Soo-ha duduk di depan gedung pengacara, membersihkan darah dari hidungnya. Dia mengingat perkataan Min Joon-guk yang mengatakn bahwa yang memulai semuanya adalah ayahnya.
Soo-ha berbicara pada dirinya sendiri, “Itu…adalah ingatan yang ingin aku hapus. Ini tidak bisa dihapus hanya karena aku menginginkannya.”
Soo-ha melihat Hye-sung keluar dari gedung, “Apa yang harus ku lakukan dengan mu? Jika kau mengetahui kebenarannya, kau pasti akan marah padaku lebih dari sebelumnya. Jika kau menhetahui bahwa Min Joon-guk masih hidup, bagaimana ketakutannya dirimu?”
Soo-ha kemudian membaca pikiran Hye-sung yang sedang tersenyum, “Min Joon-guk masih hidup, Soo-ha tidak membunuhnya. Aku tahu Soo-ha pasti menjaga janjinya.”
Soo-ha terkejut Hye-sung tidak ketakutan seperti yang dia perkirakan. Ponselnya berdering. Soo-ha menjawabnya, dan ternyata dari Hye-sung.
Hye-sung: “Hey! Dimana kau sekarang? Apakah kau berada di rumah?”
Soo-ha: “Tidak, aku pergi keluar sebentar.”
Hye-sung: “Jaksa Seo dan Pengacara Cha, keduanya menemukan bahwa Min Joon-guk masih hidup.”
Soo-ha: “Ya.”
Hye-sung: “Ada apa denganmu? Aku bilang Min Joon-guk masih hidup! Kau benar-benar tidak bersalah sekarang, kau tidak perlu menghadiri persidangan lagi.”
Soo-ha berjalan perlahan mendekati Hye-sung, “Jika Min Joon-guk masih hidup, itu berarti kau dalam bahaya, benarkan?”
Hye-sung: “Kau bodoh, itu urusanku. Seo Do-yeon mengatakan sendiri dia tidak akan menuntutmu lagi. Jadi, kau tidak lagi menjadi terdakwa---”
Soo-ha memeluk Hye-sung dari belakang. Hye-sung kaget dan berusaha melepaskan diri.
Soo-ha: “Di mataku, kau yang bodoh. Hidupmu sekarang dalam bahaya lagi. Bagaimana aku tidak bisa merasa bersalah?”
Soo-ha menangis di pundak Hye-sung.
Hye-sung mengelus kepala Soo-ha, menenangkannya.
Hye-sung: “Terima kasih, telah menjaga janjimu.”
***
Hye-sung dan Soo-ha di dalam bis menuju rumah.
Hye-sung: “Karena kau sekarang tidak bersalah, kau tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa lagi. Mendaftarlah di akademi dan bersiap untuk ujian kualifikasi sekolah (GED). Kejar dengan cepat semua ketinggalan setahun ini. Mengerti?”
Soo-ha: “Ya. Aku sudah mendaftar di akademi dan memberikan pengajuan untuk ujian kualifikasi sekolah.”
Hye-sung: “Aku juga mengikuti ujian kualifikasi sekolah. Coba pikirkan lagi, kau dan aku mempunyai banyak kesamaan.”
Soo-ha: “Ya..”
(mungkin ujian kualifikasi sekolah ini, maksudnya kalau di kita ujian kejar paket ya, ujian persamaan gitu. Kan Soo-ha sebelumnya gak ikut ujian, Hye-sung juga dulu sekolahnya putus.)
Hye-sung: “Bagaimana dengan ingatanmu? Apakah masih belum kembali?”
Soo-ha lama menjawab: “Belum.”
Hye-sung: “Aku mengerti. Bagaimanapun, kau tahu apa yang harus kau lakukan saat ingatanmu kembali, kan? Saat itu datang, kau harus melakukannya sesuai janjimu. Kau tidak boleh menemuiku lagi.”
Soo-ha: “Mengapa aku harus melakukan itu?”
Hye-sung: “Apa maksudnya mengapa? Karena tidak ada alasan lagi untuk kita bersama. Aku walimu dan pengacaramu. Setelah mendapatkan keputusan tidak bersalah dan ingatanmu kembali, jalani hidupmu sendiri. Jangan meminta-minta padaku lagi.”
Soo-ha: “Meminta-minta padamu? Apakah aku melakukannya padamu?”
Hye-sung berkata dalam pikirannya, “Apakah kata-kataku terlalu kasar? Tidak, aku tidak salah. Lebih banyak aku memberinya simpati, akan sulit untuk mengendalikan perasaanku.”
Soo-ha menatap Hye-sung: “Perasaan?”
He-sung: “Aku tidak mengatakan sesuatu yang salah. Kau sedang meminta-minta padaku sekarang.”
He-sung dalam pikirannya, “Aku bisa menghapus perasaanku, kan? Sampai Soo-ha pergi, aku harus bisa menyembunyikan perasaanku dan menghapusnya.”
Soo-ha: “Mungkinkah….”
Untuk meyakinkan perkiraannya, maka Soo-ha mengajukan pertanyaan pada Hye-sung, tanpa Hye-sung tahu maksudnya tentunya.
Soo-ha: “Apakah kau masih tidak menyukaiku dan berpikir bahwa aku mengganggu?”
Hye-sung menjawab tanpa melihat Soo-ha: “Ya, aku tidak menyukaimu. Aku menyukaimu.”
Soo-ha: “Apakah kau benar-benar ingin aku pergi?”
Hye-sung: “Ya, aku harap begitu. Aku ingin mengatakan padamu untuk tetap tinggal di sisiku.”
Soo-ha berbicara pada dirinya sendiri dalam pikirannya, “Selama ini, mulutmu mengatakan kebohongan. Tapi, matamu mengatakan kebenarannya. Matamu mengatakan kata-kata yang selama 11 tahun ini ingin aku dengar. Tapi, untuk melindungimu, aku harus berpura-pura tidak mendengar kata-kata itu.”
Episode 13
One Word in My Heart That I Just Can’t Say
Hye-sung dan Soo-ha berjalan ke rumah, dan bertemu duo pakpol di depan rumah.
Hye-sung: “Apa yang kalian lakukan disini?”
Mereka memberi salam pada Hye-sung.
Pakpol: “Aku telah mendengar beritanya. Bahwa Min Joon-guk masih hidup.”
Pakpol Jaga (rambutnya baru deh): “Pertama, kami akan menginstal CCTV. Kami akan menginstal dua, di lampu jalan dan jalan masuk ke gang di sana.”
Hye-sung: “Aku tidak tahu jika dua akan menolong. Aku juga khawatir dengan daerah turunan.”
Pakpol dalam pikirannya yang di baca Soo-ha, “Ini saja sulit untuk mendapatkan dua CCTV. Apa yang harus ku lakukan? Apa sajalah. Aku akan membuat kesepakatan dengan pimpinan jika nanti dia menegur.”
Pakpol: “Kami akan melakukannya. Kamu akan mencoba untuk mengeceknya sesering mungkin.”
Soo-ha: “Terima kasih untuk perhatianmu.”
Pakpol tertawa: “Oh, tidak, tidak, ini bukan apa-apa. Ini memang pekerjaan yang harus kami lakukan.”
Pakpol Jaga pada Soo-ha: “Aku minta maaf karena aku telah salah paham padamu. Mulai sekarang, kamu akan berpatroli dengan perhatian lebih. Jadi, jangan khawatir.”
Soo-ha tersenyum: “Baik.”
Hye-sung menatap heran pada Soo-ha.
***
Hye-sung masih merasa aneh pada Soo-ha.
Hye-sung: “Apakah kehilangan ingatan juga bisa merubah sikap?”
Soo-ha tak mengerti: “Apa?”
Hye-sung: “Aku pikir kau menjadi lebih ramah daripada sebelumnya. Kau sekarang lebih rasional daripada emosional.”
Soo-ha sedikit tersenyum: “Benarkah?”
Hye-sung: “Jika kau bertemu Min Joon-guk, sama seperti sekarang, kontrol emosimu dan berpikir lebih rasional sebelum bertindak. Jangan berpikir untuk berkelahi, lebih baik lari atau telpon polisi. Mengerti?”
Soo-ha membaca pikiran Hye-sung: “Aku tidak ingin melihat hidup anak ini rusak karena pria itu.”
Soo-ha: “Baik.”
Hye-sung tampak berpikir: “Sekarang aku merasakannya, ini aneh. Mengapa sekarang kau tidak bicara formal?”
Soo-ha kaget, ternyata dia lupa dengan bahasanya.
Soo-ha menjawab dengan tergagap, “Apa..? Oh, itu.. apakah kau tidak suka mendengarku berbicara tidak formal?”
Hye-sung: “Lakukan yang kau suka. Apapun yang membuatmu nyaman.”
Soo-ha: “Kalau begitu, aku akan memelankan cara berbicaraku mulai sekarang.”
Hye-sung: “Lakukan yang membuatmu senang.”
Soo-ha memperhatikan Hye-sung yang sedang minum, dan bicara dalam pikirannya: “Jika kau mengetahui bahwa semua ini dimulai karena ayahku, kau tidak akan pernah mau bertemu denganku lagi, kan?”
Ponsel Hye-sung berdering, dari Do-yeon.
Do-yeon: “Aku meminta polisi di wilayah rumahmu untuk berpatroli di sana dan untuk menginstal CCTV.”
Hye-sung: “Aku tahu. Apakah kau menelpon untuk menekankan bahwa kau melakukan kemurahan hati padaku?”
Do-yeon mengumpat pelan, lalu berkata: “Jika ku menemukan sesuatu yang mencurigakan, segera telpon aku.”
Hye-sung: “Mengapa? Apa kau khawatir aku akan terluka oleh Min Joon-guk?”
Do-yeon: “Tidak sama sekali. Apakah kau pikir aku punya alasan untuk mengkhawatirkanmu? Itu karena aku harus menangkap Min Joon-guk dengan tanganku sendiri.”
Hye-sung sekarang yang mengumpat pelan, lalu berkata: “Tentu saja, karena laporanmu sangat penting untukmu. Bagaimanapun, terima kasih. Sekarang jaksa sedang berusaha menangkap Min Joon-guk, jadi tubuhku penuh dengan rasa terima kasih.”
Do-yeon: “Jangan berpikir untuk menyelesaikan semuanya sendirian, khususnya saat kau tidak mempunyai kemampuan sama sekali.”
Lalu Do-yeon menutup telponnya.
***
Do-yeon sampai di depan rumahnya. Dia keluar dari mobil dan menuju pintu gerbang. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya.
Do-yeon: “Hwang Dal-joong?”
Dal-joong: “Kau adalah putri Seo Dae-suk, kan?”
Do-yeon ketakutan, “Apa yang kau lakukan? Bagaimana kau bisa kemari? Apakah kau bebas bersyarat?”
Dal-joong memegang pundak Do-yeon dengan erat.
Dal-joong: “Panggil Seo Dae-suk. Cepat panggil Seo Dae-suk keluar!”
Do-yeon berusaha melepaskan diri, “Apa yang kau lakukan? Kau tidak akan pergi?”
Do-yeon berusaha melepaskan diri, “Apa yang kau lakukan? Kau tidak akan pergi?”
Do-yeon menuju interkom dan memanggil ibunya keluar. Saat Do-yeon menoleh ke belakang, Dal-joong terjatuh pingsan.
Do-yeon berusaha membangunkan Dal-joong, “Apakah kau sakit? Sadarlah, Hwang Dal-joong. Hwang Dal-joong, Hwang Dal-joong!”
Nyonya Seo dan Hakim Seo keluar rumah, “Ada masalah apa?”
Hakim Seo terpernjat mulutnya menganga tak percaya, orang yang dihadapannya adalah Hwang Dal-joong.
Do-yeon meminta ibunya menelpon 119, sementara dia sendiri melakukan CPR pada Dal-joong. Do-yeon melihat ayahnya yang memalingkan muka dan seolah tidak peduli.
Di rumah sakit.
Dokter: “Setelah kita melakukan MRI, dari CT scan, ini terlihat seperti glioblastoma. Operasi juga akan sulit.”
Hakim Seo: “Apa kau mengatakan bahwa dia tidak mempunyai banyak waktu untuk hidup?”
Dokter: “Ya. Paling lama, sekitar tiga atau empat bulan.”
Do-yeon berpikir, “Jangan katakan, itulah alasan dia keluar dari penjara.
Nyonya Seo pada suaminya, “Tapi mengapa dia mencarimu setelah dia keluar?”
Belum sempat Hakim Seo menjawab, datang rombongan polisi penyidik.
Detektif Kang: “Oh, Jaksa Seo, apakah Hwang Dal-joong disini?”
Do-yeon: “Ya, Detektif Kang. Di sini.”
Detektif Kang: “Ada apa dengan Hwang Dal-joong? Setelah ddia keluar dia menusuk seseorang dan sekarang dia mencarimu.”
Do-yeon: “Dia menusuk seseorang?”
Nyonya Seo: “Ya Tuhan. Dia melakukanya setelah dia keluar dari penjara? Mengapa?”
Detektif Kang: “Kami akan mencari tahu alasannya.”
Hakim Seo hanya mendengarkan tanpa berkomentar apa-apa.
***
Soo-ha menginsal aplikasi tacking lagi di ponsel Hye-sung tanpa di ketahui Hye-sung.
Hye-sung keluar kamar dan akan pergi.
Soo-ha: “Apa kau akan pergi sekarang?”
Hye-sung: “Ya.”
Soo-ha: “Bagaimana dengan sarapan?”
Hye-sung: “Aku tidak punya selera makan. Aku pergi.”
Soo-ha menahannya dengan kata-kata.
Soo-ha: “Duduklah. Sarapan, kemudian pergi.”
Hye-sung agak marah: “Apa?”
Soo-ha: “Kau menghindariku karena kau tidak merasa nyaman, kan? Aku akan pergi. Jangan membuat alasan lagi, dan makanlah.”
Hye-sung: “Hey. Apa kau sekarang sedang mengancamku seperti anak kecil karena aku mengatakan kau boleh menggunakan bahasa tidak formal?”
Soo-ha tidak menaggapi dan berjalan pergi ke arah pintu.
Hye-sung: “Jika kau pergi seperti ini, jangan gunakan bahasa tidak formal---“
Hye-sung tiba-tiba berteriak dan naik ke punggung Soo-ha.
Soo-ha kaget, “Ada apa? Ada apa? Ada apa?”
Hye-sung: “Kecoa, kecoa, kecoa!”
Soo-ha clingak clinguk, “dimana?”
Hye-sung menunjuk suatu arah, “Disebelah sana, itu!”
Dan, doeng…. “Itu sepertinya biji semangka.” Kata Soo-ha polos.
Hye-sung langsung turun dan merapikan diri, “Memalukan, memalukan, memalukan.”
Soo-ha yang membaca pikiran Hye-sung tersenyum tipis, kemudian mengambil tissue, dan membersihkannya. Tanpa kata-kata.
(adegan kocak, lumayan mengundang tawa. :D)
Soo-ha: “Aku akan pergi, jadi cepat makan dan keluarlah. Jadi, aku bisa mengantarmu ke kantor.”
Hye-sung bicara tanpa kata, “Aku seharusnya mengatakan dia tidak perlu mengantarku. Tapi, karena Min Joon-guk. Aku tidak bisa. Mengapa aku sangat menyedihkan?”
Soo-ha: “Akademiku sangat dekat dengan kantormu. Akan akan datang untuk menjemputmu juga.”
Hye-sung: “Baiklah.”
Soo-ha akan keluar: “Makanlah dan cepat keluar.”
Hye-sung: “Soo-ha, mari kita makan bersama. Aku akan menyuruhnya pergi setelah dia menemukan ingatannya. Melakukannya sekarang menentang nuraniku.”
Soo-ha tersenyum.
Mereka pun makan bersama, Soo-ha tersenyum dan bertanya pertanyaan yang selalu dia tanyakan saat makan bersama (Hye-sung belum sadar juga kalau Soo-ha sudah pulih.)
Soo-ha: “Apa kasus hari ini?”
Hye-sung: “Kasus percobaan pembunuhan untuk penusukan suami yang melakukan kdrt. Aku akan mengajukan pembelaan membela diri.”
Soo-ha: “Apa besar kemungkinan kau memenangkannya?”
Hye-sung: “Mungkin mendekati nol. Di negara kita, menang dengan membela diri itu sangat sulit.”
Soo-ha: “Lalu mengapa?” (kau melakukannya?)
Hye-sung: “Terdakwa ingin menggunakannya sebagai pembelaan. Padahal aku katakan bahwa aku tidak tahu apakah aku bisa menang, bahkan jika aku bekerjakeras sampai titik darah penghabisan.”
Soo-ha protes: “Hey, ada apa dengan “darah” saat makan. Kau bisa mengatakan bahw kau bekerja sangat keras.”
(ini juga nih, Soo-ha kan gak suka kalau lagi makan mengeluarkan kat-kata yang jorok dan semacamnya. Hye-sung belum juga sadar.)
***
Hye-sung dan Soo-ha pun berangkat. Hye-sung berjalan sambil membawa berkas di tangan kanan dan membaca dengan tangan kirinya. Soo-ha kemudian membawakan berkas Hye-sung, lalu melindungi Hye-sung saat ada sepeda berjalan ke arah mereka.
Soo-ha tersenyum senang, Hye-sung sudah tidak menghindarinya lagi.
Di rumah Hye-sung telpon berdering.
***
Saat sedang menunggu bus, Soo-ha membaca pikiran Hye-sung.
“Apa yang harus ku lakukan pada Pengacara Cha? Dia bekerja sangat keras untuk Soo-ha. Apakah mentraktir makan malam cukup? Ini cukup memberatkan.”
Soo-ha: “Aku punya pertanyaan untukmu. Apa yang disukai Pengacara Cha?”
Hye-sung: “Apa? Mengapa kau tiba-tiba menanyakannya padaku?”
Soo-ha: “Aku ingin memberikannya sebuah hadiah. Dia bekerja sangat keras untuk mendapatkan keputusan tidak bersalah untukku. Karena dia bekerja keras dalam kasus ku, aku tidak berpikir untuk terus berdiam diri. Aku harus membayarnya.”
Hye-sung: “Kau mau melakukannya? Well, apa yang dia suka? Dia pernah bilang bahwa hiking adalah hobinya.”
***
Soo-ha pergi ke toko yang menjual peralatan hiking. Dia membeli sebuah sepatu yang pramuniaganya bilang itu adalah sepatu yang banyak di inginkan konsumen walaupun harganya mahal.
Soo-ha membawa sepatu itu dan memberikannya pada Kwan-woo.
Soo-ha membungkukan badan, “Terima kasih untuk semuanya, bertarung untuk keputusan tidak bersalahku.”
Kwan-woo: “Apa ini?”
Soo-ha: “Karena kau menyukai hiking, aku membeli sepatu hiking. Aku tahu ini tidak cukup untuk membayarmu. Jika kau membutuhkan yang lain, aku akan membayarnya pelan-pelan.”
Kwan-woo tersenyum dan berterima kasih. Lalu Kwan-woo merapikan diri.
Kwan-woo: “Kau tidak perlu khawatir tentang pembayaran. Lebih baik, beri aku semangat.”
Soo-ha: “Untuk apa?”
Kwan-woo: “Sekarang, aku sedang mengajukan aplikasi untuk Pembela Umum. Akhirnya, di pengadilan Yeonjo, ada pengumuman khusus untuk penerimaan Pembela Umum. Sekarang, aku pikir ini saatnya untuk mendapatkan kembali posisiku. Kau ingat apa yang aku katakan sebelumnya, kan?”
Soo-ha: “Ya, aku mengingatnya.”
Kwan-woo: “Oke, selama kau mengingatnya. Apakah kau tidak akan memberiku semangat?”
Soo-ha: “Apa kau pikir aku akan melakukannya?”
Kwan-woo tertawa, “Aku tahu kau akan seperti itu.”
***
Soo-ha menatap lagi poster penerimaan akademi kepolisian. Kemudian dia mengingat perkataan Kwan-woo waktu itu (yang tadi ditanyakan Kwan-woo):
“Soo-ha, jangan bertingkah seperti orang dewasa. Cobalah untuk menjadi orang dewasa sesungguhnya. Mengenakan setelan tidak membuatmu menjadi dewasa.”
Soo-ha lalu mengambil formulir pendaftaran.
***
Pengacara Shin mengendarai mobilnya dengan sangat kencang. Dia menemui Hwang Dal-joong yang kini kembali di tangkap.
Pengacara Shin: “Apa yang kau katakam?! Percobaan pembunuhan?!” Pengacara Shin terlihat sangat marah.
Dal-joong menjawab dengan lesu, “Ya. Aku seharusnya membunuhnya, tapi aku tidak bisa.”
Pengacara Shin menghela nafas, “Inikah yang ingin kau katakan? Kau hidup dalam penderitaan dan akhirnya dibebaskan, tapi kemudian kau menusuk seseorang?!
Pengacara Shin masih marah dan berkata sambil berteriak.
“Dia adalah orang itu. Orang yang diduga telah aku bunuh 26 tahun yang lalu.” Kata Dal-joong dingin tanpa menatap Pengacara Shin.
Pengacara Shin terkejut, “Apa?”
Dal-joong: “Bisakah kau mempercayainya? Istriku masih hidup! Aku…26 tahun yang lalu, setelah dinyatakan bersalah, aku berpikir bahwa itu memang benar terjadi. Karena kau sangat mabuk dan aku menjadi gila, bahwa aku dengan kejam telah membunuh seseorang. Tapi, itu tidak benar.”
Dal-joong tidak bisa lagi menahan emosinya, dia menangis.
“Ini sudah 26 tahun! Untuk 26 tahun, aku membusuk disini untuk kejahatan yang tidak aku lakukan. Aku menghabiskan separuh hidupku di sini.”
Pengacara Shin juga menangis, matanya berkaca-kaca: “Jadi, kau menikamnya?”
Dal-joong: “Ya. Lagipula dia adalah orang yang sudah mati. Aku tidak menikam seseorang, hanya seorang hantu. Jadi, aku tidak bersalah. Jadi, kau harus pergi dan memperoeh kembali keputusan tidak bersalah untukku. Kau harus melakukannya.”
Dal-joong menangis keras, sedangkan Pengacara Shin menangis dalam diam.
***
Nyonya Seo dan Do-yeon sedang berbincang di dapur.
Nyonya Seo: “Apa kau baru saja mengatakan bahwa orang yang sudah meninggal 26 tahun yang lali muncul kembali?”
Do-yeon: “Ya. Itu yang dia katakan, tapi itu seperti mengada-ada. Ini tidak mungkin terjadi, kan?”
Nyonya Seo: “Tapi, mengapa dia membunuh istrinya 26 tahun yang lalu?”
Do-yeon: “Itu sepertinya karena dia mempunyai hubungan lain dengan pria lain. Dan juga, dia selalu mengatakan ingin lari karena suaminya memiliki banyak hutang.”
Nyonya Seo: “Aigo.. Orang itu pasti juga sangat…. Untuk 26 tahun, sejak dia menjalani hidupnya di penjara, dia seharusnya menjalani sisa hidupnya dengan tenang. Mengapa dia menikan orang lain lagi?”
Do-yeon: “Orang bilang, seorang iblis yang berganti pakaian tidak akan menjadi malaikat. Dia terlahir sebagai seorang pembunuh.”
Nyonya Seo: “Kau benar. Jadi, kau menangani kasusnya?”
Do-yeon tersenyum, “Ya. Walaupun ini terlihat sulit, aku pikir ini akan menarik.”
Sementara itu, Hakim Seo menyendiri di ruangan kerjanya. Dia tampak memkirkan sesuatu. Lalu Hakim Seo menelpon seseorang.
Hakim Seo: “Kepala Jang, ini aku, Seo Dae-seok. Aku menelpon karena aku mempunyai suatu permintaan. Ini bukan sesuatu yang besar, tapi…kasus Hwang Dal-joong…bisakah kau menugaskannya pada orang lain selain putriku?”
Di meja kerja Hakim Seo ada koran yang memuat berita tentang Hwang Dal-joong.
***
Pengacara Shin melewati patung simbol keadilan, dia menatapnya dan mengingat perkataannya pada Dal-joong.
Flashback.
Pengacara Shin: “aku juga ingin mendapatkan kembali keputusan tidak bersalah untukmu. Tapi, bagaimana aku melakukannya saat kau menikam seseorang? Mari kita ajukan permohonan bahwa kau menyesali perbuatanmu dan meminta keringanan hukuman. Dan setelah kau dibebaskan dengan keputusan pengskorsan--”
Dal-joong memotong, “Aku tidak membutuhkan semua itu. bagaimanapun juga, aku tidak mempunyai banyak waktu tersisa untuk hidup. Aku tidak bersalah. Tolong dapatkan keputusan tidak bersalah untukku!”
Flashback end.
Pengacara Shin menatap patung itu sekali lagi dan melihat ruang sidang yang lampunya menyala.
Pengacara Shin masuk ke ruang sidang itu. Ternyata di dalam ada persidangan antara Hye-sung melawan Do-yeon.
Do-yeon: “Terdakwa Shim Hal-do, dengan tegas memukul Gu Sang-man. Kekerasan dalam rumah tangga, telah menjadi masalah dalam rumah tangganya untuk waktu yang lama. Pada 30 Juni 2013, sekitar pukul 9 malam, untuk alasan makan malam yang belum siap, korban menampar wajah terdakwa dan memukul perutnya dengan kepalan tangan dan kakinya. Yang mengakibatkan terdakwa merasa marah sekali.”
Hampir semua orang di ruang sidang merasa kepanasa. Lalu Hakim Kim membuat kelucuan, dia menekan tombol on kipas yang ada di bawahnya dengan jari kai pada tombol pemutar yang paling tinggi, mengakibatkan jubahnya menggelembung dan seakan dia akan terbang. Membuyarkan konsentarasi semua orang di ruangan yang menatapnya aneh. Duo hakim membantunya mematikan kipas itu. Hakim Kim memasang wajah tanpa dosa dan tak mengatakan apapun.
(Ini adegan kocak juga.)
Do-yeon dengan terbata melanjutkan, “Terdakwa menadi marah. Terdakwa, dengan tujuna membunuh korban, menggunakan pisau dapur sepanjang 16 cm dan menimbulkan luka 2 cm di leher korban, dan pada perutnya, luka tusukan sedalam 7 cm. Kitab Hukum Pidana Pasal 250, paragraf 1. Berdasarkan ketetapan, terdakwa di tuntut dengan percobaan pembunuhan.”
Hakim: “Penasehat. Silahkan sampaikan permohonan.”
Hye-sung berdiri dan menghadap hakim, “Kami mengakui fakta dasar dari dakwaan.”
Hye-sung menatap terdakwa dan berkata lagi: “Bagaimanapun, posisi kami adalah tidak bersalah karena disana ada fakta pembelaan diri dalam menghadapi keadaan kejahatan.”
***
Sementara itu, Kwan-woo menuju ruang tunggu audisi Pembela Umum. Dia masuk dan menghitung jumlah orang yang mengikuti audisi.
Kwan-woo berbicara sendiri, “Jika ini 20 banding 1, bukankah ini lebih baik dari sebelumnya?”
***
Kembali ke persidangan.
Do-yeon: “Walaupun terdakwa berarguman sebagai pembelaan diri, tindakan terdakwa bukanlah pertahanan, tapi sebuah penyerangan. Bahwa dia menikam leher korban dengan pisau adalah lebih dari pertahanan. Bahwan luka korban lebih besar dari pada terdakwa membuatnya sulit untuk dilihat sebagai pembelaan diri.”
Hye-sung: “Itu karenatangan korban merupakan senjata mematikan maka menyebabkan terdakwa mengambil pisau. Korban adalah mantan pemain voli. Setalah mengalami penderitaan bertahun-tahun, terdakwa memperlihatkan ‘Sindrom pukulan mabuk’. Ini adalah penyakit seseorang yang dipukul berkali-kali di kepalanya. Jadi aku penasaran jika kau bisa melihatnya, tanpa mempertimbangkan keadaan psikologi, bahwa cidera korban bisa lebih besar dari terdakwa?”
Do-yeon: “Sebelum menggunakan pisau ke arah korban, dia seharusnya menghubungi atau melapor pada polisi. Dan,jika dia punya cukup kekuatan untuk mengambl pisau, dia seharusnya bisa melarikan diri. Tempat tinggal terdakwa cukup dekat ke rumah tetangga yang bahkan bisa mendengar suara buang angin. Dia seharusnya menemukan cara yang layak untuk menentang daripada menggunakan cara kekerasan.”
Hye-sung: “Jaksa, bagaimana cara yang layak untuk menentang itu? aku mencoba seberapa layak cara itu.”
Hye-sung menunjukan video percobaannya di depan rumah terdakwa. Pertama dia menyetel musik yang sangat kencang, dan tidak sampai 10 menit sudah mendapat respon dari para tetangga yang marah-marah. Kemudian Hye-sung memutar suara seorang wanita yang berteriak kesakitan karena di pukuli dan meminta pertolongan, tapi para tetangga hanya diam. Hening. Tidak ada yang merespon, bahkan bersuara.
Hye-sung: “Terdakwa telah berkali-kali berteriak untuk meminta pertolongan. Setiap kali dia melakukannya, mereka hanya diam dan acuh. Apakah tetanggaku berbeda? Akankan aku dilaporkan? Bagaimana aku bisa, sendirian, menyelamatakn diriku sendiri? Tapi aku tidak bisa. Jadi aku akan mempertahankan diriku sendiri. Sepertiku, dengan sikap diam dan acuk orang lain, tidak ada banyak cara terdakwa bisa melindungi dirinya sendiri dengan tangan kosongnya.”
Terdakwa menangis. Do-yeon seakan tidak percaya dengan taktik Hye-sung. Dan Pengacara Shin manggut-manggut.
***
Giliran Kwan-wo di wawancara.
Hakim: “Ini situasi yang tidak menguntungkan untukmu, pengacara pembela, Cha. Walaupun kau mempunyai nilai yang bagus, karena kau sudah keluar sebelumnya, ada kemungkinan bahwa kau akan keluar lagi.”
Kwan-woo: “Aku tahu. tapi, aku juga berpikir bahwa itu mungkin bisa menjadi poin yang bagus untukku.”
Hakim: “Mengapa?”
Kwan-woo: “Aku tidak lagi memiliki khayalan tentang menjadi seorang pembela umum. Aku juga tahu bagaimana berbahayanya bersenjata prinsip dan ide yang setengah-setengah. Ada seseorang yang membuatku menyadarinya.”
Hakim: “Siapa itu?”
Kwan-woo: “Pengacara Jang, yang bekerja denganku.”
***
Hye-sung dicegat Do-yeon.
Do-yeon: “Kau terlihat cukup baik hari ini.”
Hye-sung: “Apa maksudmu?”
Do-yeon: “Aku mengira kau adalah Pengacara Cha. Kau bahkan membawa video dan menunjukan pertunjukan pada kami. Menjadi pembelaan yang penuh perasaan. Sejak kapan kau mulai meniru seperti Pengacara Cha?”
Hye-sug menghela nafas kesal, “Ada kata lain yang disebut belajar, dari pada meniru. Aku belajar beberapa hal dari Pengacara Cha. Apakah belajar juga menjadi masalah? Melihat Pengacara Cha, ada beberapa hal yang bisa dipelajari? Apakah kau tudak berpikir seperti itu?”
***
Kwan-woo: “Aku memperlajari banyak hal saat melihat Pengacara Jang. Bagaimana berbahayanya terlalu percaya pada terdakwa. Aku juga menyadari bagaimana tidak kompetennya, seorang pengacara pembela dengan perasan kasihan dan tanpa kualifikasi yang lengkap.”
Hakim: “Ini bagus untuk tidak lagi memiliki fantasi tentang menjadi pembela umu, tapi bukankan ini juga bisa menjadi masalah? Kau harus punya alasan mengapa kau ingin melakukannya.” (menjadi pembela umum.)
Kwan-woo: “Aku punya. Untuk Pengacara Jang dan aku, punya alasan mengapa kami harus menjadi pembela umum.”
Diperlihatkan adegan Soo-ha mengikuti ujian GED.
Kwan-woo: “Pengacara Jang dan aku menyelamatkan hidup seseorang saat menjadi pembela umum. Kami menyelamatkan hidup yang tidak bersalah yang mungkin bisa membusuk di penjara. Sekarang teman kami itu menjalani hidupnya sebagai orang baik di dunia luar. Hidup orang itu adalah alasan mengapa Pengacara Jang dan aku ingin menjadi pembela umum.”
***
Do-yeon masuk ke ruangan jaksa dan bertanya pada staff nya.
Do-yeon: “Ketu Yang, kapan Hwang Dal-joong diperkirakan akan datang?”
Ketua Yang: “Itu….”
Jaksa Cho yang sedang membaca berkata: “Jaksa Seo, kasus Hwang Dal-joong telah dilimpahkan padaku.”
Do-yeon: “Dilimpahkan? Mengapa?”
Jaksa Cho: “Aku tidak tahu mengapa. Aku hanya mengerjakannya karena pimpinan mengatakannya demikian.”
Do-yeon kesal: “Sejak kapan kita punya alasan untuk mengambil kasus? Aku sudah menemukan banyak hal mengenai kasus Hwang Dal-joong.”
Jaksa Cho: “Hey, aku tidak berpikir seperti itu. Apa kau pikir aku suka mengambil pekerjaan orang lain?”
Do-yeon: “Mengapa dia (pimpinan) tiba-tiba menjadi seperti ini?”
Jaksa Cho: “Aku tidak tahu, tapi sepertinya dia mendapat telpon dari ayahmu.”
Do-yeon tampak berpikir, “Ayahku?”
***
Do-yeon di kantornya. Dia mengingat saat ayahnya menyuruhnya meninggalkan kasus Min Joon-guk saat tahu bahwa teman satu sel nya adalah Hwang Dal-joong. Dan saat semalam ayahnya sangat terkejut dan seolah tidak peduli saat Hwang Dal-joong pingsan.
Do-yeon tampak memikirkan sesuatu,
***
Telpon berdering di rumah Hye-sung.
Hye-sung berlari untuk menjawabnya, tapi telponnya berhenti.
Soo-ha masuk ke dalam rumah. Soo-ha akan menyiapkan makan malam. Dan Hye-sung akan mencuci. Soo-ha memberikan kemejanya untuk di cuci.
Hye-sung: “Bukankah kau bilang kau akan mengikuti GED hari ini?”
Soo-ha: “Ya.”
Hye-sung: “Kau melakukannya dengan baik?”
Soo-ha: “Tentu saja, aku melakukannya dengan baik.”
Hye-sung menemukan secarik kertas di kantong kemeja Soo-ha, “Apa ini?”
Soo-ha panik dan segera berlari menghampiri Hye-sung, “Jangan lihat, jagan lihat! Kembalikan padaku!”
Soo-ha berusaha merebut kertas itu, dan Hye-sung mempertahankannya. Mencoba membuka dan membacanya, “Oh, akademi polisi!”
Soo-ha berhasil merebutnya.
Hye-sung: “Hey, apa kau tertarik masuk akademi polisi?”
Soo-ha tidak mengaku: “Ah, tidak. Aku hanya melihatnya sebagai hobi (kesenangan).”
Hye-sung: “Hobi? Orang bilang sangat sulit masuk kesana.”
Soo-ha: “Aku tahu. Jadi, aku melihatnya sebagai hobi. Karena jika aku melihatnya sebagai tujuan dan gagal, akan sangat memalukan.”
Hye-sung tersenyum melihat Soo-ha.
Hye-sung memandangi Soo-ha yang sedang makan.
Hye-sung: “Tidak ada yang akan memalukan. Jika kau belajar dengan baik, kau akan dapat masuk ke sana. Kau pasti tidak tahu karena kau kehilangan ingatan, tapi, kau pintar dalam belajar. Aku milhat kartu laporanmu. Jadi, kau harus percaya padaku. Jadi, jangan melihatnya sebagai kesenangan, tapi, lakukan dengan baik untuk itu.”
Hye-sung berkata dalam pikirannya, “Apakah tidak apa-apa menggunakan hal ini? Jika nanti dia pergi, itu akan sulit, kan? Seperti setahun yang lalu.”
Soo-ha yang membaca pikiran Hye-sung pun bertanya, “Apa yang kau pikirkan?”
Hye-sung: “Hanya…bahwa kau harus cepat-cepat mengembalikan ingatanmu dan pergi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar