Selasa, 08 Oktober 2013

I HEAR YOUR VOICE Episode 9 - 1

Hye-sung berada di rumah sakit, operasinya berjalan lancar. Dokter mengatakan beruntung tidak ada organ dalam yang terluka, Hye-sung hanya perlu beristirahat di rumah sakit beberapa hari untuk memulihkan luka operasinya.


Kwan-woo berterima kasih. Dokter juga menanyakan, apakah mereka tidak perlu menghubungi polisi, karena luka itu seperti luka tusukan seseorang. Kwan-woo hanya berkata dia akan mengurusnya.

Hye-sung terbangun, dia agak bingung atas apa yang sudah terjadi. Kwan-woo menjelaskan operasi Hye-sung sudah berhasil, dan Hye-sung belum boleh bergerak banyak. Tapi Hye-sung langsung teringat Soo-ha, dia menanyakan dimana Soo-ha dan beranjak bangun untuk mencarinya. Tentunya di tahan Kwan-woo.

Kemudian terdengar narasi Hye-sung:
“Aku mungkin sudah menghentikannya. Apa yang Soo-ha pikirkan, jika aku saja aku bisa memahami isyaratnya lebih cepat, kejadian hari ini mungkin tidak akan terjadi. Soo-ha selalu mendengar suaraku. Tapi aku, di saat yang dibutuhkan, tidak mendengarkan suara Soo-ha.”


Episode 9
On a Burdensome Day, If Even You Leave Me




Tiga hari sebelumnya.
Hye-sung menemui klien barunya, seorang pria buta.
Hye-sung: “Aku tahu kau bisa melihat.”
Pria: “Aku sudah mengatakannya, aku tidak bisa melihat.”
Hye-sung: “Jika kau berbohong di pengadilan, kau tahu bahwa kau akan dituntut dengan sumpah palsu.”
Pria: “Ini bukan kebohongan. Karena suatu kecelakaan, aku menjadi buta.”

Hye-sung jengah: “Oooh, jadi kau melakukan pelecehan seksual di bus karena kau tidak bisa melihat? Dan kau sengaja memilih anak kecil?”
Pria: “Orang itu sengaja berbohong untuk mendapatkan uang dariku. Aku sedih karena aku tidak bisa melihat dan kau mengatakan bahwa aku seorang yang berlaku tidak wajar? Apakah ini sesuatu yang harus dilakukan pada seseorang?”

Hye-sung sedikit menghentak meja: “Orang yang tidak bisa melihat bisa mengirim pesan, mengendarai dengan kecepatan di atas batas, dan bahkan mencuci mobil?”

Hye-sung melemparkan foto-foto si pria itu, terlihat si pria sedikit melirik ke arah foto, tapi dia tidak mengaku.


Pria: “Itu mungkin orang lain yang bukan aku.”


Hye-sung akan melemparkan ponselnya, dan si pria langsung terhentak kaget! (begitu juga saya… musiknya ngagetin.. ==”)

Hye-sung: “Apa kau akan tetap berbohong bahkan setelah ini?”

Si pria kesal, marah, dia berdiri dan melemparkan tongkatnya, “YA! Apa kau seorang jaksa? Kau seorang pembela umum!”



Teriakannya terdengar sampai keluar, sampai Pengacara Shin menutup mata (eh?), dan Yoo-chang juga menoleh.

Pria: “Jika kau seorang pembela umum, kau harus berada di pihak ku, apapun yang terjadi!”

Hye-sung: “Mengapa aku harus berada di pihak seseorang yang melakukan pelecehan seksual?”

Pria: “Pelecehan seksual? Hey! Aku cukup tahu tentang hukum untuk mengerti bahwan sebelum persidangan, aku dianggap tidak bersalah! Mengapa kau mengatakan bahwa aku seorang peleceh seksual!?

Hye-sung meremehkan, “Aku tahu kau sedang mencoba menggunakan azas praduga tak bersalah. Dan karena taktik itu dunia menjadi tidak patuh pada hukum! Apa kau tahu itu?!”  Hye-sung balas membentak.

Kwan-woo tertegun mendengar perkataan Hye-sung. Pengacara Shin menutup pintu ruangan yang tadi tidak tertutup sempurna.
Yoo-chang berbisik pda Pengacara Shin, “Dia mengatakan itu tujuannya pada Pengacara Cha, kan?”

Pengacara Shin memukul dahi Yoo-chang dengan gulungan kertas. Yoo-chang meledek Pengacara Shin di belakangnya dengan memegang giginya. (Lucu, tapi sudah ngejelasinnys.. ^^)
Pengacara Shin menghampiri Kwan-woo, “Kau jangan terlalu mencemaskan hal itu. Kerjakan saja tugasmu. Besok adalah hari Min Joon-guk dibebaskan?”

Kwan-woo menjawab dengan masih termangu, “Ya..”

*** 


Lee Jeong-hoon (teman Joon-gi yang tidak melihat Soo-ha di lapangan itu), melihat kaki Seong-bin yang menjulur dari jendela pintu. Dia segera berlari menghampirinya dan memegang kaki Seong-bin erat-erat, “Hey! Hey! Apa kau gila?! Apa kau ingin mati?”

Seong-bin: “Hey. Kau tetap pegang kakiku. Aku pikir aku bisa membacanya.” Seong-bin mencoba melihat sesuatu yang ada di bawah.

Jeong-hoon terlihat bingung, dan sambil tetap memegang Seong-bin dia ikut melongok ke luar jendela, “Membaca apa? Hey, kau dapat melihat itu?”
Seong-bin: “Ya, aku melihatnya. Sedikit lagi..”


Seong-bin membaca, “Bahkan jika aku….menghilang…? apa yang dia maksud ‘menghilang’?”


Soo-ha di bawah sedang menulis di diarynya, Joon-gi menghampirinya, dan sediki menendang tas Soo-ha.
Joon-gi: “Ada apa dengan tas ini? Apa kau tidak akan masuk ke kelas tambahan lagi?”

Soo-ha memasukkan bukunya dan berdiri, “Ya. Itu bukan urusanmu.”

Joon-gi: “Mengapa itu bukan urusanku? Kau mengacaukan suasana di kelas kita.”

Soo-ha: “Jika kau tidak menyukainya, katakan saja pada guru.”
Soo-ha menepuk pundak Joon-gi dan beranjak pergi.

Joon-gi: “Bahkan jika kau tidak mengatakannya, aku akan memberitahu guru.”

Soo-ha berbalik dan menghampiri Joon-gi lagi. Joon-gi agak mundur ketakutan, “Ada apa? Kau yang mengatakan padaku untuk mengatakannya pada guru!”

Soo-ha: “Aku ingin memberimu beberapa saran, karena mungkin ini terkahir kali aku bertemu denganmu. Jika kau menyukai Seong-bin, cepat beritahu dia dan jangan menggangguku karena itu.”

Joon-gi berteriak pada Soo-ha yang menjauh: “Apa yang dia katakan? Aku tidak menyukainya! Aku memiliki standar yang sangat tinggi!! Apa dia gila?”

“Hey! Soo-ha pasti sudah gila!” Joon-gi berkata pada temannya yang lewat.
Seong-bin berlari menghampiri Joon-gi, “Hye! Apa yang baru saja katakan padamu?”
Joon-gi: “Dia bialng kau sangat jelek dan gendut! Jika harimau menangkapmu, akan butuh tiga sampai sepuluh hari untuk memakanmu. Puas?!”

Seong-bin menendang kaki Joon-gi. Seong-bin menatap kepergian Soo-ha dengan penasaran dan juga khawatir.

*** 

Soo-ha mengikuti Kwan-woo yang baru saja keluar dari kantor. Terus mengikuti Kwan-woo, sampai Kwan-woo sendiri merasa diikuti dan sembunyi.
Soo-ha kebingungan mencari Kwan-woo, yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Kwan-woo: “Aku kira siapa yang mengikutiku. Itu kau?”
Soo-ha: “Bagaimana kau bisa tahu?”
Kwan-woo: “Aku pernah menjadi polisi.”

Soo-ha: “Apa kau pandai bela diri?”

Kwan-woo membuang tasnya dan memasang kuda-kuda, “Mengapa harus bertarung? Anak ini bisa Taekwondo, huh? Dia akan melakukannya padaku.. mungkin..”
Soo-ha tersenyum: “Aku tidak akan berkelahi denganmu. Aku ingin meminta pertolonganmu.”
Kwan-woo menurunkan kuda-kudanya: “Pertolongan? Pertolongan apa?”

*** 

Di tahanan.
Tahanan kacamata: “Hey, kak Min. Ini akan menjadi malam terakhirmu disini?”
Joon-guk tertawa: “Itu semua tergantung apa yang akan dikatakan hakim. Aku belum tahu apapun. Jika hakim percaya pernyataanku, maka aku akan bebas. “

Tahanan kacamata: “Aku dengar karena kau mendapatkan pengacara yang bagus, kau akan bebas. Semua orang di penjara mengatakannya.”
Joon-guk tertawa lagi: “Mmm. Aku beruntung.”
Lalu dia berkata dalam hatinya, “Omong-omong, anak kecil..Bagaimana kau akan menyambutku?”

*** 

Soo-ha memakai topi, dan membawa tas hitamnya. Dia melihat ke sekeliling rumahnya, dan kemudian keluar.

Di jalan depan rumahnya, ada Seong-bin menunggunya.
Seong-bin memegang lengan Soo-ha, “Soo-ha!”
Soo-ha terkejut: “Apa yang kau lakukan disini?”

Seong-bin: “Apa maksudmu? Aku datang kesini agar kita bisa berangkat bersama ke sekolah. Tapi mengapa kau tidak memakai seragam sekolah?”
Soo-ha melepaskan pegangan tangan Seong-bin, “Aku tidak pergi sekolah hari ini. Kau pergi sendiri.”

Seong-bin: “Jika tidak ke sekolah, kau mau pergi kemana?”

Soo-ha: “Kau tidak perlu tahu.”

Seong-bin menarik dan mengambil tas Soo-ha sambil berlari.
Soo-ha mengejarnya: “Go Seong-bin!” dan berhasil memegang tas punggung Seong-bin.
“Apa yang kau lakukan? Berikan tasnya padaku!”

Seong-bin: “Aku tidak mau! Aku kita pergi bersama ke sekolah!”

Seong-bin memegang sesuatu yang ada dalam tas Soo-ha, “Apa ini? Ini terasa seperti pisau.”
Soo-ha segera menarik tasnya dengan kasar, “Berikan padaku”
Seong-bin: “Kau…apa itu yang ada dalam tasmu?”

Soo-ha: “Ini bukan apa-apa. Jangan berpikir hal bodoh. Jangan katakan pada siapapun.” Soo-ha beranjak pergi.
Seong-bin: “Aku harus tahu apa yang salah! Kau mau pergi kemana? Apa yang akan kau lakukan?”

Soo-ha terus berjalan, tidak peduli dengan pertanyaan Seong-bin.
Seong-bin terlihat khawatir.

*** 




Ruang sidang.
Hakim akan membacakan keputusannya. Dia melihat Hye-sung dan mendesah.

Hakim: “Hari ini, keputusan yang sangat sulit di tentukan sebagai hakim, akan di umumkan disini. Terkdawa, silahkan berdiri. Terdakwa Min Joon-guk telah dituntut untuk pembunuhan pada 9 Juni 2012 di Myeongwoldong, Sangmoo city di restoran ayam milik Eo Choon-shim, dia memukul kepala korban dengan senjata tumpul. Setelah itu, dia membuat kebakaran untuk menutupinya sebagai kecelakaan. Fakta bahwa korban adalah ibu dari saksi yang bersaksi untuk melawan terdakwa, dan terdakwa terangkap kamera CCTV di sekitar tempat kejadian. Tetapi itu telah dibantah, jika terdakwa berbuat kesalahan pada korban, lalu fakta bahwa terdakwa dan korban berhubungan cukup baik, setelah dia bekerja di restoran ayam, sangat sulit untuk di percaya. Dengan kata lain, mungkin saja cedera di kepala korban disebabkan karena di terjatuh akibat arrhytmia yang muncul tiba-tiba. Terdakwa juga mengalami luka saat mencoba untuk menyelamatkan korban. Akan tetapi, jika dia sengaja membuat kebakaran untuk menutupi pembunuhan, dia mengambil resiko dengan mengabaikan mungkin di akan di tangkap sebagai pelaku. Oleh karena itu, dia pasti akan mengambil tindakan yang berbeda jika dia benar-benar ingin melakukan pembunuhan. Jadi, alasan itu cukup kuat untuk meringantakn tuntutan atas terdakwa. Berdasarkan hukum, jika tidak ada alasan kuat yang mengarah pada bersalah, maka pengadilan harus menyatakan terdakwa tidak bersalah. Hak asasi dalam prosedur kejahatan bahwa keputusan harus dibuat dengan hati-hati untuk terdakwa. Oleh karena itu, mengacu pada Hukum Persidangan, bagian no. 325, terdakwa dibebaskan.”

Semua terdiam, hanya Min Joon-guk yang berteriak kegirangan.

Hye-sung berusaha menahan air matanya. Bahkan hakim pin sepertinya enggan memberikan keputusan itu, mereka menghela nafas.

Joon-guk menyalami Kwan-woo, “Terima kasih atas kerja kerasmu. Ini jadi mungkin berkau kau, Pengacara Cha.”
Kwan-woo: “Jangan sungkan. Sekarang kau bisa pergi ke pusat tahanan untuk mengambil barang-barangmu.”
Joon-guk: “Baik, terima kasih. Terima kasih banyak.”  Joon-guk membungkuk beberapa kali.


Hye-sung kesal melihatnya, diapun beranjak keluar ruangan. Joon-guk melirik ke arahnya, Kwan-woo juga. Lalu Kwan-woo mengejar Hye-sung keluar.

Kwan-woo memegang lengan Hye-sung, “Pengacara Jjang…Pengacara Jjang! Ayo kita bicara. Aku tahu ini sangat berat untukmu sekarang. Aku juga mengerti bahwa kau sangat merasa sakit hati (marah) padaku. Tapi aku tidak mau kehilanganmu karena ini. Apa yang bisa kulakukan? apa yang akan membuatmu mau bertemu denganku lagi? Aku akan melakukan apapun!”


Hye-sung menoleh dan berkata dengan dingin, “Jangan lakukan apapun. Aku butuh seseorang yang bisa aku salahkan. Jika aku tidak memilikinya, maka aku akan marah pada diriku sendiri. Tetap diam dan jangan lakukan apapun. Jadi aku bisa membencimu.”



Hye-sung melepaskan tangannya dan meninggalkan Kwan-woo yang masih mematung. Di pintu keluar, Hye-sung tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Dia berjongkok dan menangis memanggil ibunya.
Sementara itu, Joon-guk keluar dari pusat tahanan dengan tersenyum dan disambut oleh para relawan dari gereja.


Hakim Kimdan dua rekan hakimnya, lewat di belakang Hye-sung. Mereka berhenti dan menatapnya dengan menyesal (?).

(Hakim juga serba salah, dia sepertinya percaya pada Hye-sung tapi bukti-bukti nya tidak ada…)

Joon-guk diajak pergi makan oleh teman-temannya. Saat akan masuk mobil, dia melihat Soo-ha. Joon-guk hanya tersenyum, ada sesuatu yang dikatakan dalam pikirannya, Soo-ha mengetahuinya. (tapi penonton tidak diberi penjelasan.)

*** 

Pengacara Shin mengunjuni Dal-joo di penjara.
Dal-joong: “Maafkan aku. Aku sangat malu bertemu denganmu sekarang.”
Pengacara Shin: “Jika kau menyesal, maka jangan pernah terjebak dalam trik semacam itu lagi. Apa kau mendapat panggilan dari Jaksa Seo lagi?”

Dal-joong: “Ya. Dia memintaku untuk menjadi saksi di pesidangan banding.”
Pengacara Shin: “Jangan lakukan itu. walaupun kau melakukannya, itu tidak akan membantu, tapi malah akan membahayakan.”

Dal-joong: “Tapi, aku merasa tidak enak.”
Pengacara Shin: “Jaksa Seo adalah putri dari Hakim Seo.”

Dal-joong: “Siapa?”
Pengacara Shin: “Hakim yang memenjarakanmu 25 tahun yang lalu. Hakim Seo Dae-seok. Jadi, jangan berhubungan dengan mereka.”
Dal-joong terlihat sangat marah dan sedih sampai krayon di tangannya patah.

*** 
Keluarga Seo sedang makan bersama.
Nyonya Seo: “Ya tuhan. Pembunuh itu dinyatakan tidak bersalah karena tidak cukup bukti?”
Do-yeon: “Ya. Tapi aku mengajukan banding. Aku tidak bisa membiarkannya seperti ini.”

Hakim Seo: “Mengapa saksi mengubah pernyataannya?”
Do-yeon: “Dia ketakutan setelah pengacra membalikkan kata-katanya. Jadi dia tidak akan membuka mulutnya setelah itu. Tapi jika aku berbicara dengannya lagi-“


Hakim Seo memotongnya, “Jangan. Saksi itu sudah ternoda.” (tidak valid)

Hakim Seo memotongnya, “Jangan. Saksi itu sudah ternoda.” (tidak valid)
Do-yeon: “Tapi aku ingin mencoba. Jika Hwang Dal-joong tidak bisa diajak kerja sama, lalu aku akan mencari saksi lain.”

Hakim Seo terperanjat mendengar nama saksi itu, “Siapa?”
Do-yeon: “Apa? Tuan Hwang Dal-joong.”

Hakim Seo: “Teman satu sel Min Joon-guk adalah Hwang Dal-joong?”
Ibu mengingat nama itu, “Hwang Dal-joong? Nama itu terasa familiar. Siapa dia?”

Hakim Seo: “Lepaskan kasus itu. keputusan hakim telah diumumkan. Jadi,  dia bukan lagi tanggung jawabmu.”
Do-yeon bingung, “Tapi ini bukan sembarang kasus. Ini kasus Hye-sung--“
Hakim Seo menyela lagi, “Jika aku bilang untuk melepaskannya, maka lepaskan.”
Do-yeon masih terlihat bingung dengan maksud ayahnya.

*** 

Kwan-woo melamun di kantornya, dia menunjukkan wajahnya. Kemudian Yoo-chang memberikan bungkusan. Kwan-woo bertanya bungkusan apa itu.
Yoo-chang: “Aku tidak yakin. Mungkin berkas yang kau minta waktu itu. Itu datang lewat pos hari ini.”
Kwan-woo: “File yang aku minta? Ini datang terlambat.”

Yoo-chang: “Dari mana datangnya berkas-berkas ini?”
Kwan-woo: “Ini catatan persidangan pembunuhan Park Cho Wook sepuluh tahun yang lalu.”  (kasus ayah Soo-ha.)

Yoo-chang: “Pembunuhan pertama yang dilakukan Min Joon-guk?”
Kwan-woo mengangguk, “Ya. Kau pergi saja duluan. Aku akan pergi setelah membaca ini sebentar.”

Yoo-chang: “Baiklah.”


Kwan-woo mulai membaca berkas itu. Ada kilasan adegan saat Hye-sung bersaksi di pengadilan yang mengatakan dia memiliki video Joon-guk yang memukul supir dengan tongkat besi.
“Aku mengambil foto pada saat pria itu memukul kaca mobil dengan tongkat. Apakah ini juga tidak bisa dijadikan bukti?”

Lalu ada kilasan Joon-guk yang menyerang Hye-sung di pengadilan, dan mengancam akan membunuhnya.

“Aku katakan kalau aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu. Aku akan membunuh orang yang kamu beritahu! Aku memegang perkataanku. Aku akan membunuhmu. Jangan berpikir semuanya berakhir karena ini hanya baru permulaan!”

Kwan-woo tertegun, lalu dia teringat permintaan Soo-ha tadi malam.
Flashback..

Soo-ha: “Aku ingin meminta pertolongan.”
Kwan-woo: “Pertolongan? Pertolongan apa?”
Soo-ha: “Jika Min Joon-guk di nyatakan tidak bersalah, lindungi Pengacara Jang.”
Kwan-woo: “Apa?”
Soo-ha: “Jika Min Joon-guk bebas, dia akan mendatangi Pengacara Jang.”
Kwan-woo: “Aku tidak berpikr Min Joon-guk adalah orang yang akan melakukan itu.” Dipikiran Kwan-woo: “Tapi jika dia benar-benar mendatangi Pengacara Jjang, apa yang harus aku lakukan?”
Soo-ha: “Kau tidak yakin 100% kan? Kau berpikir bahwa mungkin aku benar.”
Flashback end..

Kwan-woo tersadar, kemudian di bergegas keluar kantor.

*** 


Hye-sung pulang ke rumah. Dia melemparkan tasnya begitu saja ke lantai. Meminum air dari botolnya, tapi ada Soo-ha yang mengambilnya dan menuangkan ke gelas. Tapi itu hanya khayalannya saja, tidak ada Soo-ha disana.
Hye-sung akan mengambil gelas di lemari atas yang susah dijangkau, ada Soo-ha yang mengambilkanya. Tapi, lagi-lagi, itu hanya khayalan Hye-sung.

Hye-sung akhirnya minum dari botolnya.

Hye-sung masuk kamar dan berbaring, “Ini bagus. Aku tidak mau mendengar semua omelannya. Aku merasa lebih baik sekarang.”
Tapi wajahnya menunjukkan ekspresi sebaliknya. Hye-sung menutup mata dengan tangannya, “Pria jahat. Mengapa,  sekarang, pergi di waktu seperti ini.”
Lalu terdengar suara pecahan kaca. Hye-sung terperanjat, “Apa itu?”

Hye-sung segera keluar kamar dan menelpon polisi. Ada botol yang mengeluarkan asap di dalam rumahnya.

Kwan-woo sedang berjalan menuju rumah Hye-sung, ada mobil polisi yang melintas. Dia lalu melihat ke arah rumah Hye-sung, terlihat ada asap keluar.

Kwan-woo yang khawatir segera berlari.


Hye-sung duduk di luar rumahnya bersama Pakpol Jaga.
Kwan-woo: “Pengacara Jang! Apa kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?”
Hye-sung: “Pengacara Cha, apa yang kau lakukan disini?”

Pakpol Jaga: “Siapa dia?”
Hye-sung: “Kami bekerja di kantor yang sama.”   (Kya…gak diakuin pacar..udah putus berarti..)

Pakpol keluar dari rumah Hye-sung dengan terbatuk.
Pakpol: “Aku pikir sepertinya itu bom asap. Seperti yang digunakan untuk membasmi serangga.”
Pakpol Jaga: “Bom asap? Apa ada yang lain?”
Pakpol: “Aku pikir kita harus menunggu sampai asapnya menghilang untuk menemukan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, apakah kau melihat penjahatnya?”  tanya Pakpol pada Hye-sung.

Hye-sung: “Tidak, aku tidak melihatnya sama sekali.”

Pakpol pada Pakpol Jaga: “Apakah kau berpikir Min Joon-guk penjahatnya, seperti yang Park Soo-ha katakan?”
Kwan-woo: “Apa kalian berdua juga bertemu dengan Park Soo-ha kemarin?”
Pakpol: “Ya. Dia datang ke kantor polisi dan memberitahu kami bahwa jika Min Joon-guk keluar dari penjara, dia mungkin akan melukai Pengacara Jang dan meminta kami lebih berhati-hati saat petroli di daerah sini.”

Kwan-woo: “Pertama, aku pikir kita harus menemukan dimana Min Joon-guk berada. Aku akan tetap berada disini dengan Pengacara Jang, jadi kalian berdua melihat kembali rekaman CCTV dan lihat jika ada tersangkan disana. Dan juga jika ada saksi. Juga liat di sekitar tong sampah dan di sekelilingnya untuk melihat jika penjahatnya menjatuhkan sesuatu. Jika penjahatnya adalah Min Joon-guk, kita dapat menemukan penjahatnya. Tolong tetap mengawasi daerah sekitar sini.”

Pakpol dan Pakpol Jaga: “Ya, baik. Kami mengerti.”

Hye-sung  masih terdiam, memikirkan sesuatu. Kwan-woo memegang pundaknya.
Kwan-woo: “Karena telah terjadi sesuatu, mari kita pergi. Mari pergi ke kantor.”
Hye-sung: “Ya..”

Pakpol dan Pakpol Jaga berlari menuju mobilnya.
Pakpol Jaga: “Tunggu sebentar. Siapa itu? dia bahkan bukan walinya.”
Pakpol: “Aku tidak tahu. bagaimanapun kita harus bergegas dan menemukan Min Joon-guk terlebih dulu sebelum masalahnya menjadi lebih besar. Cepat masuk.”


Mobil polisi meluncur, dan terlihatlah Soo-ha dibalik pohon mengamati mereka. Dia kemudian membuka sarung tangannya dan menyimpannya dalam tas yang ada bom asapnya! Soo-ha mengambil ponselnya dan menelpon seseorang, terdengar suara Joon-guk di sebrang.

Joon-guk: “Hey bocah, baru saja aku akan menelpon.”

Soo-ha: “Jika apa yang aku baca benar, aku mengira akan jadi yang pertama. Dimana kau?”
Soo-ha berjalan menuju suatu tempat, dan di tempat itu, Min Joon-guk sudah menunggunya dengan sebatang pipa besi.

*** 

Hye-sung di kantor berusaha menelpon Soo-ha, tapi tidak di jawab terus.
Hye-sung bertanya pada Kwan-woo: “Apa kau bertemu dengannya?”
Kwan-woo: “Ya. Kemarin malam, dia menemuiku untuk meminta tolong.”
Hye-sung: “Pertolongan apa?”
Kwan-woo: “Saat Min Joon-guk bebas, tidak ada seorangpun yang tahu apa yang aka dia lakukan, jadi lindungi Pengacara Jang.”

Hye-sung menggigit kukunya, “Apa yang dia pikirkan?”
Lalu Seong-bin menelponnya.


Hye-sung: “Seong-bin, inikah kau? Apakah kau bertemu Soo-ha hari ini?”

Seong-bin: “Hanya sebentar pada pagi hari. Lalu, kau juga tidak tahu dia ada dimana?”
Hye-sung: “Aku tidak tahu.”

Seong-bin: “Eonni… Aku takut.”
Hye-sung: “Takut kenapa?”
Seong-bin: “Hari ini, Soo-ha tidak masuk sekolah karena dia bilang ada sesuatu yang harus dia kerjakan. Jadi aku berusaha mengajaknya kembali dan mengambil tasnya,  didalamnya…ada sesuatu yang aneh.”

Hye-sung: “Apa itu?”
Seong-bin: “Sebuah pisau. Bukan pisau kecil, tapi pisau besar. Aku khawatir apa yang akan dia lakukan dengan itu.”

Hye-sung:”Seong-bin…kau…jangan katakan tentang ini pada siapapun, oke? Aku akan menemukan Soo-ha, jadi jangan khawatir. Aku akan menelponmu lagi nanti.”
Hye-sung menutup telponnya teringat obrolan mereka saat Hye-sung curiga Soo-ha mencuri pistol.
Hye-sung: “Jadi, jangan berpikir untuk membalas dendam pada Min Joon-guk. Mengerti? Apa yang kau pikirkan? Cepat jawab.”

Soo-ha: “Tapi, bagaimana jika dia mencoba untuk membunuhmu?”

Hye-sung tersadar, dan segera beranjak.
Kwan-woo: “Tunggu, kau mau kemana?”
Hye-sung: “Aku harus menemukan Soo-ha.”

Hye-sung kemudian berlari keluar dari kantornya. Kwan-woo mengejar, “Pengacara Jjang! Apa kau tahu dimana dia berada?”
Hye-sung: “Tidak..itu sebabnya kita harus cepat menemukannya, jika kita tidak—“
Kwan-woo: “Pertama, mari hubungi polisi. Kita akan meminta mereka unutk menemukan dimana Min Joon-gukdan Soo-ha berada.”

Hye-sung merebut ponsel Kwan-woo, “Tidak boleh. Kau tidak boleh menghubungi polisi.”
Kwan-woo: “Apa yang kau pikirkan? Mengapa kita tidak boleh menghubungi polisi?”

Hye-sung kemudian mengingat aplikasi tracking yang di instal Soo-ha. Dia membukanya dan terlihat dimana posisi Soo-ha berada.

*** 

Soo-ha masuk ke parkiran sebuah gedung. Dia melempar tasnya dan memegang pisau. Di dalam dia melihat CCTV yang sudah dirusak.
Soo-ha berteriak, “Min Joon-guk! Keluar!”
Joon-guk di persembunyiannya: “Kau datang? Kau datang sendiri, wow bocah kau menjadi sangat berani. Anak itu, apa yang dia lakukan?”

Soo-ha berbicara sambil berjalan mencari Joon-guk, sedangkan Joon-guk masih bersembunyi.

Soo-ha: “Dia bersama polisi, jadi jangan berpikir bodoh. Ini akhir hidupmu.”
Joon-guk: “Jangan terlalu percaya diri. Aku bisa bertahan hidup.”

Soo-ha: “Aku tidak peduli, jika kau satu-satunya yang nanti selamat, kau seorang pembunuh. Kau tidak akan bisa melakukan hal bodoh lagi.”
Joon-guk: “Kau juga sama saja denganku. Jika kau mati makan gadis itu akan sedih. Jika kau membunuhku, kau akan menjadi seorang pembunuh. Itu sama saja. Aku tidak peduli apa yang kau lakukan.”
Joon-guk berbicara sambil menutup matanya, entah apa maksudnya.

Soo-ha: “Jangan bicara hal-hal bodoh, dan keluarlah!”  Soo-ha berteriak kesal.
Joon-guk: “Aku sudah memikirkannya, dan jika aku hanya berkelahi denganmu aku tahu aku akan kalah. Aku tidak bisa mengalahkan bakatmu. Agar seimbang aku butuh sebuah keuntungan, tidakkah kau berpikir?”


Joon-guk mematikan aliran listrik di parkiran itu.

Soo-ha waspada, Joon-guk ada di sekitarnya, dia bisa melihat Soo-ha tapi tidak sebaliknya.
Joon-guk: “Sekarang, aku seperti menutup mataku. Karena aku ahli dalam melihat sesuatu di kegelapan, jadi aku bisa melihatmu sekarang, tapi kau tidak bisa melihatku kan?”   (aku ngerti sekarang kenapa Joon-guk tadi menutup matanya..)

Joon-guk bersiap dengan pipa besinya. Soo-ha waspada, tapi pisaunya bisa dijatuhkan oleh pukulan pipa Joon-guk. Soo-ha kesulitan melihat Joon-guk. Joon-guk memukulnya dari belakang, punggung, perut, lalu kaki.


Sementara Hye-sung berlari dengan cepat dan diikuti Kwan-woo. Mereka tiba di depan gedung. Setelah masuk, Hye-sung bingung Soo-ha ada di lantai berapa. Hye-sung memutuskan berpencar dengan Kwan-woo.
Kwan-woo menahan Hye-sung: “Jika kau pergi sendiri, itu akan berbahaya!”

Hye-sung: “Menyelamatkan Soo-ha lebih penting!” Hye-sung melepaskan tangan Kwan-woo dan segera berlari.








Joon-guk terus memukuli Soo-ha. Sampai akhirnya Soo-ha berhasil menelikung kaki Joon-guk sampai terjatuh. Gantian Soo-ha yang memukuli Joon-guk.
Soo-ha melihat panel listriknya, dan segera menyalakannya kembali di saat Joon-guk terjatuh.

Mereka kemudian berhadapan. Dan dengan kemampuan membaca pikirannya, tentu saja Soo-ha menang. Berkali-kali Joon-guk dipukul Soo-ha dan di dorong kedinding, sampai mengeluarkan darah dari mulutnya.

Saat Joon-guk berusaha berdiri, Soo-ha mengambil pisaunya yang tadi terlempar.
Joon-guk melihatnya: “Kau…apa kau…akan membunuhku? Lalu, itu berarti kau seorang pembunuh.”

Soo-ha: “Aku tidak peduli. Hanya kematianmu yang dapat menjamin keselamatan orang itu.”







Joon-guk: “Baik. Mendekatlah. Ini menyenangkan. Menjadi seorang pembunuh da hidup serampangan. Sama sepertiku!!” Joon-guk berteriak.
Hye-sung sampai disana dan melihatnya.

Soo-ha berteriak dan mendekati Joon-guk dengan tangan menggenggam pisau, siap untuk menusuk.




Hye-sung berlari memeluk Soo-ha. Soo-ha diam terkejut, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Darah bercucuran, Soo-ha menusuk Hye-sung. Joon-guk juga tak kalah terkejut.
Soo-ha tak bisa berkata apapun, hanya suara tertahan.
Hye-sung berbicara dalam  kesakitannya: “Hey, kau bodoh. Aku sudah mengatakannya, jika kau membunuh seseorang, kau buka lagi korban, tapi pembunuh. Mengapa kau tidak mendengarkan..?”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar