya, Yoo-chang…”
Jaksa Cho menggebrak meja, “Tidak! Mengikuti aturan hukum terlebih dulu adalah hal yang benar!”
Hye-sung membentak Jaksa Cho, “Tutup mulutmu, kepala rumput! Aku tidak bisa mendengar!”
Hakim Kim melongo. Dan Jaksa Cho menatap Hye-sung dengan pandangan tidak percaya dia dibentak.. (ketawa deh.. ;p)
Hye-sung melanjutkan telponnya, “Ya, ya.. Ya.. Oke, terima kasih.”
Hye-sung tersenyum dan berkata: “Jeon Youn-ja telah mendapatkan kembali kesadarannya. Tidakkah ini mengubah situasinya?”
Hakim masih memandangi Hye-sung dengan ekspresi yang sama. Hye-sung tidak sadar, “Apa? Apakah ada sesuatu di wajahku?”
Hye-sung lalu berkata pada Jaksa Cho, “Sebelumnya, Jaksa Cho adalah satu-satunya yang berbeda pendapat, kan?”
Jaksa Cho: “Aku tetap berpikir kita harus mengatakan bahwa juri berbeda pendapat.”
Pengacara Shin pada Jaksa Cho, “Lalu apakah ini akan ditangguhkan sampai besok? Jika ini akan menjadi seperti ini, mengapa kau meminta untuk persidangan juri?”
Hakim Kim memegang kepalanya lagi.
Jaksa Cho pada Do-yeon: “Jaksa Seo, mengapa kau tidak mengatakan apapun? Kau harus mengungkapkan pendapatmu.”
Do-yeon akhirnya bersuara, “Bagaimana jika kita menarik tuntutan?”
Semua terkejut.
Jaksa Cho: “Hey, apakah kau kehilangan pikiran?! Serius?”
Hakim Kim antusias: “Apakah itu bisa terjadi? Akan sangat bagus jika memang bisa terjadi. Itu akan sangat mengurangi beban yang ada.”
Jaksa Cho: “Itu tidak bisa terjadi, ini tdak bisa diputuskan olehmu sendiri. Menarik tuntutan adalah hal hanya bisa dilakukan Kepala Jaksa.”
Do-yeon: “Ini sangat terlambat untuk mendapatkan ijin. Dan juga, bukankah seorang jaksa merupakan kesatuan independen? Jadi secara teknis, kita tidak memerlukan ijin.”
Pengacara Shin tersenyum.
Jaksa Cho tak percaya dengan apa yang dikatakan Do-yeon: “Kau….”
Do-yeon: “Aku akan menanggung semua tanggung jawab. Mari kita mengakhiri ini dengan penarikan tuntutan.”
Hye-sung tersenyum.
***
Ruang sidang.
Hakim: “Kami akan memulai pembacaan keputusan unutk kasus 1354 tahun 2013, persidangan Hwang Dal-joong. Terdakwa silahkan berdiri.”
Dal-joong pun berdiri untuk mendengarkan keputusan untuknya.
Jaksa Cho berkata pada pada Do-yeon: “Kau membuat kesalahan besar kali ini. Mereka (pihak kejaksaan) tidak akan berhenti hanya dengan peringatan.”
Do-yeon: “Aku tahu.”
(Jaksa Cho tidak tahu kalau Hwang Dal-joong adalah ayah kandung Do-yeon)
Hakim mulai membaca keputusan: “walaupun terdakwa telah dihukum dengan salah pada masa lalu, karena membunuh korban, pengoreksian kesalahan ini harus di tangani dengan persidangan ulang. Bukan dengan menyerang korban yang ternyata masih hidup. Oleh karena itu, untuk melihat terdakwa tidak bersalah secara hukum sangat sulit.”
Jaksa Cho terlihat masih kesal, tidak setuju dengan keputusan ini.
Hakim: “Bagaimanapun, anggota juri mencapai kesepakatan bulat dengan keputusan tidak bersalah. Anggota juri memutuskan bahwa terdakwa tidak adil jika diberi keputusan bersalah. Dia kehilangan putrinya dan banyak hal lain dan menghabiskan hidupnya lebih dari 26 tahun di dalam penjara. Dari satu pandangan, itu merupakan kesalahan dari sistem hukum dan tuntutan yang tidak mencari kebenaran, dan merusak hidup seseorang. Dan, untuk menghukum terdakwa lagi, dengan nama hukum dari pandangan yang biasa dan beralasan, sangat sulit untuk di terima. Walaupun persidangan ulang mungkin terjadi, keuntungan yang diperoleh hanyalah pengantian uang, untuk kehilangan 26 tahun hidup terdakwa yang tidak akan bisa kembali.”
Hakim membalik kertas, “Terdakwa sedang menderita penyakit stadium akhir. Karena itu, jika dia diputuskan bersalah, berdasarkan petunjuk penjatuhan hukumna, kemungkinanbesar dia akan meninggal di penjara sebagai tahanan. Seperti terdakwa yang merasa sangat marah pada korban yang tanpa menyesal menhancurkan hdupnya. Oleh karena itu, dia secara spontan menyerang korban dengan pecahan kecil kaca. Dan, selama 26 tahun dia telah berada di penjara sebagai pembunuh tidak seharunya diulang untuk korban yang sama dengan percobaan pembunuhan, yang mana akan menjadi sangat kejam. Itulah semua poin utama dalam perundingan.”
Hakim menurunkan kertasnya, “Tidak masalah dengan pandangan masyarakat terhadap hukum. Pengadilan ini percaya bahwa hukum harus dibuat menurut sudut pandang masyarakat. Aku pikir masyarakat adalah jiwa dari persidangan oleh juri. Sebagai tambahan, karena hasil keputusan juri berselisih dengan ilmu hukum dan pendapat kami, ini tidak bisa disebut benar-benar tidak bersalah. Oleh karena itu, kamu melanjutkan dengan beberapa pertimbangan. Pihak penuntut juga menghargai opini masyarakat, pengadilan telah di beri tahu bahwa mereka memutuskan untuk menarik tuntutannya. Dengan demikian, sesuai dengan Hukum Kriminal 328-1-1, penuntutan dibatalkan.”
Semua orang tersenyum senang dan lega, kecuali Jaksa Cho tentunya..
Seong-bin pun tanpa sadar memeluk Joon-gi.
(Cute! Aku harap mereka nantinya jadian aja.. ^^)
Dal-joong menangis.
Do-yeon menangis sambil menatap ayahnya.
Hakim memberikan penghormatan pada Da-joong.
Hye-sung menggenggam tangan Pengacara Shin yang juga menangis, menenangkannya.
Soo-ha memberikan jempol pada Hye-sung, dan Hye-sung juga membalas memberikan jempolnya dan mengangguk.
Hye-sung melihat Do-yeon yang menangis haru.
***
Ruang sidang sudah kosong, tinggal Hye-sung dan Do-yeon berada disana.
Hye-sung menyandarkan badannya ke kursi sambil memejamkan mata, sedangkan Do-yeon sedang membereskan berkas-berkasnya.
Hye-sung bertanya pada Do-yeon dengan mata tertutup, “Apakau kau pikir kau akan baik-baik saja? Aku pikir kau mungkin akan di beri hukuman.”
Do-yeon: “Aku sudah mempersiapkan diri saat aku mengatakannya (menarik tuntutan).”
Do-yeon berdiri dan akan pergi, “Kau tidak pergi?”
Hye-sung, masih menyandar dan matanya terpejam, “Ya, akau akan sedikit lebih lama lagi tinggal disini.”
Do-yeon lalu beranjak pergi, dan berhenti sambil membelakangi Hye-sung.
Do-yeon: “Maafkan aku.”
Hye-sung membuka matanya, “Maaf? Bukannya terima kasih?”
Do-yeon: “11 tahun yang lalu, saat aku membuatmu menjadi seorang penjahat dengan berbohong….aku minta maaf untuk itu.”
Hye-sung menegakan badannya, “Kau akhirnya mengakui bahwa aku tidak melakukannya. Setelah 11 tahun?” Hye-sung tak percaya.
Do-yeon: “Ya, aku mungkin seperti ayahku (Hakim Seo), yang tidak bisa mengakui kesalahan. Aku menyadarinya hari ini, bagaimana sangat mengerikannya akibat tidak mengakui satu kesalahan.”
Do-yeon berbalik menghadap Hye-sung: “Aku meminta maaf. Dengan sungguh-sungguh.
Hye-sung mengangguk, Do-yeon tersenyum dan kemudian pergi. Setelah Do-yeon pergi, Hye-sung pun tersenyum.
***
Pengacara Shin berbicara berdua dengan Dal-joong di depan ruang sidang.
Pengacara Shin: “Aku akan mengantarmu ke rumah sakit dengan mobilku.”
Dal-joong tertawa, “Mobil yang sedikit tua itu?”
Pengacara Shin: “Hey, aku sudah mengatakannya padamu, mobil itu telah 16 tahun berjalan tanpa kecelakaan.”
Dal-joong dan Pengacara Shin tertawa bersama.
Lalu Dal-joong melihat Do-yeon berjalan di lantai atas, “Orang itu adalah putriku Ga-yeon, kan?”
Pengacara Shin: “Ya. Bagaimana kau bisa tahu?”
Dal-joong: “Kemarin, dia datang mengunjungiku.”
Pengacara Shin: “Oh, benarkah..”
Pengacara Shin menghela nafas, “Berarti kau juga mengetahui tentang ceritanya. Bahwa Hakim Seo Dae-suk tahu bahwa istrimu masih hidup dan menemuinya.”
Dal-joong mengangguk: “Saat aku mengetahui bahwa Hakim Seo Dae-suk mengadopsi Ga-yeon, aku menebak seperti itu.”
Hye-sung dan Soo-ha melihat mereka dari kejauhan, tapi cukup bisa mendengar percakapannya.
Pengacara Shin: “Apakah kau tidak marah?”
Dal-joong: “Aku marah. Sampai dimana kau ingin membunuhnya jika melihatnya lagi. Aku marah. Tapi, aku memaafkannya.”
Pengacara Shin: “Memaafkan? Bagaimana kau bisa memaafkannya? Bagaimana mungkin.”
Dal-joong: “Aku tidak mempunyai banyak sisa waktu. Aku tidak mau menghabiskan sisa hidupku dengan membenci seseorang. Aku berharap perasaan yang aku rasakan sebelum aku meninggal, bukan hal mengerikan seperti itu. Itulah mengapa aku memaafkannya. Ini bukan karena aku menyukai Hakim Seo.”
Hye-sung teringat permintaan terakhir ibunya yang mirip dengan perkataan Dal-joong:
“Kau berjanjilah padaku. Jangan menghabiskan hidupmu dengan membenci seseorang. Saat seseorang dilahirkan ke dunia, kehidupan tidak cukup panjang unutk saling mencintai, bukan? Oke?”
Hye-sung menangis, rindu ibunya. (Aku juga rindu ibu Hye-sung..)
Soo-ha merangkulnya.
Sementara Pengacara Shin memeluk Dal-joong dan mendekatkan kepala mereka.
***
Nyonya Seo sedang mencuci piring di dapur. Do-yeon pulang ke rumah.
Nyonya Seo: “Do-yeon, apakah itu kau? Apakah kau sudah makan malam?”
Do-yeon memandang ibunya dengan sedih, kemudian memeluknya dari belakang sambil menangis.
Nyonya Seo tersenyum: “Ah, mengapa dia seperti ini lagi?”
Nyonya Seo pun berbalik dan melihat Do-yeon yang menangis.
Nyonya Seo: “Do-yeon…”
Do-yeon: “Ibu… apapun yang aku katakan, aku adalah putrimu, kan?”
Nyonya Seo: “Mengapa kau seperti ini? Apa yang terjadi? Oh my..”
Nyonya Seo memegang wajah Do-yeon.
Do-yeon: “Ibu. Jangan terkejut oleh apa yang akan aku katakan dan dengarkan. Hmm?”
Nyonya Seo: “Apa yang terjadi?”
Do-yeon menatap lekat-lekat pada ibunya.
***
Hye-sung tiduran di sofa. Soo-ha yang selesai mandi menghampirinya.
Soo-ha: “Kau belum berganti baju?”
Hye-sung: “Aku hanya ingin tidur seperti ini. Aku bahkan tidak punya kekuatan untuk mengangkat jariku.”
Soo-ha mengangkat kepala Hye-sung dan menyelipkan bantal.
Soo-ha: “Kau melakukan yang terbaik hari ini.”
Hye-sung: “Apa yang kau bicarakan….Aku bisa melakukannya karenamu. Terima kasih.”
Soo-ha: “Aku tidak banyak melakukannya. Kau yang melakukannya.”
Hye-sung: “Tidak, jika kau tidak disana, aku tidak akan bisa melakukan apapun.”
Hye-sung menyalakan televisi.
Hye-sung: “Ini masalah besar. Aku tidak bisa terus menyandarkan diri padamu seperti ini.”
Soo-ha: “Mengapa kau tidak bisa?”
Hye-sung: “Apa maksudmu mengapa? Itu karena…..”
Perkataan Hye-sung terpotong karena ada berita tentang Kasus Pembunuhan Hantu (kasus Dal-joong).
Hye-sung langsung duduk dan membesarkan volume televisi. Lalu dia mematikanya dengan marah.
Hye-sung berdiri dan marah-marah, “Apa ini? Wow, bagaimana wajahku tidak ditampilkan?! Phlawan utama dari kasus ini adalah aku. Jadi bagaimana bisa aku tidak keluar?”
Hye-sung menepuk pundak Soo-ha: “Kau melihat bagaimana aku membela unutk posisi terdakwa, kan? Bagaimana bisa mereka bahkan tidak menyebut namaku? Apakah ini berita? Huh?! Huh?!”
Soo-ha tersenyum dengan tingkah Hye-sung, “Kau tadi mengatakan bahwa semuanya karenaku.”
Hye-sung: “Hey, aku hanya mengatakannya saja! Haruskah aku menelpon untuk konfirmasi? Meminta mereka untuk melakukan konferensi pers?”
Soo-ha tersenyum lebar.
***
Kediaman keluarga Seo.
Nyonya Seo menyiapkan makanan untuk suaminya.
Hakim Seo duduk dimeja makan, “Mengapa hanya makanan untukku saja? Apa kau punya janji pertemuan?”
Nyonya Seo: “Untuk sementara, Do-yeon dan aku akan tinggal di rumah orang tuaku.”
Hakim Seo: “Mengapa kau pergi ke rumah orang tuamu?”
Nyonya Seo menatap suaminya, “Aku mendengar semuanya dari Do-yeon. Hwang Dal-joong…aku mendengar semuanya.”
(Nyonya Seo ini sebelumnya tidak tahu kalau anak yang dia adopsi adalah anak Dal-joong, dia hanya tahu Do-yeon berasal dari panti asuhan.)
Hakim Seo sejenak menghentikan makannya.
Nyonya Seo melanjutkan perkataannya tanpa menatap suaminya, “Aku tidak pernah tahu, bahkan setelah tinggal denganmu lebih dari 30 tahun, bagaimana kejamnya dirimu. Aku tidak bisa melihat wajahmu untuk sementara. Tidak, untuk waktu yang lama, karena aku takut.”
Nyonya Seo menaruh gelas minum air putih yang hanya sepertiga penuhnya di dekat suaminya dan berjalan pergi.
Hakim Seo awalnya makan seperti biasa, lalu dia berkata sendiri, “Salah apa yang sudah ku lakukan?”
Hakim Seo meminum air putihnya, “Aku tidak melakukan kesalahan apapun.”
Raut wajahnya menunjukan kemarahan, “Aku tidak melakukan kesalahan apapun!”
Hakim Seo melempar gelasnya ke lantai sampai pecah.
***
Hye-sung berjalan bersama Kwan-woo menuju kantor mereka. Hye-sung sedang bercerita pada Kwan-woo.
Hye-sung: “Saat aku berdiri untuk melakukan pernyataan penutup, tanganku gemetaran seperti ini.” Hye-sung memperagakannya.
Kwan-woo: “Aku tahu maksudmu. Kau gemetaran seperti ada gempa bumi ditanganmu, kan?”
Hye-sung melanjutkan ceritanya, “Otakku benar-benar kosong dan aku tidak bisa berpikir.”
Kwan-woo: “Lalu?’
Hye-sung: “Pada saat itu, aku mengingat apa yang kau katakan tentang mengontrol pikiran.”
Kwan-woo terkejut: “Mungkinkah, ‘The Thieving Magpie’?”
Hye-sung: “Bingo!”
Kwan-woo tersenyum, “wow..”
Mereka masuk ke dalam kantor.
Hye-sung: “Untuk memulainya, aku membuka dengan cerita tentang itu. Lalu aku menunjukan foto dari teman sekelas terdakwa di layar. Itulah dimana mata-mata juri mulai berkedip. Dan pada saat itu, aku tiba-tiba mendapatkan rasanya.”
(Hye-sung bercerita dengan riang, dia sepertinya senang sekali bisa memenangkan persidangan itu.)
Hye-sung melihat Pengacara Shin yang sedang mempelajari berkas.
Hye-sung menghampirinya, “Pengacara Shin. Jelaskan padanya apa yang telah aku lakukan kemarin. Aku tidak berpikir aku bisa mengatakannya sendiri, itu akan terlihat seperti aku sedang pamer.”
Hye-sung tersenyum malu-malu.
Pengacara Shin tersenyum: “Kau hebat. Pengacara Jjang benar-benar yang terbaik.”
Kwan-woo: “Whoah.. jiak itu dari pandangan Pengacara Shin yang memujimu, kau pasti melakukan hal yang sangat bagus.”
Hye-sung tersenyum: “Kau dengar sendiri kan?”
Hye-sung memanggil Yoo-chang yang sedang memfotokopi untuk bergabung.
Hye-sung: “Bagian selanjutnya adalah yang paling penting.”
Pengacara Shin tersenyum, “Dia melakukannya sangat baik. Jika aku yang melakukannya dan bukan Pengacara Jjang, juri tidak akan berpihak pada kita. Bahkan jika aku melakukan yang terbaik, aku hanya akan bisa mengurangi setengah hukumannya. “
Kwan-woo menyadari ada sesuatu pada diri Pengacara Shin.
Hye-sung: “Ah itu hanya setengahnya. Katakan apa yang terjadi di ruang penyelesaian.”
Hye-sung kembali memanggil Yoo-chang, dan kali ini Yoo-chang menurut.
Pengacara Shin menerawang sebentar, “Aku menyadarinya, mengapa, 26 tahun yang lalu, aku tidak bisa melakukan apa yang dilakukan Pengacara Jjang kemarin. Aku sangat menyesal untuk waktu dimana aku memamerkan pengalamanku di depanmu, dan mencacimu karena membicarakan gigiku.” (saat dulu pertama kali bertemu, saat Hye-sung dan Kwan-woo resmi menjadi pembela umum di Yeonjo.)
Yoo-chang juga tahu ada yang tidak beres dengan Pengacara Shin.
Hye-sung: “Tidak apa-apa. Kami sudah melupakannya. Daripada itu, katakan bagaimana aku kemarin.”
Kwan-woo: “Pengacara Jang. Aku akan mendengarkan ceritamu dari Pengacara Shin, nanti.”
Hye-sung: “Kenapa? Kau harus mendengarnya saat ada aku disini.”
Kwan-woo berbohong, “Aku juga ingin. Tapi, aku lupa aku ada konsultasi. Sungguh, aku akan mendengarkannya nanti.”
Hye-sung: “Sungguh? Kau juga harus mendengarkannya nanti (pada Yoo-chang).”
Yoo-chang: “Iya, aku akan mendengarkannya.”
Hye-sung: “Aku akan memeriksanya nanti jika kau benar mendengarkannya.”
Hye-sung kemudian pamit pergi untuk membeli kopi, dan berjalan dengan riang. Dia sepertinya tidak menyadari kegundahan Pengacara Shin.
Yoo-chang: “Pengacara jang adalah seseorang dengan kepala-bulu yang tidak terbatas. samar-samar.” (aku gak ngerti ungkapan ini.. :p)
Kwan-woo bertanya pada Pengacara Shin: “Pengacara Shin, apa kau baik-baik saja?”
Pengacara Shin tersenyum: “Ya, tentu saja. Aku baik-baik saja.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar